Bagaimana pengaruh negatif kemajuan IPTEK berdasarkan gambar di atas hoax

Tim | CNN Indonesia

Rabu, 17 Okt 2018 14:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mengatakan latar belakang seseorang tidak menjamin seseorang kebal terhadap hoaks. Pengamat Media Sosial, Nukman Luthfie, seseorang dengan latar belakang pendidikan tinggi bahkan bisa juga menyebarkan berita hoaks.Bahkan sering kali, orang terpelajar itu tidak bisa membedakan antara berita hoaks dengan yang valid. Orang yang sudah termakan berita hoaks yang dikemas dan disebar secara masif justru lebih dipercaya dibandingkan berita yang valid."Mereka menyebarkan apa pun yang mereka suka. Suka dulu, tidak perlu betul. Bahkan di Pilpres ini kedua pendukung tidak merasa menyebarkan hoaks. Kalau dikasih tahu ini hoaks, mereka tidak percaya." kata NukmanKombinasi maut muncul ketika berita hoaks bertemu dengan media sosial, Presidium Mafindo Anita Wahid mengatakan sifat media sosial yang bisa memviralkan konten justru bisa memperbesar dampak berita hoaks.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Berita bohong ketika bertemu dengan digital ya jadi 'amprokan' dan meledak. Dulu berita hoaks mulut ke mulut atau lewat media cetak dan radio. Sekarang jadi viral di media sosial," tutur Anita.Senada dengan Nukman, Anita juga mengakui tidak mudah memberi tahu seseorang terkait berita hoaks apabila orang tersebut menyukai kontennya."Apapun yang dia terima informasi selama masih pas dengan apa yang dia percaya, dia percaya walaupun beritanya berita palsu. Sementara itu berita yang enggak cocok dengan apa yang dia percayai, walaupun itu berita dengan fakta valid tidak akan ia terima," tutur Anita.Dampak hoaks ini menurut Anita tidak berhenti ketika isu hoaks itu telah usai. Oleh karena itu ia berpendapat hoaks semakin sulit dibedakan karena telah menyusup kehidupan seseorang.Pada 2018 hingga bulan September, Mafindo mencatat ada 844 berita hoaks yang tersebar. Berita hoaks ini didominasi oleh hoaks berkonten politik.Oleh karena itu, Anita menegaskan elit politik harus sadar bahwa kemenangan yang diraih dengan menghalalkan penyebaran berita hoaks adalah kekalahan bangsa. Pasalnya ini bertentangan dengan nilai dasar bangsa.

"Mereka harus lebih bertanggung jawab ketika melakukan kontestasi politik dengan memberikan keteladanan dalam menggunakan media sosial secara bijak," kata Anita. (jnp/age)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

tirto.id - Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan ilmu terapan yang dikembangkan manusia untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki. Perkembangan IPTEK bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia. Namun, kemajuan IPTEK tidak hanya membawa dampak positif, ia juga melahirkan akibat-akibat negatif di berbagai bidang kehidupan manusia. IPTEK dapat mendorong kemajuan suatu negara karena dapat meningkatkan peradaban manusia. Selain itu, IPTEK juga dapat meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa untuk mencapai tujuan-tujuan yang direncanakan. Pada abad ke-21, rekayasa teknologi yang dikembangkan manusia terus mengalami kemajuan. Pada abad ini, perkembangan alat transportasi semakin membuktikan bahwa potensi manusia bersifat tanpa batas (atau batasnya belum diketahui).
Alat transportasi seperti mobil, kapal laut, dan pesawat udara membuat jarak tempuh antarnegara semakin pendek dan hanya memakan waktu yang sedikit. Perkembangan IPTEK di Indonesia pun tidak ketinggalan dan berkembang sesuai kebutuhan sehari-hari.Saat ini, kemajuan IPTEK sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, bidang hukum, pertahanan, hingga keamanan.

Pengaruh Negatif IPTEK bagi NKRI dalam Berbagai Bidang


Kemajuan IPTEK dapat berpengaruh negatif bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Mengutip Pengaruh Kemajuan IPTEK terhadap NKRI (2020) yang ditulis Evy Pajriani dan buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (2018), berikut ini merupakan pengaruh negatif IPTEK terhadap NKRI:

Bidang Politik

1. Kemajuan IPTEK dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk berpaling dari ideologi Pancasila bahkan lebih memilih ideologi liberalisme. Hal ini terjadi karena perkembangan IPTEK mampu meyakinkan sebagian masyarakat Indonesia bahwa liberalisme akan membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran.2. Munculnya gerakan terorisme dan radikalisme. Para pelaku gerakan tersebut umumnya pintar memanfaatkan teknologi, seperti keterampilan merakit senjata, bom, dan lainnya. Namun sayangnya, kepintaran tersebut digunakan untuk mengganggu keamanan negara.3. Membuat stabilitas politik nasional terganggu.Hal itu terjadi seiring dengan adanya tindakan anarki sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah yang (menurut mereka) tidak terbuka. Reaksi anarkis itu muncul karena kesalahpahaman masyarakat Indonesia mengenai nilai-nilai yang dibawa IPTEK seperti keterbukaan, kebebasan, dan demokrasi.

Bidang Ekonomi

1. Terjadinya banyak pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan.2. Kemajuan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) akan semakin memperparah kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat, yakni antara orang kaya dengan orang miskin. Selain itu, ada juga persaingan bebas yang berakibat adanya pelaku ekonomi yang kalah dan menang. Yang menang akan memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi penonton yang tertindas.3. Produk lokal, terutama produk tradisional akan kalah saing dengan produk impor. Hal ini terjadi karena indonesia akan dibanjiri barang-barang impor seiring dengan perdagangan bebas yang tidak mengenal batas-batas negara.4. Cepat atau lambat perekonomian Indonesia akan dikuasai pihak asing karena mudahnya orang asing menanamkan modal di Indonesia.Pada akhirnya, mereka dapat mendikte bahkan menekan pemerintah. Dengan demikian, bangsa Indonesia akan dijajah secara ekonomi oleh negara investor.5. Pemerintah hanya sebagai regulator pengaturan ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan oleh pasar.6. Koperasi akan semakin sulit berkembang dan sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang.

Bidang Sosial Budaya

1. Muncul sifat hedonisme yakni kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai hidup tertinggi.

Hal ini dapat membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan pribadinya, meski harus melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.2. Masyarakat cenderung bersifat individualis, yakni sifat mementingkan diri sendiri, memandang orang lain tidak ada, dan tidak berarti.3. Munculnya westernisasi, yakni gaya hidup yang berorientasi kepada budaya Barat tanpa diseleksi terlebih dahulu.4. Pudarnya semangat gotong royong, kepedulian, solidaritas, dan kesetiakawanan sosial.5. Nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat kian tergerus.6. Terdapat perubahan tata nilai kehidupan dalam masyarakat, seperti cara bekerja dan gaya hidup.7. Sifat konsumtif meningkat dan mengutamakan konsumsi barang impor.8. Dapat meningkatkan kenakalan dan kriminalitas.9. Munculnya kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin.10. Memudarkan nilai-nilai bangsa.

Bidang Pendidikan

1. Penyalahgunaan IPTEK dilakukan melalui tindak kriminal atau perilaku yang tidak dibenarkan hukum.2. Motivasi dan prestasi belajar menurun, serta berkurangnya jumlah jam belajar karena waktu dihabiskan untuk bermain gim atau berselancar di media sosial.3. Penurunan moral masyarakat, khususnya di kalangan pelajar dan remaja.

Bidang Hukum, Pertahanan, dan Keamanan

1. Dapat menimbulkan tindakan vandalis yang mengganggu stabilitas nasional, ketahanan sosial, bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.2. Semakin menurunnya peran masyarakat dalam menjaga ketertiban, keamanan, dan kedaulatan negara.

duniafintech.com – Berita hoax merupakan salah satu contoh dampak negatif atas perkembangan di era digital. Dengan perkembangan ini mengakibatkan banyak orang lebih berani bersuara melalui media sosial namun tidak diiringi dengan tanggung jawab dan tanpa adanya saringan saat mempublikasikannya.

Baca juga : GAYA MUDIK MASYARAKAT ERA DIGITAL

Penyebaran berita hoax yang marak terjadi ini jika dikaitkan dengan etika pada teknologi khususnya internet adalah penyalahgunaan freedom of speech. Freedom of speech ini berasal dari negara-negara yang memiliki tradisi liberal yang menyalahkan apabila seseorang mempunyai batasan dalam mengemukakan pendapat dan memiliki fungsi masing-masing individu pada komunitas dapat mengemukakan pendapat, menyalahkan seseorang, memuji seseorang dll sebebas-bebasnya pada suatu komunitas (Floridi, 2010)

Baca juga : ERA DIGITAL MEMENGARUHI TREN KAMERA FILM

Namun, hak dari Freedom of Speech itu seringkali disalahartikan dan disalahgunakan untuk menciptakan berita hoax yang bertujuan memang untuk membuat sensasi pada media sosial atau memang sengaja agar pengguna internet membuka website sang pembuat berita hoax tersebut sehingga mendapatkan keuntungan dari jumlah pengunjung websitenya.

Baca juga : TRANSPORTASI ONLINE DUKUNG PEREKONOMIAN

Menurut data dari Kementerian Kominfo, di akhir tahun 2016 lalu, ada sekitar 800 ribu situs terindikasi menyebarkan hoax dan ujaran kebencian. Tentunya, hal ini menjadi perhatian khusus agar pengguna internet atau situs online mampu mengidentifikasi dengan baik terhadap situs maupun berita yang terindikasi menyebarkan hoax

Perlunya mengidentifikasi berita hoax ini dikarena akibat yang ditimbulkan  dengan adanya berita hoax pun cukup memprihatinkan. Selain akan memberikan dampak negatif bagi semua pihak, hoax juga mampu menjadikan provokasi dan agitasi negatif, menyulut kebencian, kemarahan, hasutan pada orang lain, pemberontakan bahkan perpecahan.

Tidak hanya itu berita hoax pun memberikan reputasi buruk pada seseorang maupun sesuatu, menyebarkan fitnah, dan menyebarkan informasi yang salah. Kerugian lain yang ditimbulkan yang berkaitan dengan diri sendiri, namun sering kali tidak disadari adalah membuang-buang waktu. Waktu merupakan hal yang berharga dalam hidup, jika sudah terjerat pada berita hoax maka waktu yang sudah digunakan untuk membaca atau menyebarkan berita hoax  akan terbuang sia-sia.

Semakin canggihnya zaman dengan berbagai fasilitas yang digunakan harus di imbangi dengan sikap yang cakap dan cerdas. Jika dilihat memalui manfaat yang disajikan zaman di era digital ini tentu sangat banyak. Masyarakat khususnya generasi milenial harus bijak menyikapi informasi maupun berita di zaman yang semakin canggih ini.

Sikap yang cerdas dan bijak tentunya tidak dapat diperoleh secara instan melainkan dengan ketekunan. Dengan terus membaca dan menyikapi informasi secara lebih bijak, masyarakat dibiasakan untuk teliti sehingga nantinya mampu menyaring informasi negatif tanpa terjerat berita hoax itu sendiri.

Written by : Dinda Luvita
Picture by : Pixabay.com