Menjadi seorang yang profesional di lingkungan kerja sangatlah penting. Sebab profesinalitas dapat membantu Anda agar lebih dianggap dan dijadikan aset oleh atasan. Tentu standar profesionalitas di setiap perusahaan berbeda-beda, tergantung ruang lingkupnya. Show
Lalu, apakah profesionalitas berarti bersikap egois? Atau, apakah profesionalitas itu berarti Anda harus baik dengan kolega kerja? Walaupun batas profesionalitas seseorang beragam, hal yang pasti dianggap tidak profesional adalah ketika Anda berperilaku buruk terhadap rekan kerja, seperti mencuri ide mereka, tidak menghormati rekan kerja, tidak bisa bekerjasama, bekerja berdasarkan emosi, bahkan menfitnah, dan masih banyak lagi. Pada lingkungan kerja, berperilaku baik sama halnya menjaga profesionalisme seseorang. Dengan berperilaku baik, maka pekerjaan dilakukan secara profesional kendati ada ketidakcocokan dengan pendapat dari rekan kerja maupun atasan alias si bos.
Tapi bukan berarti saking terlalu baiknya, akhirnya kita membiarkan kolega melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan. Bukan, bukan seperti itu! Berlakulah profesional. Sebab bersikap terlalu baik yang tidak berdasarkan profesionalisme, yakni hanya karena merasa tidak enak hati dengan kolega, bukanlah prioritas di lingkungan kerja. Ini alasannya: Bingung Cari Produk Kredit Multi Guna Terbaik? Cermati punya solusinya! Bandingkan Produk KMG Terbaik! 1. Terlalu Baik hingga Tak Sadar Dimanfaatkan Orang Lain Menjadi bermanfaat bagi orang lain memang baik, asalkan tetap pada batas yang wajar dan tidak merugikan diri sendiri atau perusahaan tempat kita bekerja. Ada perbedaan antara baik dan terlalu baik. Bersikap baik adalah ketika Anda memiliki gaya interpersonal yang baik, dimana Anda mengerti batasan perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak.
Sedangkan bersikap terlalu baik adalah sisi kebalikannya. Individu yang terlalu baik bisa saja hanya akan selalu menyenangkan orang lain agar terlihat baik. Nah, untuk individu yang baik saja, mereka akan lebih nyaman dengan diri mereka dan tidak terlalu peduli dengan bagaimana orang lain melihatnya. Sementara itu, orang yang terlalu baik biasanya juga memiliki hati yang rapuh, tidak tega dan tidak enak hati, yang cenderung mudah dimanfaatkan oleh orang lain karena terlihat lemah. Baca Juga: Ini Dia Tren Bekerja di Kantor Modern
2. Dunia Kerja adalah Tempat Berkarya dan Bersaing secara Sehat Kenyataanya, dunia kerja adalah dunia dimana Anda akan selalu berkarya dan menampilkan hasil terbaik. Bersaing secara sehat sesuai dengan bidang masing-masing demi kemajuan perusahaan tempat bekerja dan meniti karir sangatlah diperlukan.
Logikanya, satu atasan memiliki sekitar beberapa jajaran di bawahnya. Dan masing-masing pegawai, satu sama lain akan bersaing mendapatkan posisi di atas. Dan sesama atasan juga akan bersaing untuk mendapatkan posisi manajemen yang lebih tinggi lagi. Nah, terlalu baik hati hanya dengan mencoba menarik perhatian atasan tidak akan membantu Anda untuk bisa mencapai persaingan di dunia kerja, jika Anda tidak bekerja secara profesional. Selain itu Anda tidak memberikan dorongan yang lebih kuat pada sekitar, serta memanfaatkan segala kesempatan dengan baik secara transparan. Maka, Anda hanya akan menyadari bahwa semakin lama akan semakin frustasi dan kehilangan arah. Sehingga Anda harus bisa membedakan antara bersikap profesional dan bersikap baik hati. Terkadang antara profesional dan bersikap baik hati menjadi rancu, dimana membiarkan atau pura-pura tidak tahu saat melihat ada suatu yang salah dan berdampak buruk pada perusahaan. Maka, ini sebenarnya bukanlah sikap yang baik, tapi tidak profesional.
3. Fokus pada Tanggung Jawab Masing-masing Sebuah perusahaan pasti memiliki struktur kerja yang jelas bagi karyawannya, dan pembagian tanggungjawab yang seimbang. Masing-masing karyawan akan diberikan tugasnya sendiri-sendiri. Berperilaku terlalu baik hati dengan mengerjakan tanggungjawab rekan kerja lainnya adalah hal bodoh dan bisa dibilang hanya sia-sia belaka. Sementara, pada akhirnya Anda sendiri yang dirugikan karena tidak mampu menyelesaikan tugas yang sudah diberikan dan menjadi tanggungjawab yang harus dipenuhi. Hal ini akan membuat Anda disalahartikan dan membuat Anda lebih mudah disepelekan. 4. Membangun Reputasi itu Berdasarkan Kompetensi Jika Anda berperilaku baik hati hanya demi membangun reputasi positif tapi semu, maka usaha Anda hanya akan sia-sia saja. Reputasi positif terbentuk karena Anda mahir melakukan apa yang menjadi tugas Anda, memiliki kapabilitas dan ilmu yang membuat Anda kompeten pada bidangnya.
Terlalu baik hati hanya karena Anda merasa tidak percaya diri bukanlah solusi. Anda hanya akan terus menerus mencari jati diri dan pengakuan orang lain. Anda mungkin takut akan dicap buruk oleh orang lain. Tapi ingatlah, bahwa reputasi dibangun berdasarkan kualitas Anda. Baca Juga: Setelah Menikah Tidak Bekerja: Wanita Harus Tahu Soal Pajak ini! 5. Berperilaku Semestinya itu Penting Tidak bersikap terlalu baik bukan berarti Anda berperilaku buruk. Tidak terlalu baik adalah ketika Anda mampu merebut kesempatan yang ada tanpa membiarkan peluang yang bisa Anda peroleh menjadi sia-sia padahal Anda mampu. Jangan sampai orang menyalahartikan kemampuan Anda. Usahakan untuk selalu jelas dalam mengungkapkan maksud Anda dan pilihkan cara komunikasi yang tepat dan topik yang sesuai agar Anda tak terlihat aneh.
Anda juga bisa belajar memahami orang yang berbeda pendapat dengan Anda di lingkungan kerja dengan cara mengerti situasi dari sudut pandang orang lain serta mengubah cara penyampaian opini secara tepat pula. Maka Anda akan dipandang dan dihargai dengan memberikan solusi yang lebih baik ketimbang hanya sebuah kritikan, bukan? Jadilah Pribadi yang Baik, Bukan Terlalu Baik yang Tak Berdasarkan ProfesionalitasSegala hal yang berlebihan tidaklah berdampak positif pada akhirnya. Tapi yang terpenting adalah menjadi diri sendiri. Tidak ada ruginya untuk tetap dan terus bersikap baik kepada semua orang di lingkungan kerja, dengan menjaga profesionalisme. Karena bersikap baik adalah dasar menjalin hubungan positif kepada rekan kerja maupun atasan. Menjadi pribadi yang baik hati bukanlah suatu kesalahan dan tidak harus diubah hanya karena mengejar persaingan di dunia kerja. Namun, membiarkan sesuatu hal yang negatif dan dapat merugikan semua pihak maupun perusahaan hanya karena terlalu baik hati bukanlah sikap yang bijak. Dengan tetap menjaga profesionalitas, menjadi seseorang yang berkepribadian baik bukanlah sesuatu yang negatif. Anda akan tetap memiliki peluang untuk berkarya dengan lebih baik di tempat kerja Anda dan biarlah si bos yang menilainya. Tetaplah jadi pribadi yang baik dan bekerjalah secara profesional! Baca Juga: Tips Bekerja dari Intern Menjadi Pegawai Tetap Bagaimana menyusun prioritas?Langkah Menyusun Skala Prioritas
Tulislah semua kebutuhan yang ada, hilangkan yang benar-benar tidak begitu penting. Susunlah urutan kebutuhan berdasarkan tingkat kepentingannya. Buatlah catatan kebutuhan pendanaan yang ada. Dari catatan yang ada, pilihlah kebutuhan yang paling memberikan manfaat secara optimal.
Bagaimana cara menentukan prioritas pekerjaan?Cara Buat Skala Prioritas Ketika Semua Pekerjaan Deadline. Buat To Do List. ... . 2. Tandai Pekerjaan Paling Penting. ... . 3. Delegasikan Pekerjaan ke Rekan Kerja. ... . 4. Cicil Pekerjaan Penting Tapi Deadline Masih Jauh. ... . Pekerjaan Selesai, Hapus dari To Do List. ... . Fokus Jadi Kunci Menyelesaikan Pekerjaan.. Apa yang dimaksud dengan prioritas dalam pekerjaan?Saat dihadapkan dengan pekerjaan yang banyak dan semuanya terasa penting itu saatnya kamu menentukan skala prioritas. Skala prioritas adalah keadaan dimana kamu menentukan urgensi dari kebutuhan atau pekerjaan yang harus kamu dahulukan. Cara ini dianggap efektif untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang dihadapi.
Bagaimana cara menjawab pertanyaan prioritas?Setelah mengetahui alasan di balik recruiter melontarkan pertanyaan tersebut, tentu kamu ingin menjawabnya dengan baik.. Jelaskan bagaimana kamu membuat to-do list. ... . 2. Jelaskan kamu mengutamakan prioritas dari perusahaan. ... . 3. Ceritakan bagaimana kamu mengatur deadline.. Selama beberapa dekade terakhir, para pemimpin perusahaan yang sukses telah berbagi beberapa sifat umum: visi tebal, kemampuan untuk menyederhanakan situasi kompleks, kekuatan untuk menginspirasi orang lain. Mereka semua memang kualitas yang sangat baik, tetapi pandemi global baru -baru ini dan pergolakan yang disebabkannya menunjukkan kebutuhan mendesak akan cara berpikir baru tentang kepemimpinan. & NBSP; Dengan tenaga kerja yang tumbuh baik global dan jarak jauh dan ekonomi yang mengalami transformasi yang signifikan, penyederhanaan tidak lagi mungkin. & NBSP; Tantangan saat ini kompleks dan semakin berkembang, dan para pemimpin masa depan perlu menarik diri untuk lanskap yang sangat berbeda. Sudah ada perubahan, dengan kepemimpinan hierarkis memberi jalan untuk kolaborasi dan fleksibilitas bahkan sebelum pandemi. & Nbsp; Begitu dunia mengalami krisis, karyawan yang kewalahan mencari para pemimpin mereka untuk bimbingan dan dukungan. Tidak semuanya sesuai dengan tantangan. Dengan situasi yang tidak stabil di Eropa Timur saat ini, ada krisis yang lebih besar di cakrawala - politik, kemanusiaan, dan ekonomis. Sekali lagi, kemampuan para pemimpin akan diuji. & NBSP; lived up to the challenge. With the volatile situation in Eastern Europe right now, there is an even bigger crisis on the horizon— political, humanitarian, and economical. Once more, leaders’ abilities will be put to the test. Prioritas kepemimpinan utama untuk 2022Karena dunia berebut untuk menemukan solusi untuk masalah tahun ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh para pemimpin. Tantangan ekonomi sangat bagus, namun fokus organisasi harus pada orang dan kesejahteraan emosional dan fisik mereka. & NBSP; 1. Empati harus menjadi pusat kepemimpinanPengunduran diri hebat menjadikan kompetisi untuk bakat menjadi sangat ketat. Akibatnya, para pemimpin bisnis perlu membangun dan mendorong lingkungan kerja yang memprioritaskan koneksi dan kolaborasi manusia. Beberapa tahun terakhir telah meninggalkan kita dengan satu kepastian: bahwa tidak ada yang pasti. & Nbsp; made the competition for talent a very tight one. As a result, business leaders need to build and encourage a work environment that prioritizes human connections and collaboration. The past few years have left us with one certainty: that nothing is certain. Karyawan perlu merasa dipahami dan didukung oleh manajer mereka. Mereka membutuhkan banyak motivasi positif di lingkungan global yang agak bermusuhan. Memiliki empati dan belas kasih sebagai dua bahan utama gaya kepemimpinan Anda berarti membangun kepercayaan yang solid dalam tim Anda, pemangku kepentingan, dan komunitas yang lebih besar. Beberapa statistik menunjukkan bahwa 40% karyawan akan bekerja lebih lama untuk pemimpin empati. Persentase itu mengejutkan karena menarik dan mempertahankan karyawan berbakat itu sulit. & NBSP;40% of employees would work longer hours for an empathetic leader. That percentage is staggering because attracting and retaining talented employees is difficult. Empati melampaui upaya memahami perasaan orang lain; itu membutuhkan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang mereka. Pergi lebih dalam, empati mengembangkan berkorelasi dengan kecerdasan emosional yang tinggi (EQ). Menurut Daniel Goleman, ada lima elemen kunci:
Baca lebih lanjut: Apa yang harus dilakukan tentang budaya organisasi Anda setelah krisisWhat to do about your organizational culture after the crisis 2. Keragaman, ekuitas, dan inklusi (DEI) harus menjadi pusat semua inisiatif SDMDei telah berada di radar kepemimpinan perusahaan selama beberapa waktu. Namun, bahkan dengan upaya yang terlihat, masih banyak yang harus dilakukan di bidang ini. Daripada memperlakukan Dei sebagai item tanggung jawab sosial, sekarang saatnya untuk mengubahnya menjadi perubahan yang mencakup semua untuk menjatuhkan semua hambatan tempat kerja. & NBSP; Tujuan kepemimpinan perlu memasukkan perumusan strategi berbasis bakat untuk menjadi organisasi inklusif dengan budaya yang beragam yang terbuka untuk individu dan ide yang inovatif. Dalam pembukuan keragaman global, keadilan, dan inklusi, mantan kepala keragaman global Sodexo, Rohini Arnad, bertujuan untuk menangani Dei di tingkat internasional. & Nbsp; Leading Global Diversity, Equity, and Inclusion, the former global chief diversity officer of Sodexo, Rohini Arnad, aims to tackle DEI at an international level. Dia berbicara tentang tantangan menerjemahkan program DEI dalam lingkungan multinasional dengan berbagai konteks budaya, hukum, dan politik. Dia mengingatkan para pemimpin bahwa "setiap tempat memiliki sejarah pengecualian, diskriminasi, jaringan sikap dan sistem yang memicu dan membenarkan marginalisasi." Prioritas pengembangan kepemimpinan utama perlu mengungkap ketidakseimbangan kekuatan historis ini. Setelah ini keluar di tempat terbuka, sekarang saatnya untuk melangkah maju dengan bekerja bersama dengan pemangku kepentingan lokal dan spesialis budaya untuk menemukan strategi paling efektif untuk mengatasi masalah mendesak. Baca lebih lanjut: Pengembangan bakat untuk keragaman, keadilan, dan inklusi yang lebih baik Talent development for better Diversity, Equity and Inclusion 3. Buat keselamatan psikologis prioritasMake psychological safety a priorityKesehatan mental dan kesehatan karyawan harus menjadi jantung dari semua strategi SDM. Seperti pekerjaan jarak jauh dan pemikiran ulang metrik produktivitas yang menyeluruh adalah bagian dari teka -teki normal baru yang rumit, jadi fokus pada kebutuhan psikologis karyawan adalah perekat yang dapat menyatukan semuanya. & Nbsp; New Normal puzzle, so a focus on the employee’s psychological needs is the glue that can hold it all together. Kesehatan mental adalah faktor penting dalam seberapa puas, produktif, kreatif, dan inovatif karyawan Anda. Para pemimpin harus menumbuhkan lingkungan kerja yang menjamin keselamatan psikologis. Konsep yang diciptakan oleh Profesor Sekolah Bisnis Harvard Amy Edmondson didefinisikan sebagai "keyakinan bersama bahwa tim aman untuk pengambilan risiko antarpribadi." psychological safety. The concept, coined by Harvard Business School professor Amy Edmondson is defined as “a shared belief that the team is safe for interpersonal risk-taking.” & nbsp; dr. Timothy Clark melanjutkan untuk mengidentifikasi tahap keselamatan psikologis di tempat kerja: four stages of psychological safety in the workplace:
Menurut Dr. Clark, anggota tim harus maju melalui tahap -tahap ini untuk merasa nyaman berbicara dan memberikan kontribusi yang berharga. Para pemimpin perlu menyadari tahap -tahap ini dan memperhatikan bagaimana mereka bereaksi terhadap tindakan dan ide karyawan. Baca lebih lanjut: 4 Takeaways Penting Dari Pikiran Laporan Tempat Kerja 2021 4 Important takeaways from the Mind The Workplace 2021 Report 4. Pertukaran visi untuk tinjauan ke depan strategisForesight strategis adalah proses yang dikembangkan dengan baik untuk menciptakan pandangan fungsional masa depan dan opsi alternatif. Dengan melakukan ini, organisasi terus -menerus siap menghadapi tantangan apa pun dan dapat dengan mudah memanfaatkan peluang tersembunyi. & NBSP; well-developed process of creating functional views of alternative futures and options. By doing this, organizations are constantly prepared for any challenges and can easily take advantage of hidden opportunities. Menggunakan pandangan ke depan strategis, para pemimpin dapat lebih mudah menavigasi ketidakpastian dan pergolakan sementara juga memengaruhi hasil. Pemetaan skenario adalah salah satu alat yang paling berguna untuk merancang strategi. Singkatnya, ini memerlukan pengujian dampak dari berbagai opsi yang Anda pertimbangkan. Ini membantu melihat situasi untuk menemukan elemen apa pun yang dapat Anda manfaatkan ketika ada ketidakpastian. & NBSP; Scenario mapping is one of the most useful tools for designing a strategy. In a nutshell, it entails testing the impact of various options you are considering. It helps look at a situation to discover any elements you can leverage when there is uncertainty. Setiap rencana membutuhkan pengujian menyeluruh untuk menentukan kelayakannya. Tanpa langkah ini, Anda dapat berada dalam masalah nyata jika pasar berubah dengan cepat, dan Anda tidak siap untuk masalah yang perlu diperbaiki. Foresight strategis membantu para pemimpin:
Baca lebih lanjut: 3 gaya kepemimpinan yang bekerja pada saat krisis3 Leadership styles that work in times of crisis & nbsp; 5. Mengungkap asumsi pribadi dan organisasiUncover personal and organizational assumptionsWajar untuk membuat asumsi dan akibatnya menindaklanjutinya. Dalam kata -kata para peneliti, “Kisah -kisah yang diceritakan oleh otak kita dipengaruhi oleh pengalaman hidup.” & Nbsp; Harvard researchers, “the stories our brain tells are influenced by life experience.” Namun, sementara pada tingkat pribadi, itu mungkin masih berfungsi untuk mendasarkan keputusan pada serangkaian kepercayaan yang tidak tertandingi, di tingkat organisasi, mereka dapat berarti kejatuhan perusahaan. Ketika bias dan asumsi para pemimpin menjaga mereka dari mengenali perubahan yang signifikan, itu menjadi masalah substansial dengan konsekuensi yang mengerikan. & NBSP; company’s downfall. When the leaders’ biases and assumptions keep them from recognizing significant changes, it becomes a substantial issue with dire consequences. Ketika dihadapkan dengan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, kita cenderung secara otomatis menyaring semuanya melalui perspektif dan keyakinan yang sudah kita miliki. Contoh yang sangat baik tentang bagaimana yang tidak dapat diprediksi membuat banyak bisnis terkejut adalah kekurangan chip global2020. Dengan efeknya masih dalam ayunan penuh, krisis ini sekarang berada di ambang mengambil Amurn untuk yang lebih buruk, dengan Ukraina menjadi produsen utama gas neon, yang diperlukan untuk produksi chip. Para pemimpin perusahaan bersiap untuk mengurangi ini memiliki peluang yang lebih baik untuk tetap di depan daripada mereka yang percaya bahwa situasinya akan membaik segera setelah pandemi Covid-19 melambat. 2020 global chip shortage. With its effects still in full swing, this crisis is now on the verge of taking a turn for the worse, with Ukraine being a major producer of neon gas, which is needed for chip production. Company leaders prepared to mitigate this have a better chance of staying ahead than those that believe that the situation is due to improve as soon as the Covid-19 pandemic slows down. Bias bawah sadar kita pada umumnya akan mengatasi keinginan untuk berubah, dan inisiatif baru akan terasa berbahaya. Namun, foresight strategis dapat membantu Anda melihat semuanya dari perspektif transformatif. Ini memungkinkan Anda untuk mengidentifikasi narasi pribadi atau organisasi tersembunyi yang merugikan untuk bergerak maju. & NBSP; 5. Lihat lebih dari industriLook further than the industryPara pemimpin perlu mengikuti perubahan industri, tetapi paling sering, tanda -tanda perubahan yang sebenarnya sulit untuk dilihat apakah Anda tidak memperhatikan area lain. Oleh karena itu penting untuk melihat dengan cermat bidang bisnis dan ekonomi yang tampaknya tidak terkait. Contoh yang sangat baik adalah masalah rantai pasokan saat ini. Awalnya disalahkan pada krisis global, ini telah menunjukkan banyak aspek dan memengaruhi berbagai bisnis pada tingkat yang berbeda. & NBSP; Dari fenomena cuaca ekstrem hingga penyumbatan Kanal Suez dan kemacetan waralaba kereta api barang di AS, banyak faktor mengganggu ekonomi global dengan memengaruhi rantai pasokan. Semua ini bisa menjadi masalah di masa depan juga. Melihat dari luar dan memahami apa yang sedang terjadi di berbagai bidang. Sangat penting untuk menantang bias Anda sendiri dan menjadi kreatif dan inovatif terus -menerus. Potensi untuk mengungkap sesuatu yang berharga sangat besar. Peta pikiran kepemimpinan yang baru perlu mengharapkan yang tak terduga dan mencoba memodelkannya. many factors disrupted the global economy by impacting the supply chain. All these can be a problem in the future as well. Looking from the outside in and understanding what is going on in various areas. It’s crucial to challenge your own biases and be creative and innovative constantly. The potential for uncovering something valuable is enormous. The new leadership mind-map needs to expect the unexpected and try to model it. Pikiran terakhirDengan gangguan menjadi kata hari ini (atau dekade menilai dari keadaannya), para pemimpin perlu mengubah cara berpikir dan bertindak. Prioritas kepemimpinan untuk tahun 2022 harus berorientasi pada orang dan didorong oleh pandangan ke depan strategis. & NBSP; Tetap di loop! Kami akan membuat Anda diperbarui dengan tips dan sumber daya e-learning yang paling berharga. Berlangganan dan jangan pernah ketinggalan! Raluca Cristescu adalah fakultas lulusan surat dengan lebih dari sepuluh tahun pengalaman dalam pelatihan perusahaan, terutama berfokus pada soft skill untuk layanan pelanggan dan penjualan langsung. Apa 3 prioritas teratas Anda di tempat kerja?3 prioritas teratas dalam pekerjaan baru.. Mempelajari tali. Salah satu prioritas utama Anda dalam pekerjaan baru adalah mempelajari tali. .... Membangun hubungan. Prioritas utama lain dalam pekerjaan baru harus membangun hubungan dengan kolega Anda. .... Memberikan hasil .. Apa prioritas yang baik untuk bekerja?Bagaimana memprioritaskan tugas di tempat kerja.. Putuskan tugas mana yang paling penting.Pertama, putuskan tugas mana yang harus Anda lakukan yang paling kritis..... Masukkan tugas Anda ke dalam kalender..... Menetapkan batasan..... Akun untuk gangguan..... Dapatkan bantuan dari teknologi..... Memprioritaskan satu tugas pada satu waktu..... Gunakan alat penjadwalan..... Delegasi Tugas .. Apa 5 prioritas teratas Anda?5 hal teratas untuk diprioritaskan dalam hidup.. Health.. Keluarga + hubungan .. Self-Improvement.. Money.. Balance.. Apa yang Anda anggap sebagai 3 5 prioritas pekerjaan Anda?Pertimbangkan yang berikut:.. Pekerjaan merangsang & menantang .. Dapat mempelajari hal -hal baru dan mengembangkan keahlian Anda .. Mencapai hasil yang terukur .. Merasa dihargai dan bagian inti dari tim .. Peluang untuk tumbuh dan berkembang di dalam perusahaan .. Menjadi bagian dari budaya positif di mana kontribusi dihargai .. |