Dalam misinya menjaga perdamaian dunia, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memiliki Misi Pemeliharaan Perdamaian (MPP) atau United Nations Peacekeeping Operation (UN Peackeeping). Peran MPP PBB pada awalnya memelihara gencatan senjata dan stabilisasi situasi dalam perang. Gencatan senjata penting untuk memberi kesempatan usaha politik dan diplomasi sebagai penyelesaian konflik. Indonesia sebagai salah satu anggota PBB terlibat dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB tersebut. Sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea IV, salah satu tujuan negara yakni menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka Indonesia diberi kepercayaan oleh PBB untuk mengirim personel keamanan terbaiknya dalam menjalankan Misi Pemerliharaan Perdamaian. Pasukan tentara, kepolisian, dan sipil Indonesia dikenal dengan nama Kontingen Garuda. Show Dengan demikian, alasan pemerintah Indonesia mengirim pasukan dalam Misi Garuda ke beberapa daerah konflik di dunia adalah sesuai dengan misi Pemerliharaan Perdamaian dunia oleh PBB dan sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea IV, salah satu tujuan negara yakni menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
NEW YORK, KRJOGJA.com – Tujuan pengiriman Prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB adalah dalam rangka turut serta melaksanakan, menjaga ketertiban dunia yang adil dan beradab. Indonesia sering melakukan pengiriman pasukan perdamaian melalui Minusca (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Central Africa Republic) – di Republik Afrika Tengah, Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) – Lebanon, Monusco (Mission de LOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en Republique Democratique du Congo) – DR. Kongo, Unamid (United Nations Mission In Darfur) – Sudan dan beberapa negara lainnya yang masih terlibat konflik. Hal tersebut dikatakan Penasehat Militer Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Brigadir Jenderal TNI Fulad, S.Sos, M.Si saat diwawancarai oleh beberapa media setempat. Menurut Brigadir Jenderal TNI Fulad (Alumni Akademi Militer 1990), konflik itu bisa terjadi antar negara maupun internal negara karena perbedaan politik antar partai yang berkuasa dengan pemerintah atau lainnya. "Ini semua membutuhkan proses dialog antara pemerintah, rakyat dan pemimpin agar terjadi kesamaan visi. Dengan adanya pasukan perdamaian yang tentunya juga dari Indonesia, mereka membantu untuk melakukan negosiasi atau sebagai penengah, dan kalau sudah tercipta ketertiban maka Perserikatan Bangsa-Bangsa tentunya ingin agar kesejahteraan, kemakmuran dan rasa aman bisa terwujud. Begitu terjadi aman maka kegiatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat berjalan dengan normal termasuk komunikasi antara rakyat, pemimpin dan pemerintah setempat,” ungkapnya. Lebih lanjut Brigadir Jenderal TNI Fulad menyampaikan bahwa negara-negara yang mengirimkan Tentara dan Polisi yang tergabung dalam Pasukan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) adalah untuk membantu menyelesaikan konflik. Indonesia sampai dengan saat ini telah mengirimkan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB sejumlah 2.823 prajurit atau nomor 7 (tujuh) terbesar di dunia yang tersebar di beberapa misi di dunia. Pasukan Garuda TNI yang dikirim ke Misi di DR Kongo, karena Prajurit TNI mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pertempuran di hutan walaupun di sana bukan bertempur, tetapi bagaimana kemampuan untuk beradaptasi di medan tropis mengingat Kongo dan Indonesia sama-sama negara yang menganut iklim tropis, sehingga kemampuan bergerak di hutan adalah menjadi suatu prasyarat mutlak prajurit. Di Misi Unifil Lebanon, sampai dengan saat ini Kontingen Indonesia merupakan Kontingen terbesar dan pemerintah Lebanon sangat mengapresiasi Kontingen Indonesia karena diterima oleh rakyat Lebanon, komunikasi dan interaksi Prajurit TNI dengan warga setempat sangat diterima oleh rakyat Lebanon termasuk kontingen Negara lainnya dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di sisi lain, Penasehat Militer Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, Brigadir Jenderal TNI Fulad mengharapkan agar Indonesia semakin dikenal di dunia dan pasukan Indonesia semakin disegani dan dikenal dikancah internasional. “Dengan kita mengirimkan pasukan misi PBB, maka otomatis kontribusi itu akan dilihat,” katanya. “Selaku Penasehat Militer Perwakilan Tetap Republik Indonesia New York, mimpi besar saya adalah misi 4.000 personel bisa tercapai pada tahun 2019. Dengan kita mengirim pasukan yang besar, akan memberikan peluang yang semakin terbuka bagi prajurit-prajurit TNI untuk berkiprah pada perdamaian internasional,” tutup Brigadir Jenderal TNI Fulad. (*) Jakarta - Misi Garuda adalah salah satu bentuk komitmen Indonesia ikut terlibat melaksanakan Misi Pemeliharaan Perdamaian yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kontingen pasukan perdamaian Indonesia dikenal dengan sebutan Kontingen Garuda (Konga). Kontingen Garuda terdiri dari Tentara Nasional indonesia (TNI), polisi dan sipil yang ditugaskan ke negara yang mengalami konflik. Indonesia telah berpartisipasi dengan kegiatan sejenis mulai tahun 1957, lho. Bahkan, sudah ada 27 lebih kontingen pasukan dan sub-kontingen pasukan yang terbentuk hingga sekarang. Lalu, bagaimana awal mula misi garuda berjalan? Latar Belakang Terbentuknya Misi Pemeliharaan Perdamaian (MPP) PBBMisi Garuda terbentuk dari adanya United Nations Peacekeeping Operations (Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB/ MPP PBB). MPP PBB menjadi alat untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Menurut data UN DPKO pada 2018, ada 100.000 lebih personil dari 124 negara yang terjun di 14 MPP PBB. Mereka berasal dari militer, polisi, maupun sipil. Peran awalnya hanya terbatas pada pemeliharaan gencatan senjata dan stabilisasi situasi di lapangan. Namun, saat ini tugas MPP PBB semakin luas. Sebelumnya, MPP PBB menghadapi konflik antar negara, sekarang mereka juga terjun ke dalam konflik internal dan perang saudara, termasuk terorisme, radikalisme, penyakit menular, dan sebagainya. Latar Belakang Terbentuknya Misi GarudaPembentukan Pasukan Garuda diawali dari kemunculan konflik di Timur Tengah pada 26 Juli 1956. Saat itu, tiga negara yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir. Melihat momentum, Indonesia ingin segera mengungkapkan rasa terima kasih kepada negara-negara liga Arab, terutama Mesir. Alasannya adalah Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara De Jure, dan negara yang gigih mendukung Indonesia saat bersengketa dengan Belanda. Mesir yang mengalami konflik militer skala besar, dibantu oleh Indonesia yang berusaha membalas budi Mesir melalui mekanisme diplomasi PBB. Indonesia mendukung PBB untuk mengirimkan pasukan perdamaian demi membantu meredakan krisis. Akhirnya, Kontingen Garuda I dikirimkan ke Mesir pada 8 Januari 1967. Itulah yang menjadi awal mula Indonesia menjadi anggota penting dalam pasukan penjaga perdamaian PBB. Selanjutnya, Indonesia tak berhenti mengirimkan kontingen Garuda dalam misi Garuda ke berbagai negara di dunia di bawah naungan PBB. Seperti yang dikutip dari situs resmi Kemenlu, Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10 pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB dari total 124 negara. Misi pasukan Garuda tentu adalah wujud pelaksanaan mandat Konstitusi Indonesia yang berbunyi "Ikut melaksanakan ketertiban dunia". Berikut daftar Misi Pemeliharaan Perdamaian yang dilakukan oleh Kontingen Garuda atau disingkat sebagai Misi Garuda:
Hingga 31 Januari 2020, ada 2.705 personel TNI dan Polri yang tergabung dalam Misi Garuda, dan menjadi jumlah terbanyak di Asia Tenggara. (pal/pal) |