Pendahuluan
Mutu buah jeruk keprok ditentukan oleh keseragaman ukuran, warna kuning yang merata, rasa manis yang berimbang dengan rasa asamnya; dan kulitnya mulus bebas dari serangan penyakit burik kusam. Keseragaman buah bisa dilakukan dengan melakukan penjarangan buah dan grading; rasa manis bisa dilakukan dengan pemupukan P dengan mengatur perimbangan K/Mg: 1:2, mulus buah bisa diperoleh memuaskan dengan pengendalian penyakit burik kusam secara optimal; dan warna kuning kulit buah yang merata bisa dilakukan dengan perlakuan hormom etilen.
Buah jeruk yang telah mencapai stadia masak fisiologis biasanya warna kulit buahnya mulai berubah dari hijau ke hijau-kekuningan dan buah yang sebelumnya terasa masih keras jika dipencet mulai melunak atau terasa empuk. Selanjutnya Kondisi buah yang sudah masak fisiologi ini, bobotnya tidak akan bertambah lagi, warnanya terus menguning hingga memasuki stadia matang di mana hampir semua permukaan kulitnya sudah mulai berwarna kuning dan bertambah empuk.
Pada tahap berikutnya, buah memasuksi stadia over ripening atau lewat matang, kulit buah berwarna kuning-oranye merata, kulit sedikit mulai berkerut, dan buah melembek. Buah jeruk bersifat non-climateric, artinya tidak akan mengalami perubahan reaksi biokimia yang berarti jika telah dipetik. Oleh karena itu, saat petik optimal buah jeruk adalah dalam stadia masak fisiologis. Buah jeruk yang dipanen saat masak biasanya tidak tahan lama dalam penyimpanan dan mudah rusak selama dalam transportasi.
Jika selama proses perkembangan buah kebutuhan nutrisi terpenuhi secara optimal dan iklim mendukung hingga proses pematangan buah terjadi, maka pembentukan warna kuning kulit buah jeruk keprok di dataran tinggi maupun rendah dapat berjalan dengan baik, yaitu warna kulit buah kuning tidak pucat dan merata serta mengkilat karena lapisan lilin alaminya telah terbentuk sempurna. Dalam banyak hal, buah jeruk yang dipanen masak fisiologis-masak, warna kuning kulitnya tidak merata dan agak pucat yang berakibat mengurangi mutu buah yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Pematangan buah merupakan proses hormonal yang diikuti oleh perubahan reaksi biokimia di dalam jaringan buah. Hormon etilen terbukti paling berperan dalam proses pematangan buah dan yang mengakibatkan warna buah berubah melalui perubahan kloroplas menjadi senyawa karotenoid yang menimbulkan warna kuning-oranye-kemerahan. Produk yang menghasilkan hormon etilen, di pasar dijual dengan nama dagang Ethrel dan Prothephon dan dapat digunakan untuk memperbaiki warna kulit buah jeruk yang kurang memuaskan dengan dosis yang sekecil mungkin. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan Ethrel 1 cc/l yang diperlakukan pada buah jeruk keprok yang masak fisiologis sangat disarankan.
Gambar Perbandingan Jeruk Perlakuan Degreening
Cara Perlakuan Ethrel pada Buah Jeruk
Penyiapan buah
Panen buah sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dilakukan dengan gunting panen pada saat buah dalam kondisi masak fisiologis. Buah selanjutnya dibersihkan dengan lap sebelum diperlakukan.
Penyiapan larutan ethrel
Konsentrasi ethrel yang dianjurkan adalah 1 ml/l dengan bahan aktif etefon 960 g/liter. Artinya 1 ml ethrel dilarutkan dengan menambahkan aquades hingga menjadi 1 liter. Jika diperlukan 5 l larutan ethrel maka 5 ml ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 5 liter; dan seterusnya
Perlakuan
- Perlakuan dilakukan dengan mencelup buah jeruk ke dalam larutan ethrel selama 1 menit;
- Larutan ethrel konsentrasi 1 ml/l dimasukkan ke dalam ember atau tempat lain dengan kapasitas buah yang dapat dicelupkan sesuai keinginan kita;
- Sekumpulan buah dimasukkan kranjang net dimasukkan dalam larutan enthrel selama kurang lebih 1 menit, ditiriskan dan kemudian dikering anginkan dalam suhu ruangan;
- Setelah kering, buah selanjutnya dapat disimpan dalam kranjang plastik yang ditata rapi;
- Dalam waktu 2-3 hari, buah yang berwarna hijau-kekuningan berubah menjadi kuning.
- Buah siap didistribusikan ke konsumen setelah dilakukan grading
Oleh: Arry Supriyanto
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian