Antibodi vaksin sinovac bertahan berapa lama

Riset menunjukkan antibodi yang dihasilkan dari penyuntikan dua dosis vaksin Covid-19 Sinovac akan menurun setelah enam bulan. Hasil studi menyebutkan, dosis ketiga vaksin virus corona sebagai booster akan meningkatkan kembali kekebalan tubuh.Penurunan kekuatan sistem imun tersebut dilaporkan dari hasil temuan para peneliti vaksin Sinovac di Tiongkok yang dipublikasikan pada Minggu (25/7). Penelitian melibatkan 540 orang dengan rentang usia 18-59 tahun. Responden ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu penerima dosis tinggi, dosis sedang, dan plasebo.

Efikasi vaksin Sinovac untuk dua dosis sebesar 65,3%. Responden yang mendapatkan dua dosis suntikan Sinovac, ketika antibodi diperiksa pada dua pekan menjadi 35,2%. Adapun responden yang diperiksa pada empat pekan kemudian menjadi 16,9%.

Baca Juga

Sedangkan peserta yang menerima dosis ketiga sebagai booster yang disuntikkan sekitar enam bulan setelah dosis kedua, antibodi mereka meningkat tiga sampai lima kali lipat.Studi kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Jiangsu, Fudan University, dan Sinovac ini menyebutkan perlu penelitian lebih lanjut untuk menguji durasi antibodi setelah suntik dosis ketiga.

Penelitian ini tidak menguji efek antibodi terhadap varian Covid-19 yang lebih menular. Saat ini varian Delta yang lebih menulai telah menyebar hampir seluruh dunia. 

Baca Juga

Penelitian berbeda yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Thammasat dan Pusat Nasional untuk Rekayasa Genetika dan Bioteknologi Thailand pun menyatakan hasil yang serupa. Tingkat antibodi menurun 50% setelah 40 hari dari penyuntikkan dosis kedua, dilansir dari Bangkok Post, Selasa (13/7).Riset yang dilakukan di Thailand itu melibatkan 500 orang yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac. Penelitian tersebut memaparkan bahwa tingkat antibodi orang yang telah menerima vaksinasi dosis kedua akan menurun setelah 60 hari.Penelitian masih berkutat pada efektivitas vaksin terhadap strain asli dari virus Covid-19, belum menyentuh pada varian-varian baru yang penularannya lebih cepat.

Di Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah menyebutkan durasi antibodi dari dua dosis Sinovac hanya bertahan untuk 12 bulan. Menkes mendorong para tenaga kesehatan Indonesia hendak menjalani vaksinasi dosis ketiga menggunakan Moderna.

Baca Juga


Penyumbang bahan: Akbar Malik Adi Nugraha

Advertising

Advertising

Katadata bersama 3 media menggalang dana untuk membantu tenaga medis dan warga terdampak corona yang disalurkan melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (Rekening BNI: 2005 2020 55). Ayo, ikut membantu donasi sekarang! Klik di sini untuk info lebih lengkapnya.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Petugas memperlihatkan vaksin COVID-19 Sinovac di Sentra Vaksinasi COVID-19 khusus anak di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (24/7/2021). Foto: kumparan

Hasil penelitian di China mengungkapkan, antibodi dalam tubuh yang dihasilkan dari vaksin Sinovac menurun setelah 6 bulan menerima vaksin.

Hasil penelitian ini didapatkan dari pengecekan sampel darah orang dewasa sehat berusia 18-59 yang dibagi menjadi dua kelompok dengan peserta masing-masing lebih dari 50 orang. Hasilnya, tak sampai dari separuh peserta memiliki antibodi di atas ambang batas.

"Untuk peserta yang menerima dua dosis, dua atau empat minggu terpisah, hanya 16,9% dan 35,2% masing-masing masih memiliki tingkat antibodi penetralisir di atas ambang batas enam bulan setelah dosis kedua," tertulis dalam hasil penelitian tersebut.

Meski ada penurunan antibodi, dalam penelitian ini juga ditemukan peningkatan antibodi pada peserta hingga 3 sampai 5 kali lipat setelah 4 minggu diberikan suntikan dosis ketiga.

Para peneliti mengingatkan, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat berapa lama antibodi usai suntikan dosis ketiga bisa bertahan dalam tubuh.

Ketua Tim Uji Klinis Sinovac di Indonesia Prof Kusnandi Rusmil, juga mengungkap bahwa imunogenisitas atau antibodi vaksin asal China itu turun usai 6 bulan.

"Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang," kata Prof Kusnandi.

Sejauh ini, selain nakes ada juga masyarakat lain yang divaksin lebih dulu pada akhir Januari dan Februari 2021 dan antibodinya diduga sudah habis, termasuk Presiden Jokowi. Jokowi divaksin dosis kedua pada 27 Januari lalu.

Presiden Joko Widodo saat disuntik vaksin corona Sinovac dosis ke-2 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/1). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

Lantas, bagaimana menghitungnya?

Jadi, apabila 6 bulan itu dikonversi menjadi satuan hari, maka akan menghasilkan waktu 182 hari.

Sementara rentang waktu antara 27 Januari sampai 28 Juli pun sudah mencapai 182 hari. Artinya, Jokowi dianjurkan untuk memperoleh dosis ketiga.

Berdasarkan paparan Prof Kusnandi, seseorang boleh saja divaksin corona dengan merek yang berbeda-beda tiap tahunnya.

Misalnya, di tahun pertama pakai vaksin sinovac, sementara di tahun kedua memakai vaksin pfizer. Menurut Kusnandi, semua vaksin memiliki fungsi yang sama.

Seorang pekerja medis memegang dosis vaksin Sinovac di fasilitas kesehatan. Foto: REUTERS/ Willy Kurniawan

Suntikan Booster Terhadap Tenaga Kesehatan

Ahli Paru sekaligus Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, dr. Syahril Mansyur Sp.Paru, punya pandangan tersendiri terhadap suntikan booster ini.

"Booster untuk para nakes sudah dimulai dengan menggunakan vaksin Moderna. Nantinya, untuk yang lain, akan dilakukan secara prioritas dan bertahap," kata dr. Syahril.

Sedangkan Medical Senior Manager PT Kalbe Farma, dr. Esther Kristiningrum mengatakan, pemberian booster vaksin diprioritaskan kepada tenaga kesehatan lantaran mereka adalah garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Namun, ia berpendapat, tidak menutup kemungkinan masyarakat umum mendapatkan dosis tambahan vaksin.

"Kalau untuk umum, tentunya bisa (dapat) booster. Namun, berapa lama efektivitas vaksin masih dalam penelitian, sehingga kemungkinan setelah beberapa bulan, antibodi vaksin kedua menurun sehingga perlu booster," kata dr. Esther.

Ketika disinggung mengenai efektivitas vaksin dengan varian atau mutasi baru virus, ia mengatakan semua vaksin masih cenderung efektif, walaupun ada juga kemungkinan efektivitas.

Lebih lanjut, dr. Esther mengatakan, masyarakat tidak perlu panik, karena yang terpenting adalah mendapatkan vaksinasi lengkap sebanyak dua dosis terlebih dahulu. Hal ini untuk membentuk pertahanan dan imunitas tubuh yang baik, sebelum akhirnya mencapai kekebalan komunal

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi saat memberikan keterangan secara virtual. Foto: Kemenkes RI

Kemenkes Akui Imun Sinovac Turun 6 Bulan

Jubir Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengakui fakta turunnya imun Sinovac usai 6 bulan. Tetapi ia memastikan vaksin Sinovac masif efektif untuk memerangi virus corona.

“Penurunan [imunogenisitas] terjadi, tapi masih efektif sampai saat ini,” kata Nadia.

Sementara itu, saat ini booster vaksin sudah mulai diberikan kepada tenaga kesehatan menggunakan vaksin Moderna. Sebagai sasaran vaksinasi nasional tahap pertama, mayoritas nakes sebelumnya telah divaksin Sinovac dosis penuh sejak Januari.

Booster vaksin bertujuan untuk memberikan perlindungan ekstra bagi mereka yang tengah berjuang di garda depan menangani lonjakan pasien COVID-19. Terlebih apabila mengingat imunogenisitas vaksin Sinovac turun setelah 6 bulan.

Sejumlah anak menjalani masa observasi usai menerima vaksin COVID-19 Sinovac di Sentra Vaksinasi COVID-19 khusus anak di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (24/7). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Nadia memastikan, hingga saat ini belum ada rencana untuk memberikan booster vaksin corona kepada masyarakat umum. Ia menegaskan pencapaian target vaksinasi dosis pertama dan kedua bagi 208 juta penduduk RI masih menjadi prioritas utama.

“Kepada umum sampai saat ini tidak kita berikan, ya. WHO sendiri tetap merekomendasikan untuk percepatan vaksinasi yang mendapatkan dosis 1 dan 2 di tengah keterbatasan vaksin, dibandingkan pemberian vaksin ke 3,” jelas Nadia.

“Karena semakin banyak orang yang telah mendapatkan vaksin lengkap dua dosis maka laju penularan dan pandemi dapat dikendalikan,” tandas dia.