Bagaimana bisa? Ternyata sejatinya kuman dan virus memang ada di mana-mana. Kanker serviks bisa menular melalui tangan dan mulut.
“Jadi ketika bersalaman dengan seseorang yang kena kanker serviks hati-hati. Makanya di rumah sakit kan selalu sedia pembersih tangan dengan alkohol,” kata Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. dr. Andrijono SpOG(K) dalam acara Forum Ngobras di Jakarta, Jumat (19/1).
Andrijono mengungkapkan setiap kali dia memeriksa pasien kanker serviks, di bagian mulut pasien tersebut juga terdapat virus HPV. Artinya virus itu bisa masuk ke mulut pasti dengan bantuan perantara tangan penderitanya.
“Bisa menular melalui tangan. Kami periksa pasien kanker serviks di mulutnya ada virusnya. Sebanyak 20 persen pasien punya virus HPV yang nyangkut di mulut. Berarti kan mereka pasti makan pakai tangan memasukkan tangan ke mulut,” jelas Andrijono.
Virus HPV itu juga bisa ada di mana saja seperti di dubur dan lidah penderita. Bahkan, Andrijanto mengungkapkan sebuah cerita dari dokter di Inggris yang iseng memegang gagang pintu rumah sakit untuk mengetahui adanya kuman HPV atau tidak di tangannya.
“Dia keluar dari ruang pintu pasien kanker serviks dirawat, lalu dokter itu swap atau menggosok gagang pintu itu dengan tangannya. Saat dicek di laboratorium kumannya memang ada,” jelas dokter yang bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.
Karena itu, perempuan saat ini juga harus selalu menjaga hidup bersih baik di area kewanitaan dan bagiah tubuh lainnya. Selain itu tentu wajib menjaga kebersihan toilet.
“Pokoknya gejala kanker serviks itu tak terlihat, ketika keputihan tak wajar maka harus segera ke dokter, jangan ditunda,” tegasnya.
Perajin menyelesaikan pembuatan terompet beraneka model yang terbuat dari kertas duplex dan kertas foil di rumahnya di Gang Muhari, Jalan Ciumbuleuit, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Senin (26/12/2016). Menyambut perayaan Tahun Baru 2017, produksi terompet di tempat ini turun hingga 50 persen di banding tahun sebelumnya. Tahun ini industri rumahan Opang hanya mengerjakan pembuatan terompet pesanan dari sejumlah hotel dan karaoke di Kota Bandung sebanyak 4.000 buah. Sedangkan pesanan dara para pedagang hingga H-6 tahun baru belum kunjung ada. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
TRIBUNNEWS.COM - Tahun baru identik dengan meniup terompet. Namun, kini kebiasaan ini berubah.
Ada sebagian masyarakat yang mulai ragu meniup terompet karena ada isu yang beredar mengenai berbagai penyakit berbahaya termasuk kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, hepatitis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), Tuberculosis (TBC) dan penyakit-penyakit menular lain yang ditularkan melalui terompet.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari F Syam menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar.
"Jika membaca informasi tersebut orang awampun sebenarnya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa berita tersebut tidak benar," ujar Prof Ari kepada Wartakotalive.com (Tribunnews.com Network), Minggu (30/12/2018).
Ia mengatakan, kanker termasuk kanker mulut, lidah atau kanker darah tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain.
Baca: Suka Duka Warseno, 28 Tahun Jadi Perajin Terompet Tahun Baru di Solo
"Betul memang penyebab dari kanker mulut disebabkan oleh virus yang kita namakan virus Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini memang bisa menyebabkan kanker lidah, kanker amandel atau kanker tenggorongan Tetapi penularan virus tersebut melalui mulut terutama melalui aktivitas seksual misalnya oral seks. Sedang penggunaan alat makan atau sedotan secara bersamaan tidak akan menularkan penyebaran virus tersebut," ujarnya.
Lalu bagaimana bila kita meniup terompet bekas orang yang terinfeksi virus tersebut?
Baca: Raffi Ahmad Tanya Harga Mobil Mewah Koenigsegg dan Buggati, Rudy Salim: Lo Jangan Belagak Bingung
Seperti diketahui, terompet sebelum kita beli pasti telah dicoba setidaknya oleh pembuat terompet atau calon pembeli yang lain.
"Orang yang meniup terompet habis ditiup oleh orang yang terinfeksi virus ini tidak dapat tertular infeksi tersebut. Begitu pula penularan virus HIV penularan juga tidak mudah harus melalui hubungan seksual, jarum suntik, atau komponen darah yang ditansfusi dari satu pasien ke pasien lain," kata Prof Ari.
Lalu bagaimana seputar info penularan kuman TBC melalui terompet?
Prof Ari menjelaskan, kuman TBC ditularkan dari satu orang kepada orang lain bukan melalui kontak yang singkat.
Tidak seperti infeksi virus influenza bahwa seseorang dapat tertular dengan orang yang sedang mengalami flu dengan sekali kontak. Untuk penularan TBC butuh kontak yang lama dan terus menerus.
Selain itu kuman ini ditularkan melalui udara, bukan langsung dari air liur seperti misal setelah meniup terompet.
Biasanya orang tertular penyakit TBC jika tinggal serumah dengan orang yang sedang mengalami TBC paru aktif atau teman sekantor di mana kita selalu kontak dengan teman sekantor tersebut dalam ruangan tertutup.