Apa itu doc pada ayam

Apa itu doc pada ayam
Apa itu doc pada ayam

Apa itu doc pada ayam

Foto: istimewa

Tidak jarang peternak mengeluhkan kualitas DOC yang diperolehnya. Berbagai upaya dilakukan untuk menggerek performa DOC agar sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya

Bagai sedang mendaki gunung, mungkin itulah yang dirasakan peternak broiler (ayam pedaging) saat ini. Meski harga ayam menjelang bulan puasa hingga hari raya diperkirakan akan terus meningkat, namun banyak pula kerikil yang harus dirasakan peternak salah satunya adalah kesulitan mendapatkan DOC (Ayam Umur Sehari) yang berkualitas.


Diungkap salah satu peternak broiler di daerah Bogor Jawa Barat, Toto Wismaryanto. DOC yang ia peroleh kurang bagus sehingga perkembangannya terganggu ditambah pengaruh penggunaan pakan yang non AGP (Antibiotic Growth Promoters) sejak awal tahun. “DOC yang saya pelihara sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan memiliki uniformity (keseragaman) yang kurang bagus dibanding DOC yang diperoleh 4 hingga 5 bulan sebelumnya,” ungkapnya kepada TROBOS Livestock.


Ia menduga, cikal bakal performa DOC yang dipelihara kurang bagus ini karena dipengaruhi faktor pakan sebesar 70 % dan manajemen hatchery (tempat penetasan) sebesar 30 %. Selain kualitas yang diperoleh kurang bagus, untuk mendapatkan DOC dengan target panen menjelang Lebaran ini juga sulit. “Produsen DOC sepertinya lebih mengutamakan untuk mengisi kandang komersial kepunyaannya sendiri terlebih dahulu. Sementara bagi peternak luar yang ingin mendapatkan DOC harus membeli sekaligus dengan pakannya atau istilahnya kawin pakan,” ujar Toto. Hal ini menambah beban peternak karena setelah implementasi pencabutan AGP menyebabkan adanya penambahan biaya produksi sekitar Rp 200 – 400 per ekor per siklus.


Dalam pemeliharaan broiler, ia menggunakan 2 tipe kandang yaitu open house (kandang terbuka) dan closed house (kandang tertutup). “Untuk pemeliharaan di closed house tidak ada masalah dan ayam masih bisa panen di atas ukuran 1,7 kg,” ungkapnya.


Namun untuk mengatasi kualitas DOC yang kurang baik, Toto mengubah manajemen pemeliharaan broiler di open house secara total. “Program brooding dengan pemanas yang digunakan harus harus ideal. Program pencegahan dan pengobatan penyakit juga harus lebih diperhatikan lagi pengawasannya,” ucapnya.

Benahi Manajemen
Banyak keluhan dari para peternak yang sulit mendapatkan DOC dan ketika dapat pun kualitasnya menurun diakui Head of Poultry Health Broiler PT Sierad Produce Tbk, Sumarno Wignyodiharjo. “Sebenarnya ini masalah klasik. Performa ayam di peternak katanya sedang jelek dan hal itu terjadi bukan saat ini saja sehingga pengaruh kualitas DOC bukan sesuatu isu yang luar biasa,” kilah pria yang akrab disapa Marno ini.


Ia menyatakan, dalam memproduksi telur untuk DOC, induk ayam memiliki umur emasnya di sekitar 40 minggu. “Umur ayam kita tidak bisa mengontrolnya sehingga wajar saja jika DOC yang dihasilkan di luar usia itu kualitasnya menurun,” katanya.


Untuk itu, menurut Marno, kunci utamanya bukan menyalahkan kualitas DOC, melainkan fokus membenahi faktor internal yang bisa dikontrol seperti manajemen. “Misalnya pada minggu pertama pemeliharaan, target berat broiler harus mencapai 4,5 kali dari berat awal DOC. Kalau tidak mencapai target itu baru dilakukan evaluasi kualitas DOC,” sarannya.


Ia menegaskan, manajemen pemeliharaan broiler itu ada formulanya. Peternak perlu melihat angka pertumbuhan relatif atau relative growth dengan rumus yaitu berat ayam minggu pertama dikurangi berat DOC dibagi dengan berat DOC dikali 100. Hasil dari perhitungan rumus itu disebut dengan angka relative growth.


Berdasarkan pengamatan Marno, rata-rata relative growth berada di angka 300 – 350. Faktanya adalah angka tersebut menunjukkan masalah kualitas DOC tidak banyak pengaruhnya dan justru permasalahan utamanya di manajemen pemeliharaan. “Dengan besar angka tersebut menunjukkan berat ayam belum optimal bukan dikarenakan oleh kualitas DOC melainkan adanya permasalahan di manajemen. Apalagi saat ini sudah sangat jarang ditemukan DOC dengan kualitas kurang bagus karena sudah ada grading di breeding,” tegas Marno.


Seandainya, angka relative growth berada di atas 350 maknanya antara kualitas DOC dan manajemen pemeliharaan tidak ada masalah. Yang ekstrem apabila angka relative growth di bawah 250 yang berarti ada masalah dengan kualitas DOC. “Dari parameter itulah, kualitas DOC bisa ditentukan,” ujarnya.
Sederhananya, jika berat ayam tidak tercapai jangan salahkan kualitas DOC terlebih dahulu tapi lihat kembali bagaimana manajemen pemeliharaan di kandang. “Kita koreksi dulu diri kita sendiri, bagaimana manajemen brooding, ventilasi, sekam, dan yang lainnya,” usulnya.


Pada dasarnya peternak dapat melihat kualitas DOC dari skala fisik seperti ada tidaknya open navel (tali pusar) yang masih terbuka atau tidak, kemudian ada tidaknya paruh bengkok, atau perut kembung. “Sebagai acuan ketika chick in, peternak ketika menaruh DOC di brooder jika DOC aktif dan tidak tidur, itu merupakan awal yang bagus,” kata Marno.


Selain itu, peternak harus memiliki EWS (Early Warning System) dengan mengecek temperatur rektal, sejak DOC datang dari mobil yang standarnya berkisar 39,5 – 40,6 0C. “Jika suhu menunjukkan 38 0C, DOC harus cepat-cepat dimasukkan ke pemanas. Di brooder cek lagi ada kenaikan temperatur rektal atau enggak. Juga mengecek sampel uniformity 10 % dari jumlah DOC yang datang dengan nilai minimal 72 %.


Jika ingin lebih detail lagi, peternak bisa melakukan nekropsi dengan parameter utama yolk sac. “Biasanya ada 3 hal utama secara nekropsi yaitu pertama, kuning telur viskositasnya harus bagus, kalau ada masalah coli atau jamur, biasanya encer sebagai indikasi terkontaminasi. Kedua, ada tidaknya vaskularisasi/pelebaran pembuluh darah, bagus jika tidak ada. Ketiga, indikasi coli atau pseudomonas, tangkai kuning telur warnanya putih seandainya ada masalah akan berwarna merah,” jelas Marno.

14 Hari yang Menentukan
Walaupun peternak telah menerapkan manajemen yang ekstra di peternakannya namun jika DOC yang diperoleh kualitasnya kurang baik maka kemungkinan besar tetap tidak bisa mencapai target pertumbuhan yang diinginkan. “Ayam itu berbeda analoginya dengan manusia. Kalau manusia lahir prematur tapi jika diberi nutrisi tambahan lalu diurus dengan benar maka lama-lama akan menjadi besar. Berbeda dengan ayam, meski sudah diberi makanan ekstra tidak akan bisa sebagus ayam yang jika dari awal berat badannya besar dan bagus,” papar Boedi Poerwanto, praktisi perunggasan.

 
Menurut Boedi, untuk DOC yang berasal dari bibit/induk muda, target pertumbuhannya harus disesuaikan karena pencapaiannya paling hanya 80 %. Juga belum tentu FCR atau rasio konversi pakannya rendah malah bisa jadi ada penambahan. “Jika DOC yang kurang baik bisa mencapai berat panen 1,6 kg tentu waktunya bisa lebih panjang dan makannya lebih banyak. Alhasil FCR bisa bengkak,” ujarnya.


Ia menegaskan, kualitas DOC menentukan pertumbuhan secara keseluruhan. Jika DOC bagus, manajemen pemeliharaan awal bagus, akhirnya pasti bagus. “Krusial pemeliharaan DOC hanya sampai 14 hari (masa brooding), pemeliharaan ayam itu meskipun ini klise tapi harus kerja dengan hati. Kalau kita tidak senang di kandang pasti susah untuk berhasil,” tandas Boedi.


Yang harus dikakukan ketika pertama kali DOC datang ke kandang adalah memastikan semua sarana produksi mulai dari kandang, pakan, minum, pemanas dalam keadaan baik. “Kenyamanan ayam di dalam kandang menjadi yang paling utama. Orang masih memperdebatkan waktu yang baik untuk brooding, kalau saya dapat suhu di dalam kandang 31 0C saja apalagi ketika dini hari jam 2 atau 3 sudah hebat, artinya kondisi ayam sudah nyaman. Jika ayam sibuk makan dan minum berarti sudah aman,” jelasnya.


Biasanya pemakaian tabung gas ukuran 50 kg ketika masa brooding mencapai 12 tabung, tapi dengan penerapan sistem kenyamanan, tidak harus memakai sebanyak itu. “Saya cuma pakai 8 tabung. Tentu ada penghematan melalui penerapan sistem itu dengan melihat kenyamanan ayam. Saya malah senang tidak pakai cooling pad, karena sulit mengendalikan kelembapan,” ucapnya.


Konsep kenyamanan ini diterapkan karena sering kali teori tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. “Saya menyederhanakan pemahaman saya seperti itu. Kalau kualitas DOC tidak terlalu bagus, usahakan beri kenyamanan yang optimum,” saran Boedi.


Waktu kosong kandang dan masa persiapan sebelum DOC masuk kandang harus diperhatikan. Untuk closed house dengan kondisi baru tidak khawatir, periode kedua pun masih bagus, tapi semakin kesini mulai siklus ke enam waktu kosong kandang bisa jadi mulai ngacak. “Ada yang minta ngisi minimal 8 hingga 9 kali siklus per tahun, tentu waktu persiapan kandangnya semakin sempit. Hal ini yang akan menimbulkan banyak penyakit. Meskipun risikonya besar terkadang pemilik tidak mau tahu,” ungkapnya.


Idealnya pemeliharaan ayam di kandang dalam setahun paling banyak 7 kali siklus. Manajemen dasar pemeliharaan ayam pada 3 – 7 hari awal harus benar-benar detail dan fokus. “Standar operasionalnya harus dilaksanakan dan jangan ditawar-tawar lagi,” tegas Boedi.

Vaksinasi di Hatchery
Sebagai upaya untuk meningkatkan performa ayam di kandang, pemberian vaksin sudah mulai lazim dilakukan pada saat telur masih di hatchery. Selama ini, proses pemberian kekebalan tubuh ayam atau vaksinasi masih kerap dilakukan di kandang pada saat pembesaran.


Vaksinasi in ovo menjadi standar vaksinasi pembenihan baru. Dampak langsung dalam penerapan teknik vaksinasi ini adalah proses persiapan vaksin yang lebih hati-hati, higienis, dan aman. Pengenalan perangkat in ovo juga digembar-gemborkan sebagai cara yang lebih efektif untuk memberikan vaksin ke broiler.


Director BioDevice Technical Services, Global BioDevice – Zoetis Animal Health, Tarsicio Villalobos menjelaskan ovo vaksinasi adalah suatu prosedur memasukan vaksin ke dalam telur berembrio yang telah memasuki fase pertumbuhan, dengan target spesifik yaitu vaksin memiliki kemampuan menstimulasi respon imun. “Karena injeksi telur dapat memperburuk masalah tertentu dari sanitasi pembenihan yang buruk, analisis risiko biasanya dilakukan sebelum penggabungan teknologi vaksinasi in ovo ke setiap penetasan spesifik,” terangnya.

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 225/Juni 2018

Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Apa itu DOC dan DOD ayam?

Dalam penjajakan ekspor ini, Himpuli berencana mengekspor Bibit Unggas Lokal atau anak ayam usia sehari atau Day Old Chick (DOC) dan anak itik usia sehari atau Day Old Duck (DOD).

Apa singkatan dari Doc?

PELAYANAN PELAKSANAAN AUDIT DAN PENERBITAN DOCUMENT OF COMPLIANCE (DOC) DAN SAFETY MANAGEMENT CERTIFICATE (SMC) SERTA PENGUKUHAN/ENDORSEMENT.

Apa makanan anak ayam DOC?

Pakan yang diberikan sampai DOC berumur 6 hari adalah campuran pakan starter dan dedak dengan perbandingan 1:3. Umumnya, satu ekor anak ayam membutuhkan pakan sebanyak 5–10 gram sehari semalam. DOC yang sudah berumur 4 hari perlu diberikan vaksin NCD (new castle disease).

1 Box DOC ayam isi berapa?

DOC 1BOX (100 EKOR) Dibaca sampai tuntas.