Bagaimana cara dzikir yang bisa menghindarkan diri dari perbuatan tercela

Maksiat dapat dicegah dengan memantapkan hati kepada Allah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ihsan M Rusli

Kekuatan hati dalam diri seseorang yang mencegah dan melarangnya untuk berbuat segala bentuk kesalahan dan kemaksiatan disebut 'ismah. Para nabi dan rasul mempunyai keberpihakan kepada kebenaran yang sangat kuat sehingga mereka jarang berbuat maksiat.

Namun, sebagai manusia, mereka tidak terbebas dari kekhilafan. Nabi Adam, misalnya, tergoda bujuk rayu iblis untuk mencicipi buah khuldi atau Nabi Yunus yang tercela karena lari meninggalkan kaumnya seperti diinformasikan oleh Allah SWT dalam surah Assaffaat ayat 142: ''Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.''

Mencegah kemaksiatan bisa diasah dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha sungguh-sungguh untuk selalu melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Manusia dikaruniai oleh Allah akal budi dan hati nurani. Kecenderungan setiap orang atau fitrah seseorang adalah berpihak kepada hati nurani karena hati nurani akan memberikan tanda yang selalu berkiblat pada kebenaran.

Ini adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap insan ciptaan Allah. Jadi, sejatinya setiap manusia mempunyai kecenderungan kepada kebenaran yang diwakili oleh hati nurani.

Persoalannya sekarang adalah seberapa kuat komitmen seseorang untuk jujur dan berpihak kepada hati nuraninya, sehingga apa yang dilakukannya selalu yang diridhai oleh Allah SWT? Di sinilah perlunya tuntunan agama dalam kehidupan seseorang.

Salah dan khilaf adalah ciri manusia ciptaan Allah. Hanya Allah yang Mahasempurna. Oleh sebab itu, ampunan dan kasih sayang Allah melebihi salah dan khilaf yang diperbuat manusia.

Kecenderungan untuk selalu berjalan di atas rel yang telah Allah tentukan harus secara terus-menerus dipelihara, dikokohkan, dan diimplementasikan dalam segala jenis aktivitas walau tanpa disadari kesalahan-kesalahan kecil sering terjadi.

Sesaat saja manusia tidak ingat akan Allah, itu sudah kekhilafan, apalagi sampai melakukan perbuatan yang bertentangan dengan fitrah dan hati nuraninya.

''Yaitu, orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas Ampunan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang keadaanmu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu, maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.'' (QS An-Najm [53]: 32).

sumber : Pusat Data Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Bagaimana cara dzikir yang bisa menghindarkan diri dari perbuatan tercela

Ilustrasi menjatuhkan orang lain (unsplash.com/Ashley Jurius)

Dunia ini selalu memiliki dua sisi. Begitu pun perilaku manusia, ada perbuatan terpuji, ada pula perbuatan tercela. Sejak kecil, kita terus diajarkan untuk mencegah diri kita melakukan perbuatan tercela. Namun, nyatanya seringkali tidak mudah untuk melakukannya. Ada berbagai upaya yang perlu kita lakukan untuk bisa menjaga diri kita tetap berada dalam kebaikan. Karenanya, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindarkan diri dari perbuatan tercela, di antaranya ialah:

1. Terus mencari ilmu

Tak sedikit orang yang melakukan perbuatan tercela, karena berawal dari ketidaktahuan atau ketidakpahaman tentang sesuatu yang sebenarnya tidak patut untuk dilakukan atau merupakan sesuatu yang salah. Akibatnya, mereka tidak juga menyadari akibat dari perbuatannya.

Salah satu cara agar kita dapat menghindari perbuatan tercela adalah terus belajar dan mencari ilmu, supaya pengetahuan kita tentang perbuatan terpuji dan tercela akan bertambah. Dengan begitu, sesuatu yang sebelumnya tidak kita ketahui sebagai perbuatan tercela, kini bisa kita waspadai dan hindari.

2. Yakin bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya

Seseorang yang berani melakukan perbuatan tercela sama saja dengan tidak meyakini bahwa hasil atau akibat dari setiap ucapan dan perbuatan pasti akan kembali kepada pelakunya. Orang yang meyakini pasti akan menghindarkan diri dari perilaku apa pun yang tidak pantas dan tidak baik untuk dilakukan.

Balasan setiap perbuatan tidak ada yang tertukar. Baik atau buruk, setiap perbuatan pasti akan kembali kepada pelakunya. Tidak akan ada kebaikan yang kita dapatkan jika kita berbuat hal yang tercela, justru kita malah akan merugi.

3. Bergaul dengan orang-orang baik

Tidak masalah bagi kita untuk mengenal siapa pun, tapi pastikan kita selektif dalam memilih siapa saja yang kita jadikan teman atau sahabat, serta memilih lingkar pergaulan yang baik. Dengan bergaul dengan orang-orang baik, akan selalu ada orang yang mengingatkan kita ketika nyaris tergelincir pada perbuatan tercela.

Demikian tiga cara menghindarkan diri dari perbuatan tercela. Setiap dari kita hendaknya mampu mengawasi diri kita sendiri, agar tetap jauh dari perbuatan-perbuatan tercela.

tirto.id - Aklak tercela harus dicegah dari kesadaran diri untuk tidak melakukannya. Selama manusia hidup di dunia akan terlibat dengan dua sisi perbuatan yang saling bertolak belakang, yaitu akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji akan mengantarkan seseorang pada kebaikan dalam kehidupan. Bagi orang Islam, akhlak terpuji tidak hanya memengaruhi kebaikan dunia, namun juga untuk kehidupan di akhirat.
Sebaliknya, akhlak tercela justru mengantarkan seseorang untuk melakukan perbuatan buruk.

Macam-Macam Akhlak Tercela


Contoh dari akhlak ini seperti dengki (hasad), dendam, gibah, fitnah, hingga namimah. Semuanya mengantarkan kerugian bagi orang lain dan pelakunya.

1. Hasad


Hasad atau dengki bukan sekadar perasaan iri hati dari seseorang pada orang lain. Namun ketika hati terikat hasad, maka pemilik hati hasad menginginkan nikmat yang orang lain juga hilang darinya. Menurut Syaikh Musthada Al Adawi dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab (hlm 720), hadad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada di orang lain. Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan, hasad yaitu membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang dialami orang yang dihasad. (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111).

Melansir laman Kemenag, hasad bisa mengakibatkan hangusnya kebaikan seseorang. Hati orang berhasad tidak pernah merasa tenang.

Cara untuk mengatasi hasad yaitu dengan selalu bersyukur atas nikmat Allah yang sudah diberikan. Selain itu, seseorang juga mesti menyadari jika hasad merupakan perbuatan tercela yang bisa menghanguskan kebaikan.

2. Dendam

Dendam juga menjadi perbuatan tercela. Rasa dendam membuat hati seseorang dipenuhi rasa kemarahan. Dia ingin membalas perlakuan orang lain atas pebuatan tidak menyenangkan yang dialaminya. Cara untuk mengatasi dendam adalah dengan memaafkan orang yang menyebabkan sakit hati. Teladan utama dalam hal ini adalah Nabi Muhammad.

Nabi memaafkan orang-orang menyakiti beliau dalam Perang Uhud walau para sahabat memintanya untuk mendoakan agar mereka celaka.

3. Gibah

Gibah adalah perbuatan yang cukup sulit dihindari setiap orang. Ghibah adalah membicarakan diri orang lain. Namun, umumnya gibah tidak hanya memperbincangkan orang lain dalam hal baik saja, melainkan juga kekurangannya.

Cara menghindari gibah adalah segera mendustakan bisikan setan saat hati ada dorongan membicarakan aib orang lain.

Dengan begitu, ghibah dapat dihindari. Gibah jika diperturutkan dapat menimbulkan fitnah untuk orang lain.

4. Fitnah

Fitnah merupakan perilaku untuk menjelekkan orang lain agar namanya tercoreng. Dikutip dari buku Akidah Akhlak Kelas VIII (Kemenag 2020), fitnah akan merugikan kehormatan orang lain.

Perbuatan tercela ini kadang dilakukan secara tersembunyi, dan tak jarang disampaikan secara terbuka. Dampak fitnah lebih besar dari pembunuhan. Fitnah mampu menggoreskan luka hat sepanjang hidup bagi orang yang difitnah. Dan, pelaku fitnah umumnya pengecut dan memiliki hasad tinggi pada orang lain. Perbuatan ini dapat dicegah dengan menyadari bahwa Allah memberikan semua nikmatnya secara adil. Hati perlu ditata agar tidak mudah muncul kebencian yang dapat memicu perilaku fitnah.

5. Namimah

Namimah adalah sikap mengadu domba.Hanya saja padanan kata kurang sempurna karena namimah lebih luas pengertiannya. Sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Nabi Muhammad berkata:

“Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu ? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia,” (HR Muslim no 6802).

Namimah memiliki efek yang dahsyat dalam merusak hubungan. Hanya dengan bekal sebuah informasi bohong, hubungan di antara orang lain bisa kacau balau. Bahkan, efek namimah diserupakan seperti sihir.

Cara menghindari namimah yaitu menahan diri untuk tidak menyebarkan setiap kabar yang diterima.

Selain itu, perlu pula untuk menjauhkan diri dari mengikuti perkataan orang yang suka bersumpah, mencela, mengumbar fitnah, menghalangi orang lain berbuat lain, dan yang melampaui batas lainnya.

Ilustrasi namimah. Foto: Unsplash

Dalam agama Islam, namimah merupakan salah satu perbuatan tercela yang wajib kita hindari. Kata namimah berasal dari kata “nammam” yang berarti orang yang suka mengadu domba dengan menyebarluaskan perkataan dan berita palsu atau bohong.

Perilaku namimah ini seringkali kita temui di lingkungan sekitar, misalnya lingkungan pertemanan, tetangga, hingga keluarga. Perlu diketahui bahwa namimah tidak hanya terbatas dalam bentuk perkataan/verbal saja. Namun, dapat berupa tulisan, tanda, maupun isyarat, termasuk aib, perkataan, maupun kekurangan orang yang sedang menjadi bahan pembicaraan.

Agar tercegah dari akhlak buruk perilaku namimah, simak penjelasan tentang cara menghindari namimah yang dikutip dari Konsep Namimah dan Pencegahannya dalam Perspektif Tafsir Sufistik oleh Ratna Yanti dan Amaruddin Asra.

Ilustrasi membaca Al-Quran. Foto: Pixabay

Membaca Al-Quran membuat hati kita menjadi lebih tenang. Membaca Al-Quran juga dapat menghilangkan semua keraguan, kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan, serta penyelisihan yang terdapat dalam hati, termasuk namimah.

Shalat malam merupakan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Sebab, shalat malam dapat menjaga seseorang dari bahaya, termasuk perilaku buruk seperti namimah.

Bergaul dengan Orang Baik dan Shaleh

Pergaulan sangat berperan penting dalam membentuk sifat kita. Jika kita bergaul dengan orang yang buruk, maka besar kemungkinan kita juga akan menjadi pribadi yang buruk. Sebaliknya apabila kita bergaul dan berteman dengan orang yang baik dan shaleh, kita akan ikut menjadi orang baik.

Allah SWT telah memberitahukan bahwa umat-umat terdahulu tidak pernah terlepas dari puasa, sebab puasa dapat mendidik akhlak, menyucikan jiwa dan mendidik kesabaran. Karena itu, puasa juga dapat berperan sebagai metode untuk mencegah dari bahaya lisan.

Dzikir menjadi salah satu cara mencegah namimah. Foto: Pixabay

Dengan berdzikir, pikiran kita akan penuh dengan doa kepada Allah Swt. dan tidak aka nada pikiran untuk melakukan perbuatan tercela.

Jika dalam lingkungan pergaulan kita ada yang berperilaku namimah, maka kita harus sabar dan waspada agar tidak tergoda oleh syaitan untuk ikut melakukan hal tersebut. Sebaiknya, ingatkanlah orang itu agar ia juga terbebas dari perilaku tidak terpuji tersebut.

Seperti kata pepatah, diam adalah emas. Diam akan menjauhkan kita dari hawa nafsu, memberikan kenikmatan ibadah, melembutkan hati dan mendatangkan kesucian diri serta kehormatan.

Jika kita sudah sabar dan waspada, bahkan memperingatkan seseorang agar tidak melakukan namimah namun diabaikan, ada baiknya kita diam saja. Karena jika kita masih terlibat dalam pembicaraan tersebut, bukan tidak mungkin kita akan masuk dalam jebakan syaitan dengan ikut melakukan namimah.

Itulah cara-cara untuk menghindari perilaku namimah. Semoga kita dijauhkan dari perilaku tercela seperti itu.