Apa kata untuk menyebut tergigit sedikit

Apa saja sih mitos digigit tikus saat tidur?

Moms mungkin pernah mendengar mitos digigit tikus saat tidur. Hal ini biasanya berhubungan dengan sesuatu yang negatif.

Beberapa masyarakat menyebut bahwa tikus melambangkan kecemburuan, kepalsuan, balas dendam dan hal buruk lainnya.

Tikus merupakan hewan yang hidup di selokan dan identik dengan hal-hal kotor.

Moms mungkin akan merasa panik saat hewan pengerat ini hadir di rumah. Pasalnya, saat malam para tikus sering berkeliaran di dalam rumah dan dapat menggigit jari Moms.

Saat ini sudah banyak cerita di media sosial yang menceritakan tentang kejadian digigit tikus saat tidur.

Biasanya, Moms tidak akan merasakan apapun ketika tikus sedang menggigit tetapi hal itu akan merasakan sakit setelahnya.

Baca juga: Bahaya Racun Tikus! Ini 4 Cara Mengatasi Kucing Keracunan dan Gejalanya

Ketika hal ini terjadi Moms mungkin akan merasa panik. Karena selain takut akan ancaman penyakit ada beberapa mitos digigit tikus yang beredar di masyarakat lho Moms.

Mitos digigit tikus saat tidur sering dihubungkan dengan hal-hal negatif yang akan menimpa dalam hidup.

Biar tidak semakin penasaran, simak pembahasan lengkap tentang mitos digigit tikus dalam artikel berikut ini.

Mitos Digigit Tikus saat Tidur

Apa kata untuk menyebut tergigit sedikit

Foto: Orami Photo Stock

Tikus merupakan hewan nocturnal yang lebih suka melakukan kegiatan di malam hari.

Jadi jangan heran, risiko digigit oleh hewan pengerat ini saat tidur sangat tinggi ya Moms.

Selain menyebabkan luka, ada banyak mitos digigit tikus pada malam hari yang beredar di masyarakat.

Biasanya hal ini dikaitkan dengan sesuatu yang negatif. Berikut penjelasan mengenai mitos digigit tikus pada malam hari.

Baca juga: Tanpa Racun, Begini 13 Cara Mengusir Tikus di Rumah

1. Tidak Cuci Tangan setelah Makan

Tidak cuci tangan setelah makan merupakan salah satu mitos digigit tikus saat tidur.

Jadi penting untuk Moms selalu menjaga kebersihan tangan sebelum tidur khususnya pada malam hari.

Pasalnya, tikus adalah hewan nocturnal yang selalu mencari makan di malam hari.

Hewan pengerat ini juga memiliki indera penciuman yang baik sehingga dapat dengan mudah mencari aroma dari berbagai jenis makanan.

Moms yang tidak mencuci tangan sebelum tidur memiliki risiko digigit tikus saat tidur. Karena mereka menganggap bahwa tangan tersebut sesuatu yang bisa dimakan.

2. Tanda Bahaya

Beberapa masyarakat percaya bahwa tikus dapat memberikan hal negatif dan positif bagi manusia. Hal ini termasuk dengan mitos digigit tikus saat tidur.

Beberapa orang percaya bahwa tikus yang menggigit Moms ketika tidur merupakan sebuah tanda bahaya misalnya bencana alam.

Banyak masyarakat percaya kalau ini merupakan cara tikus untuk menyelamatkan manusia saat terjadi bencana.

3. Kerabat Sakit

Mitos digigit tikus saat tidur lain yang banyak beredar adalah menandakan kerabat sedang sakit.

Kepercayaan Yunani kuno menjelaskan bahwa tikus adalah jelmaan dewa atau makhluk gaib, sehingga mereka dapat menyampaikan sebuah pesan.

Baca juga: Jangan Anggap Sepele Sakit Telinga pada Anak, Ini Cara Mengatasinya

Mitos Tentang Tikus

Apa kata untuk menyebut tergigit sedikit

Foto: Orami Photo Stock

Saat ini ada banyak mitos tentang tikus yang beredar di masyarakat.

Biasanya, kepercayaan ini beredar lewat cerita-cerita yang sudah turun temurun dalam suatu daerah. Lalu, apa saja mitos tentang tikus? Simak penjelasannya berikut ini.

1.Memiliki Kucing Akan Menghilangkan Tikus di Rumah

Meskipun memiliki kucing sangat membantu, itu bukan cara yang pasti untuk mencegah tikus hadir di dalam rumah. Karena jika kucing diberi makan dengan baik dan toleran terhadap tikus, mereka akan sering mengabaikannya.

2. Keju Makanan Favorit Tikus

Moms mungkin pernah mendenga bahwa tikus suka dengan keju.

Anggapan ini ternyata hanya mitos lho. Karena saat ini tikus lebih suka dengan makanan yang memiliki kadar air tinggi, seperti selai kacang, buah, biji-bijian, dan bahkan cokelat sebagai umpan mereka yang tampaknya memiliki efek yang lebih besar .

3. Tikus Memiliki Umur Panjang

Umur rata-rata tikus dan mencit adalah enam bulan sampai satu tahun karena penyakit, predator, kondisi cuaca buruk dan persaingan alam.

Jadi anggapan tikus bisa hidup selama ribuan tahun, itu mitos ya Moms

Baca juga: 10 Arti Mimpi Digigit Anjing, Bisa Jadi Pertanda Buruk!

Demikian penjelasan mengenai mitos digigit tikus saat tidur. Moms boleh percaya atau tidak kembali pada pribadi masing-masing. Semoga artikelnya bermanfaat ya.

  • https://www.fantasticpestcontrol.co.uk/mice/mouse-bites/
  • https://www.healthline.com/health/bit-by-a-mouse#summary
  • https://thepleasantdream.com/dreaming-of-mice/
  • https://www.terminix.com/blog/whats-buzzing/common-mouse-myths/

Kutulis kembali satu cerita perjuangan yang tertunda disaat usiaku 28 tahun. Alur cerita perjuangan seorang anak santri dan guru ngaji kampung  yang hanya bermodalkan sedikit pengalaman dan selembar ijazah sarjana Syari’ah. Perjuangan seorang tenaga guru honorer  SLTA swasta di bilangan Kota Mangga tempat kelahiranku. Perjuangan seorang anak kiai desa yang sedikit tahu ilmu agama, perjuangan dan cita-cita  mengubah wajah desaku tercinta.     

Sepulang dari tugas rutinku mengajar Rabu sore, Mas Made rupanya sudah lama menungguku di rumah,  “Mang Ade, ini ada surat dari Pak Letkol TNI.” Katanya sambil menyodorkan surat untukku, selebihnya berada digenggaman tangan kirinya. Made adalah preman terhormat dari salah satu saudara sepupuku. Kata sandang Mang, sudah tenar di jagat kelahiranku Tegalurung Balongan Indramayu. Mungkin hanya sedikit yang tahu kalau namaku Samsul Hadi. Kubaca surat itu buru-buru, “Mas, selain aku siapa lagi yang dapat surat dari pak Wirayudi?” tanyaku penasaran. “Kepala desa, Ketua MUI desa, tokoh masyarakat, dan pengurus inti Karang Taruna serta IRMA 4 desa.” Jawabnya dengan rinci. Mas Made adalah orang baru kaki tangnnya Pak Wirayudi. Maka kesempatan untukku  mengorek info darinya. “Mas, inti dari surat ini mengundang kami hadir pada Kamis sore syukuran rumah makan California yang mewah dan megah itu.”  Jelasku untuk memulai penyelidikan. “Betul, Mang….” Jawabnya singkat. “Trus apa betul kata warga bahwa tempat tersebut desainnya mirip tempat ajojing bagi pendatang yang haus dan lapar?” desakku dengan bahasa ungkapan yang tentunya  dia maklum. “Kalau betul, berarti desa kami akan memiliki tempat maksiat yang selama ini tidak disukai warga doong.” korekku terus mendesak penasaran. Mas Made hanya terdiam kebingungan, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya. “Hhmm… kalau soal itu saya kurang tahu, Mang.” Jawabnya dengan wajah  dan tingkah yang gugup sambil sesekali melirik surat yang dia genggam.  Kumengerti dibalik salah tingkahnya itu. Maka, aku sudahi seolah tiada masalah. “Ya sudah Mas, terima kasih banyak, In Sya Allah saya usahakan hadir.” Jelasku agar dia kembali santai. “Jangan lupa, Mang!” ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya, salaman lantas berpamitan.

Pertanyaan yang kuajukan kepada Mas Made, sebenarnya hanya mau menggali info terupdate tentang rumah makan atau ada plusnya.  Aku sebagai Ketua Karang Taruna

sekretaris FKKT, sie. Pendidikan IRMAS, dan sie. dakwah BKPRMI sudah melangkah sebelumnya dengan melobi aparat terkait dan inten mengadakan pembahasan melalui rapat organisasi. Cara yang kami tempuh harus profesional melalui jalur lembaga dan  kooperatif dengan pemilik Calyfornia berstatus TNI dengan pangkat Letkol dan aktif sebagai Kepala BP7 saat itu.

Langkah utama kami adalah mengetahui perizinan mendirikan bagunan dari desa, kecamatan, dan pemda. Juga Kepolisian terkait keamanan. Saya dan wakil ketua Karang Taruna Tunas Muda, ketua dan wakil ketua IRMAS Al-Muawwanah yang mewakili tugas itu, kami sengaja tidak melibatkan tokoh masyarakat dan ulama setempat terlibat jauh dalam masalah ini, cukuplah spirit, doa, dan nasihat terbaiknya saja. Wakil IRMAS dan Karang Taruna 3 desa pun kami ajak untuk berkoordinasi.  Tidak hanya sekali kami datang menemui kepala desa, Babinsa, Babinmas,  dan camat kami. Berjam-jam juga kami berdiskusi dengan para aparat. Yang kami lakukan cukup maksimal, namun hanya sebatas usaha sosial keagamaan agar pemilik California menutup usahanya,  terkecuali diperuntukkan sebagi rumah makaan seperti yang tertera pada undangan  itu.

“Pihak desa sudah berkoordinasi dengan camat, polsek, dan MUI, kalian tenang saja, dan teruskan usaha untuk meredam emosi warga melalui cara  apapun!” pinta kepala desa kepada kami beberapa bulan terahir. Pernyataan itu aku anggap sebuah progres yang  kami tunggu. “Tentang perizinan, itu tanggung jawab kami selaku aparat pemerintah.” Tambahnya. Beliau tidak secara eksplisit mengatakan ada atu tidaknya IMB, maka aku pun mendesak untuk mengetahuinya. Begitu juga ketika kami ke camat dengan pertanyaan yang sama. Dan karena keterbatasan wewenang kami dalam persoalan ini, kepercayaanlah jalan terahirnya. “Adek-adek, sudah saya katakan berkali-kali, kalian tenang saja yaa… kami sudah berkoordinasi dengan Bupati kalian, dan tanggapannya, agar para pemuda dari 4 desa bisa menahan diri,  Jangan ikutan jadi orang gila seperti pemilik Calyfornia.” Jelas ucapan camat pada kami. Orang gila yang dia katakan pun tidak kami pahami apa mksudnya. “Saya percaya, yang nantinya singgah di tempat itu bukan warga setempat, melainkan orang dari daerah lain, saya yakin itu, karena saya tahu desa sekitar Calyfornia adalah daerah yang agamis.” papar camat seperti apa yang disampaikan bupati. Ucapan bupati kami anggap sikap cuci tangan dan kepasrahan. Mereka seakan tidak mau berurusan. Tapi kami  kerepotan menangani gejolak pemuda dan warga. Tidak sedikit yang menyepelekan usaha kami, seolah  tidak gigih. Dampak pertemuan kami dengan pejabat hanya menyisakan rasa takut jika ada mata-mata lapor pada pemilik rumah makan atas apa yang aku lakukan.

Kecemasan dan rasa takut itu terbukti, kami dincam oleh pak letkol. Beliau mengetahui semua gerak-gerik terselubung kami melaui salah seorang hipokrit pegawai kecamatan bernama Wawang, nama-nama kami pun beliau hapal, Samsul Hadi, Nasrullah dan Roni Samsul Bahri.

Ancaman ini datang ditujukan kepada kami, sehari setelah datang menghadiri undangan pada Kamis sore di rumah makan tersebut. Kami bertigalah yang paling dianggap vokal dan frontal pendapat dan usulannya. Memang sebelumnya strategi ditempat undangan itu sudah aku atur. Namun dalam koridor kooperatif dan mengedepankan moral. Rencana yang tersusun rapi, pada akhirnya berubah drastis 180 derajat. Bagimana tidak, setelah kami lihat keadaan, situasi, desain, dan lain-lain, ternyata tempat yang kumasuki adalah bukan sekedar rumah makan biasa namun sebuah diskotik. “Pernyataan  yang bernada kecurigaan Dek Samsul sebagai utusan karang taruna adalah tidak benar, memang disini saya pasang lampu khusus, alat musik, dan saund karaoke adalah tambahan layaknya rumah makan agar para tamu yang datang terhibur dengan alunan musik menemani tamu yang datang.” Dan ini lumrah di tempat makan manapun.” papar pak letkol dibelakang podium indah dengan tujuan meyakinkan pada hadirin yang datang saat itu. “Kami tetap menghendaki agar tempat ini ditutup atau mengganti peruntukannya hanya sebagi restauran, dan kami atas nama pemuda siap membantu bapak dari segi keamanan atau lainnya yang bapak butuhkan.” Usul salah seorang hadirin. “Tentu saja tidak bisa dirubah, Pak, karena saya sudah membeli dan memasangnya.” bela pak Wirayadi dengan nada menaik. “Jangnkan hanya rumah makan dan plus, Pak, UUD ’45 saja bisa diamandemen atas nama rakyat.” sanggah Roni dengan nada tinggi. Pada ahirnya yang terlibat dalam perdebatan adalah para pemuda, ulama dan tokoh masyarakat. Aku berusaha meredam situasi sebisaku, “Saudara-saudara, saya juga sepakat ditutup  jika tempat mewah ini adalah diskotik. Namun karena penjelasan dari pemiliknya bukan seperti yang kita tuduhkan, dan alsan beliau cukup rasional, maka sebaiknya kita adakan perjanjian khusus diatas kertas.” bujukku untuk meredam situasi yang makin panas.

Semakin sore siatusi semakin panas seakan tak dapat dikendalikan, hingga para undangan satu persatu wolkout. Dan tak ada satu pun yang mencicipi aneka hidangan mewah yang menggiurkan di meja panjang dengan sinar puluhan lilin dan kepulan uap es batu berbentuk patung indah ditambah warna-warni kupasan buah dibawah kaki merak es itu.

Pak Wirayudi adalah orang hebat, kuat, dan berani, dia tidak menghiraukan usulan perwakilan 4 desa, tetap kokoh  pendiriannya untuk meneruskan acara launcing nanti malam dengan undangan para elit dan pengusaha berduit,  juga tetap membuka tempat usahanya tanpa dihantui rasa takut apa-apa.

Akan tetapi dibalik sikap pemberaninya itu dia mengalami kerugian materi dan uang ratusan juta rupiah akibat kedatangan petugas polisi yang menutup tempat dan melarang launching malam itu. Jika tidak mengindahkan, maka aparat mengncam tidak bertanggung jawab bila terjadi suatu hal. Alasan pihak berwajib  mengatasnamakan usul warga melalui pemuda dari unsur karang taruna dan IRMAS. Terutama desa pribumi. Berita heboh itu aku ketahui  dari laporan Mas Made pada Jumat pagi.

“Mang, mulai hari ini harus waspada betul, terutama malam hari, tolooooong…jangan ada di rumah.” Tandasnya dengan serius. “Emang kenapa, Mas.” Tanyaku mendesak. “apa yang Pak Letkol katakan?” aku terus penasaran. “Pak letkol katakan seumur hudupku baru kali ini aku merasa dihinakan, digerilya oleh bocah-bocah ingusan!” makin takut dan panas saja kepala ini, ciut nyaliku mendengar ucapan Mas Made yang saya yakini tidak asal ceplos. “Truss apa lagi yang dia katakan?” desakku terus. “Tolong cari bocah itu, minimal 3 orang karang taruna itu!” makin takut saja aku dibuatnya. “Saya Berani taruhan dalam waktu singkat Potong………ku kalau tidak bisa meringkus 3 pemuda itu.” Jelas Mas Made yang juga tampak merasa kasihan pada kami. Yang dimaksud titik-titikku tadi adalah dia menyebut kemaluannya sendiri dihadapan Ms Made. “Memangnya kanapa saya harus kabur malam hari, Mas?” desakku pada mas Made. “Dia merekrut bodigar-bodigar dari Tugu dan Bedulan!” huuuuh…. bagai tersambar petir disiang bolong, ketakutanku makin menjadi-jadi. Siapa yang berani berurusan dengan bodigar Tugu dan Bedulan, mungkin sewilayah 3 cirebon tahu betul bagaiman bodigar dua desa itu, siapa yang tak gentar mendengar bodigar dengan julukan “SADIGO”  akronim dari salah sedikit golok.

“Tolong sampaikan kepada Mas Roni dan Nasrullah ya… agar mereka waspada tinggi.” Pesannya. “iya…..” jawabku lemas selemas kaus kaki yang baru kulepas dari kakiku. Saat itu hari-hariku tak tenang, selalu gelisah, dan hanya bisa berdoa. Istriku yang bekerja sebagai hakim  PA  Lokseumawe mengetahui hal ini entah dari mana. Dua hari sekali  kuterima suratnya dengan nada takut dan mmberikan  saran yang sama untuk hati-hati, istri Nasrullah dan orang tuanya menyalahkanku dengan  tuduhan membawa-bawa Nasrullah dalam perkara ini. Begitu juga orang tua Roni.  Sehari, dua hari, seminggu, sebulan, saya berada di rumah hanya hitungan jam. selebihnya pergi untuk sembunyi. Mas Made pun kerap datang menjumpaiku memberi informasi.

Benar atau tidak ancaman itu, akupun tidak tahu. Tapi ikhtiar tetap kujalani. Aku berniat untuk menyusun langkah kembali dan tidak akan mundur tinggalakan  misi.  Ini perjuangan yang harus kupertahankan demi anak cucuku. Aku yakin ada yang melindungiku di atas sana. Inilah janji dan tekadku

            Anehnya, satu minggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, enam bulan. Dan entah berapa lama. Gebrakan drum, petik gitar melodi dan bass, tombol piano, vokalis merdu, lampu mercury, gemerlap seribu lampu warna-warni semuanya berirama indah mengiringi tamu berduit dengan tentengan mobil mewah yang berbaris rapi dihalaman  diatur oleh para pemuda dengan gambar yang susah dihapus pada tangan dan lehernya. Tampak indah…yaa… sungguh tampak indah, indaaah sekali, tak seindah diriku saat lewat dengan GL PRO produksi 1995 dengan jari merah  tergigit basah.  

Ditulis oleh : Drs. H. Samsul Hadi, M.Si., CBPA., CPRW. Email : .

Literasi : karyaliterasisamsulhadi.blogspot.com. Guru MTs N 7 Indramayu. Alamat : Pekandangan, Indramayu