Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Jakarta -

Suku Sunda merupakan salah satu suku mayoritas di Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Berikut ini ciri-cirinya.

Suku Sunda merupakan salah satu suku mayoritas yang ada di Indonesia. Populasinya mencapai 15,5% dari penduduk Indonesia atau terbesar kedua setelah Suku Jawa.

Suku ini berasal dari Jawa Barat. Mereka memiliki sejumlah ciri khas, mulai dari bahasa yang digunakan, kesenian, hingga rumah adat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

1. Bahasa

Suku Sunda berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda. Uniknya bahasa Sunda yang digunakan memiliki dialek khas dari daerah-daerah di Jawa Barat. Misalnya Sunda-Banten, Cirebonan, atau Sunda-Jawa Tengah yang biasanya eksis di daerah-daerah perbatasan.

2. Alat musik

Suku Sunda punya alat musik khas yang terbuat dari bambu. Alat musik itu adalah angklung.

Angklung sendiri merupakan alat musik tradisional yang terkenal hingga ke mancanegara. Cara memainkannya adalah dengan digoyang.

3. Tari tradisional

Suku Sunda memiliki beragam tari tradisional khas. Beberapa di antaranya populer di Indonesia, yakni Tari Jaipong, Tari Topeng, dan Tari Rampak Gendang.

4. Rumah adat

Rumah adat Sunda adalah rumah panggung. Rumah ini dibangun dengan tinggi sekitar satu meter di atas permukaan tanah. Alasan disisakan ruang di bagian bawahnya adalah karena ruang itu digunakan sebagai tempat mengikat hewan peliharaan. Sementara itu, tangga untuk naik ke rumah adat Suku Sunda dinamakan golodog.

Rumah Suku Sunda ini memiliki nama atap yang beragam, seperti Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari seluruh jenis itu, yang paling banyak dijumpai adalah rumah adat dengan jenis atap Jolopong.

Simak Video "Penginapan Premium dengan Fasilitas Super Lengkap, Bogor"


[Gambas:Video 20detik]
(pin/pin)

suku sunda ciri khas suku sunda nama suku di indonesia

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

Perbedaan yang mendasar dari suku Jawa dan Sunda

INI JAWABAN TERBAIK 👇

Perbedaan:
– Warna kulit orang Jawa cenderung lebih gelap/coklat (Jawa Timur cenderung paling hitam/gelap), sedangkan orang Sunda lebih putih tergantung daerah dan penambahan mesin penjawab.

Ada 4 jenis bahasa Sunda. Sunda Banten, Sunda Priangan, Sunda Karawang, Sunda Cirebonan (perunggu, Cirebon, Subang). Di antara 4 ini, sebenarnya yang paling putih adalah penduduk Banten Selatan, terutama di sekitar wilayah Lebak, Ciomas dan Pandeglang. Di sana, orang Sunda paling orisinal, dilihat dari bahasanya, rata-rata orang di sana memiliki mata yang agak sipit, berbeda dengan orang Banten Utara yang kulitnya kebanyakan berwarna gelap. Yang kedua adalah orang Parahyangan yang sekarang dikenal sebagai bapak Parahyangan dan kemudian disusul oleh orang Sunda Cirebonan, yang paling gelap adalah Sunda Karawang. Mungkin karena iklimnya panas dan gersang dan dekat dengan pantai.

– Orang Jawa berwajah lebih dewasa/tua, sedangkan orang Sunda berwajah lebih muda/imut.– Orang Jawa lebih berpengetahuan daripada orang Sunda.– Orang Jawa cenderung bekerja keras/ulet, sedangkan orang Sunda adalah jenis pekerjaan yang lebih cerdas, sedikit santai tetapi produktif.– Orang Jawa memiliki standar sopan santun / tata krama yang lebih kuat daripada orang Sunda. – Pinggang wanita Jawa cenderung lebih lurus, sedangkan wanita Sunda lebih lekuk.– Orang Jawa lebih suka memberi atau dermawan tanpa perhitungan yang rumit. – Wanita Jawa sedikit lebih dewasa sedangkan wanita Sunda lebih manja.– Orang Jawa lebih sensitif daripada orang Sunda. – Seniman suku Sunda lebih sibuk dengan berita perceraian daripada orang Jawa. – Orang Jawa paling terkenal setia kecuali ada yang selingkuh.– Wanita Sunda lebih cantik dari wanita Jawa. dan sama, pria sunda lebih tampan/manis dari pada pria jawa.– Orang Sunda sedikit lebih aman daripada orang Jawa terhadap pengelakan kecil. – Orang Jawa cukup ambisius, terbukti pemimpin kita Soekarno, Suharto, SBY, Gusdur, Jokowi adalah orang Jawa, begitu juga Kerajaan Majapahit yang pernah mendunia dari wilayah Jawa. – Wanita Sunda kurang suka/tidak suka/tidak mau berpoligami bahkan rela cerai dibandingkan suku Jawa yang cenderung ingin berpoligami.

– Wanita Sunda suka menuntut, sedangkan wanita Jawa cenderung menerima.

Suku Sunda (bahasa Sunda: Urang Sunda, aksara Sunda: ᮅᮛᮀ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Populasi suku Sunda secara signifikan juga dapat ditemukan di wilayah provinsi lain di Indonesia, dan di luar negeri seperti di Jepang, Taiwan dan negara-negara lainnya sebagai tempat bagi para diaspora Sunda.

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?
Orang Sunda
Urang Sunda
ᮅᮛᮀ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ

Sri Baduga Maharaja

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Dewi Sartika

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Wiranata Koesoema V

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Oto Iskandar di Nata

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Iwa Koesoema Soemantri

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Roekiah

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Djuanda Karta Widjaja

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Achdiat Karta Mihardja

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Koko Koswara

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Umar Wirahadi Kusumah

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Ali Sadikin

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Daeng Soetigna

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Udjo Ngalagena

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Adi Hidayat

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Ajip Rosidi

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Marty Nata Legawa

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Nike Ardilla

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Ridwan Kamil

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Desy Ratnasari

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Rossa

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Raisa

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Sule Sutisna

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Yayan Ruhian

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Taufik Hidayat

Jumlah populasi± 45.000.000Daerah dengan populasi signifikanIndonesia (2010)41.359.454[1]       Jawa Barat30.950.858       Banten6.724.227       DKI Jakarta1.423.576       Lampung901.087       Jawa Tengah451.781       Sumatra Selatan180.018       Sumatra Utara82.140       Jambi79.926       Riau79.289       Kalimantan Timur56.080       Bengkulu52.665       Kalimantan Barat50.166       Kepulauan Riau49.849       Jawa Timur47.127       Kalimantan Tengah28.694       Sulawesi Tenggara25.436       Kalimantan Selatan24.754       Daerah Istimewa Yogyakarta23.921       Bangka Belitung19.613       Sumatera Barat16.221       Sulawesi Tengah15.178       Papua13.646       Aceh12.508       Bali11.720       Sulawesi Selatan10.934       Papua Barat8.050       Nusa Tenggara Barat4.759       Maluku4.571       Sulawesi Utara2.975       Maluku Utara2.644       Sulawesi Barat1.805       Gorontalo1.316Jepang (2015)1.500[2]BahasaSunda, Indonesia, serta bahasa-bahasa lainnya (bergantung kepada di mana masyarakat Sunda bertempat tinggal)AgamaMayoritas
 • 99.85%
Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?
Islam Sunni
Minoritas
 • 0.08%
Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?
Kristen (Protestan & Katolik)
 • 0.06% Kepercayaan asli (Sunda Wiwitan)
 • 0.01% Lainnya (
Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?
Buddha dan
Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?
Hindu)Etnis terkaitSunda Banten • Badui • Cirebon • Betawi • Jawa • Ciptagelar

Apa yang kamu ketahui perbedaan suku Jawa dengan suku Sunda?

Wanita Sunda pemetik teh pada masa Hindia Belanda

Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasa dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, riang, dan bersahaja.[3] Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang Sunda bersifat jujur dan pemberani. Orang Sunda juga adalah suku bangsa pertama yang melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan bangsa lain pada abad ke-15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan pernah menjadi Wakil Presiden pada kabinet RI.

Di samping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor, dan aktris dari etnis Sunda yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.[4]

Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter orang Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), wanter (berani) dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.

Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibu kota Kerajaan Tarumanagara yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.

 

Peta linguistik Jawa Barat

Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang Sunda juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama Islam. Pandangan hidup orang Sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya dapat diamati pada ungkapan tradisional sebagai berikut:

"Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna." (Sanghyang Siksa Kandang Karesian)

Artinya: Ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.[5]

Ungkapan tradisional tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato HUT Proklamasi 1996: “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala daripada masa yang akan datang.”

Hubungan antara sesama manusia

Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih asah, silih asuh, dan silih asih”, artinya harus saling mengasah atau mengajari, saling mengasuh atau membimbing dan saling mengasihi sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman, dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut ini:

  • Kawas gula eujeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih.
  • Ulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
  • Ulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
  • Ulah nyolok panon buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
  • Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya.

Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya

Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan hidup orang Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang menjunjung tinggi hukum, membela negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya, tujuan hukum yang berupa hasrat untuk mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga keadaan, dan menjaga solidaritas sosial dalam masyarakat. Masalah ini dalam masyarakat Sunda terpancar dalam ungkapan-ungkapan:

  • Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat.
  • Bengkung ngariung bongkok ngaronyok (bersama-sama dalam suka dan duka).
  • Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju (memohon pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun)

Mayoritas orang Sunda beragama Islam (sekitar 99,85%). Ada juga sebagian kecil orang Sunda yang beragama Kristen (sekitar 0,08%) seperti di wilayah Cigugur Kabupaten Kuningan. Masyarakat Sunda yang menganut agama Kristen juga tersebar di beberapa wilayah selain di Cigugur, Kuningan yakni di: Cianjur & Bandung. Bukti adanya Kekristenan di tanah Sunda dan pada masyarakat Sunda bisa dibuktikan dengan adanya Gereja Kristen Pasundan yang mana itu merupakan Gereja Kristen Protestan yang berisi orang-orang Sunda yang menganut Protestan dengan jemaat sebanyak kurang lebih sekitar 30-33 ribu jiwa dari 35-36 ribu jiwa masyarakat Sunda Kristen yang mana sisanya menganut Katolik. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti pada masyarakat Sunda Baduy. Populasinya secara signifikan terdapat di Kabupaten Lebak, Banten. Sebagian sisanya terdapat juga di wilayah pedesaan Jawa Barat. Orang-orang Sunda Baduy di Banten mayoritas masih menganut kepercayaan asli Sunda, dan mereka juga terbagi menjadi 2 yaitu: Baduy luar dan Baduy dalam. Meski begitu, orang Baduy juga ada yang menganut agama Islam. Walau jumlahnya hanya sedikit sekitar 1% saja dari total populasi masyarakat Baduy. Ada pula beberapa suku Sunda yang masih menganut ajaran Hindu-Buddha, tetapi jumlahnya sangat sedikit yakni 0,01% dari populasi. Beberapa dari mereka diketahui mempunyai darah/keturunan bangsawan kerajaan Sunda pada zaman dahulu pada masa Hindu-Buddha.

 

Aksara Sunda Baku

Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa Sunda dalam bertutur kata.[6] Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung, Bogor, Bekasi dan Tangerang, dimana banyak masyarakat yang menggunakan bahasa Sunda bercampur dengan Bahasa Indonesia.

Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek berbeda. Dialek-dialek ini adalah:

  • Dialek Barat (Banten, sebagian barat Kabupaten Bogor khususnya wilayah Jasinga Raya dan sebagian barat Kabupaten Sukabumi.)
  • Dialek Utara (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Karawang, sebagian timur Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan sebelah utara Kabupaten Subang.)
  • Dialek Selatan (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Sukabumi.)
  • Dialek Tengah Timur (Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu bagian selatan, dan sebagian barat Kabupaten Kuningan.)
  • Dialek Timur Laut (Kabupaten Kuningan, sebagian barat Kabupaten Brebes dan sebagian selatan Kabupaten Cirebon.)
  • Dialek Tenggara (Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan sebagian timur dan utara Kabupaten Cilacap khususnya Kecamatan Dayeuhluhur.)

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa daerah Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di Kabupaten Majalengka dan Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Cirebon dan Kuningan, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.

Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah tari jaipongan, tari merak, dan tari topeng.

Tanah Sunda (Pasundan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti gendang, go'ong atau gong, saron, kacapi, suling, angklung. dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

Seni teater

Tanah Pasundan terkenal dengan kesenian wayang golek. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Cerita wayang yang populer saat ini banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Cepot, Dawala, dan Gareng. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

Seni musik

Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan sinden karena nada dan ritmenya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Di bawah ini merupakan beberapa lagu dari daerah Sunda:

  • Bubuy Bulan
  • Es Lilin
  • Manuk Dadali
  • Tokecang
  • Mojang Priangan

Selain itu, ada alat musik khas Sunda di antaranya adalah:

  • Angklung
  • Calung
  • Degung
  • Kacapi
  • Karinding
  • Suling
  • Tarawangsa

 

Rumah tradisional Sunda suhunan Julang Ngapak di Papandak, Garut

Secara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m – 0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri umumnya digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam rumah.

Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada atap yang bernama suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.

Jolopong memiliki dua bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah, sedangkan lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan itu.

Interior yang dimiliki Jolopong pun sangat efisien. Ruang Jolopong terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau tepas; ruangan tengah disebut tengah imah atau patengahan; ruangan samping disebut pangkeng (kamar); dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur yang disebut pawon dan tempat menyimpan beras yang disebut padaringan. Ruangan yang disebut emper berfungsi untuk menerima tamu. Dulu, ruangan ini dibiarkan kosong tanpa perkakas atau perabot rumah tangga seperti meja, kursi, ataupun bale-bale tempat duduk. Jika tamu datang barulah yang empunya rumah menggelarkan tikar untuk duduk tamu. Seiring waktu, kini sudah disediakan meja dan kursi bahkan peralatan lainnya. Ruang balandongan berfungsi untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah. Untuk ruang tidur, digunakan Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng ialah jobong atau gudang yang digunakan untuk menyimpan barang atau alat-alat rumah tangga. Ruangan tengah digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sering digunakan untuk melaksanakan upacara atau selamatan dan ruang belakang (dapur) digunakan untuk memasak.

Ditilik dari segi filosofis, rumah tradisional milik masyarakat Jawa Barat ini memiliki pemahaman yang sangat mengagumkan. Secara umum, nama suhunan rumah adat orang Sunda ditujukan untuk menghormati alam sekelilingnya. Hampir di setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang ditemukan paku besi maupun alat bangunan modern lainnya. Untuk penguat antar tiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali dari ijuk ataupun sabut kelapa, sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah menggunakan ijuk, daun kelapa, atau daun rumia, karena rumah adat Sunda sangat jarang menggunakan genting. Hal menarik lainnya adalah mengenai material yang digunakan oleh rumah itu sendiri. Pemakaian material bilik yang tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau palupuh tentu tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas dengan peradaban barbar. Rumah untuk komunitas orang Sunda bukan sebagai benteng perlindungan dari musuh manusia, tetapi semata dari alam berupa hujan, angin, terik matahari dan binatang.

 

Akad nikah adat Sunda di depan penghulu dan saksi.

Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral, garis keturunan ditarik dari pihak bapak dan ibu. Dalam keluarga Sunda, bapak yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), piut (buyut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosakata sajarah dan sarsilah (salsilah atau silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosakata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.

Pernikahan dalam adat Sunda terdiri atas beberapa upacara. Upacara ngeuyeuk seureuh biasanya diselenggarakan sehari sebelum akad nikah.

Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia yang berasal dari tanah sunda, seperti sayur asem, sayur lodeh, pepes, tutug oncom, lalaban, dll.

Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani dan berladang, ini disebabkan tanah Sunda yang subur.[7] Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah.

Selain bertani, masyarakat Sunda sering kali memilih untuk menjadi pengusaha dan pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan berupa wirausaha kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja makanan keliling, membuka warung atau rumah makan, membuka toko barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut, di daerah perkotaan ada pula yang membuka usaha percetakan, distro, cafe, rental mobil dan jual beli kendaraan bekas. Warung nasi khas Sunda, warung mi instan (lazim disebut "warung indomie") dan bubur kacang hijau, serta warung kopi adalah usaha ekonomi mikro sektor informal yang lazim dijalani oleh orang Sunda. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. Chairul Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja merupakan contoh-contoh pengusaha berdarah Sunda yang berhasil. Chairul Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja bahkan masuk ke dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis majalah Forbes pada tanggal 29 November 2012.

Profesi lainnya yang banyak dijalani oleh orang Sunda adalah sebagai pegawai negeri sipil, pelaut, dan seniman; baik sebagai penyanyi ataupun aktor/aktris sinetron.

A

  • Daftar tokoh Sunda
  • Aktivis perempuan Sunda
  • Aktivis Sunda
  • Aktor-aktris Sunda
  • Arsitektur Sunda
  • Astronomi Sunda

B

  • Bahasa Sunda
  • Bangsawan Galuh
  • Bangsawan Sunda
  • Budaya Sunda
  • Budayawan Sunda

C

  • Cerita rakyat Sunda

D

  • Dialek bahasa Sunda

F

  • Film Sunda
  • Filsafat Sunda
  • Flora dan fauna Sunda

G

  • Geografi Sunda

I

  • Intelektual Sunda‎

J

  • Jurnalis Sunda

K

  • Kabuyutan Sunda
  • Kaulinan Sunda
  • Kerajaan di Parahyangan
  • Kesenian Sunda

L

  • Literasi Sunda‎

M

  • Hidangan Sunda‎
  • Media Sunda
  • Mitologi Sunda‎
  • Musik Sunda
  • Musisi Sunda

O

  • Organisasi Sunda

P

  • Partai politik Sunda
  • Pelukis Sunda
  • Pendekar Sunda
  • Pengusaha Sunda
  • Penulis Sunda
  • Penyanyi Sunda
  • Priyayi Sunda‎

R

  • Raja Sunda

S

  • Sastra Sunda
  • Sastrawan Sunda
  • Sejarah Sunda
  • Sejarawan Sunda
  • Selebritas Sunda
  • Seni bela diri Sunda
  • Seniman Sunda
  • Sineas Sunda
  • Situs arkeologi Sunda
  • Suku Sunda

T

  • Teologi Sunda
  • Tokoh hukum Sunda
  • Tokoh Jawa Barat
  • Tokoh militer Sunda
  • Tokoh olahraga Sunda
  • Tokoh Paguyuban Pasundan
  • Tokoh pendidikan Sunda
  • Tokoh pergerakan Sunda
  • Tokoh pers Sunda
  • Tokoh politik Sunda
  • Tokoh Sunda

U

  • Ulama Sunda‎

  1. ^ Naim, Akhsan; Syaputra, Hendry (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. hlm. 34–38. ISBN 9789790644175. 
  2. ^ "Sikap Luwes Rahasia Perantau Sunda di Jepang". ANTARAJABAR. 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-07. Diakses tanggal 2021-08-07. 
  3. ^ Sundanese Culture
  4. ^ Rosidi, Ayip. Revitalisasi dan Aplikasi Nilai-nilai Budaya Sunda dalam Pembangunan Daerah. 
  5. ^ Suryani NS, Elis (Oktober). Ragam Pesona Budaya Sunda. Ghalia Indonesia. ISBN 978-979-450-621-9.  Periksa nilai tanggal di: |date=, |year= / |date= mismatch (bantuan)
  6. ^ Hasbullah, Moeflich. Tergerusnya Kebudayaan Sunda. Kompas Cetak. 
  7. ^ Hendayana, Yayat. Jawa Barat 2010, Terdepan atau Terpinggirkan?. Pikiran Rakyat. 
 

Artikel bertopik Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Sunda&oldid=21606963"