Bawang merah bawang putih bawang bombay merupakan jenis sayuran yang berasal dari bagian

Bawang merah bawang putih bawang bombay merupakan jenis sayuran yang berasal dari bagian
Bawang merah Bawang merah di pasar Klasifikasi ilmiah Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Liliopsida

Ordo:

Asparagales

Famili:

Amaryllidaceae

Genus:

Allium

Spesies:

A.cepa

Varietas:

A.cepa var. aggregatum

Nama binomial Allium cepa var. aggregatum

L.

Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum[1]) adalah salah satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis maupun tropis. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur.[2] Tanaman penghasilnya disebut dengan nama sama.

Bawang merah saat ini dianggap sebagai sebuah varietas dari spesies Allium cepa, spesies yang memuat sejumlah besar varietas bawang yang dikenal dengan nama kolektif bawang bombai.

 

Seluruh bagian tanaman bawang merah dari akar, umbi, daun, batang, dan bunga

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30–50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida.

Senyawa sin-propanatial-S-oksida (syn-propanethial-S-oxide) yang terbentuk akibat jaringan bawang merah diiris menyebabkan mata manusia mengeluarkan air mata[3][4].Pembentukannya terpicu oleh dilepaskannya enzim lachrymatory-factor synthase ketika jaringan tubuh tanaman dilukai. Enzim ini akan mengubah asam-asam amino sulfoksida (mengandung oksida belerang) menjadi asam sulfenat yang tidak stabil. Salah satu senyawa yang terbentuk dari asam sulfenat adalah sin-propanatial-S-oksida, yang kemudian menyebar ke udara. Kelenjar air mata akan terangsang oleh senyawa ini dan memicu keluarnya air mata.

Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan Indonesia berupa soto, sup juga bubur ayam menggunakan bawang goreng sebagai penyedap sewaktu dihidangkan. Selain diolah menjadi bawang goreng, bawang merah dapat juga dapat bermanfaat sebagai obat yaitu untuk mengobati maag, masuk angin, menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol, sebagai obat kencing manis (diabetes melitus), memperlancar pernafasan dan memperlancar aliran darah karena bawang merah dapat menghambat penimbunan trombosit dan meningkatkan aktivitas fibrinotik.[5]

  • Batu Ijo (BPTP Jawa Timur)[6][7]
  • Gayo (Dinas Pertanian Kab Aceh Tengah)
  • Ambassador 2 Agrihorti (Balai Penelitian Tanaman Sayuran)
  • Ambassador 3 Agrihorti
  • Ambassador 4 Agrihorti
  • Violetta 1 Agrihorti
  • Violetta 2 Agrihorti
  • Violetta 3 Agrihorti
  • Ambassador 1 Agrihorti[pranala nonaktif permanen]
  • TSS Agrihort 2
  • TSS Agrihort 1
  • Pikatan
  • Trisula
  • Pancasona
  • Mentes
  • Sembrani
  • Katumi
  • Kramat - 1
  • Kramat - 2
  • Kuning
  • Bima Brebes
  • Medan
  • Keling
  • Maja Cipanas[7]
  • SS SAKATO (Dinas Pertanian Kab Solok)
  • Lansuna (Dinas Pertanian dan Perternakan Propinsi Sulawesi Utara)
  • Tajuk (Dinas Pertanian Kab Nganjuk)
  • Ilokos (Asosiasi Perbenihan Bawang Merah Indonesia)
  • Crok Kuning (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bantul)
  • Lembah Palu (Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Kota Palu)
  • Rubaru (Pemkab Sumenep)
  • Biru Lancor (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur)
  • Manjung
  • Palasa (Dinas Perbenihan, Diperta, BPTP dan Untad Sulawesi)
  • Tinombo
  • Keta Monca (BPSB - TPH NTB)
  • Tiron (BPSB - TPH - Diperta DIY)
  • Bauji (BPTP Jawa Timur)
  • Super Philip
  • Lokana (Dinas Pertanian Kab Bantaeng)
  • Srikayang (Dinas Pertanian Kab Kulonprogo)
  • Maserati
  • Tropix
  • BM 8705
  • Sanren
  • Tuk Tuk
  • Selupu Merah[7]
  • Bawang putih

  1. ^ Erviana Eka Pratiwi, et al. (2020) "Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) Berdasarkan Marka Morfologi dan Molekuler" J. Hort. Indonesia 11(1):51-61 DOI : http://dx.doi.org/10.29244/jhi.11.1.51-60
  2. ^ Hassan Shadily. Ensiklopedi Indonesia Volume 1. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.
  3. ^ Why does chopping an onion make you cry?. Everyday Mysteries. Fun Science Facts from the Library of Congress. Diakses 11 Desember 2018.
  4. ^ S. Imai, N. Tsuge, M. Tomotake, Y. Nagatome, H. Sawada, T. Nagata, H. Kumagai. 2002. An onion enzyme that makes the eyes water. Nature 419:685. DOI: 10.1038/419685a.
  5. ^ Budi Samadi; Bambang Cahyono (2005). Bawang Merah Intensifikasi usaha tani. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-497-323-8. 
  6. ^ Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (2021) "Mixcropping Batu Ijo di Lereng Perbukitan Untuk Mengembangkan Bawang Merah Varietas Batu Ijo" jatim.litbang.pertanian.go.id
  7. ^ a b c BPTP Bengkulu (2018) "Hasil Kaji Terap Unggulkan Varietas Batu Ijo" bbp2tp.bptpnews.id

  • (Indonesia) Bawang merah[pranala nonaktif permanen]

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bawang_merah&oldid=21294179"

Bawang merah bawang putih bawang bombay merupakan jenis sayuran yang berasal dari bagian
Bawang bombai Bawang bombai Klasifikasi ilmiah Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Liliopsida

Ordo:

Asparagales

Famili:

Alliaceae

Genus:

Allium

Nama binomial Allium cepa

L.

Bawang bombai (Latin: Allium Cepa Linnaeus) adalah jenis bawang yang paling banyak dan luas dibudidayakan, dipakai sebagai bumbu maupun bahan masakan, berbentuk bulat besar dan berdaging tebal.[1]

Bawang bombai biasa digunakan dalam memasak makanan di Indonesia, tidak hanya digunakan sebagai hiasan tetapi juga bagian dari masakan karena bentuknya yang besar dan tebal dagingnya.[2] Disebut bawang bombai karena dibawa oleh pedagang-pedagang yang berasal dari kota Bombai (Mumbai sekarang) di India ke Indonesia.[2]

Ditengarai bawang bombai berasal dari Asia Tengah, kemungkinan Palestina, lalu menyebar ke Eropa dan India, dan masuk dibawa oleh para pedagang dari sana.[3] Kemungkinan besar bawang bombai masuk ke Indonesia seiring masuknya para pedagang dari India atau penjajah dari Belanda. Orang Belanda pernah mencoba membudidayakan bawang bombai di Padang, tetapi terhitung gagal.[3] Tanah yang lebih cocok ditengarai di Karo karena terbukti hasilnya sangat memuaskan.[3] Penggunaannya di Indonesia pada awalnya populer dipakai pada masakan Cina dan Eropa, namun belakangan banyak makanan Indonesia yang mempergunakannya.[3]

Bawang bombai memiliki aroma yang khas bila dibanding dengan bawang merah biasa, umbinya terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.[2] Pohonnya tumbuh tegak ke atas, akarnya serabut dan tidak terlalu panjang (±10c), daunnya bebentuk seperti pipa namun pipih berwarna hijau tua dan berukuran lebih besar dibanding daun bawang merah biasa.[3] Batang semunya merupakan pelepah daun dan menimbulkan jejak cincin-cincin, pangkal pelepahnya melebar dan menebal membentuk bengkakan besar yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, bengkakan itu sendiri adalah umbi bawang.[3]

Pada bagian pangkal umbi terdapat batang rudimenter yang menyerupai cakram yang merupakan bawang yang sebenarnya.[3] Bunganya majemuk dan berbentuk lingkaran bulat dengan tangkai bunga besar, kuat serta besar di bagian bawah.[3] Pada ujung tangkai bunga kadang-kadang berbentuk umbi-umbi kecil yang dapat juga dimanfaatkan sebagai bibit.[3] Bunga bawang bombai dapat juga berbentuk biji yang cukup dengan warna hitam.[3]

Bawang bombai cocok ditanam di daerah pegunungan dengan suhu 18-20 °C.[4] Penyinaran sinar matahai panjang hingga 14 jam sehari.[4] Ketinggian tempatnya ideal 800 meter di atas permukaan laut.[4] Ada pun yang mengatakan ketinggiannya harus di atas 2000 m dpl.[3] Tanah gembur mengandung keasaman antara 5,5-6,5 pH dengan drainase yang baik menjadi syarat utama supaya tidak membuat umbi bawang membusuk karena terendam air.[4] Pilihlah umbi bawang dengan ukuran 10-20/umbi, diperlukan 1500–2000 kg, atau ± 90.000 umbi untuk satu hektar.[4]

Tanah perlu disiangi dari rumput liar, dicangkul hingga gembur dan diberi pupuk kandang ±10-20 ton/hektar.[4] Bawang bombai paling baik ditanam pada awal musim kemarau, di Indonesia kira-kira bulan Mei/Juni - Agustus/September.[4] Bawang bombai sebaiknya ditanam di tanah yang gembur dengan kelembaban yang cukup (disiram sehari sebelum tanam).[4] Bersamaan dengan waktu tanam, berikan campuran pupuk N, P, dan K (NPK) dengan perbandingan 15:15:15 dengan dosis 150 kg per hektar.[4] Atau dapat juga diganti dengan pupuk KCI dengan jumlah 325 kg per hektar.[4] Pupuk tersebut dicampur dengan tanah.[4] Pupuk lainnya diberikan secara susulan.[4] Di atas bedeng yang hendak ditanami, tentukan jarak tanam dengan menggunakan tali, ajir dan bilah pelarik dengan jarak 20x30 atau 40x30 cm.[4] Tanamkan bibit bawang bombai satu per satu bagian siung masuk ke dalam tanah dengan posisi siung di atas.[4] Siram lagi sampai kelembabannya cukup.[4]

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara menyulaminya pada usia 7 hari setelah tanam dengan cara mengganti bibit yang busuk dengan yang baik.[4] Lakukan pengairan dengan cara digenangi air dan dikurangi secara periodik supaya umbi tidak membusuk.[4] Dosis pupuk 100–120 kg N, 150 kg P2O5 dan 100 K2O per hektar atau setara dengan 222–267 kg Urea atau 476–571 kg Za _ 489 kg TSP _ 271 kg KCI per hektar.[4] Pemberian pupuk dilakukan dua kali, yaitu pada umur 2 Minggu setelah tanam pupuk TSP dan KCI serta setengah dosis pupuk Urea dan ZA; kemudian diulang pada umur 4 Minggu setelah tanam berupa pupu Urea atau Za setengah dosis sisanya.[4] Pemberian pupuk dilarikan di antara barisan tanaman, ditugalkan dan ditutupi tanah.[4]

 

Kandungan nutrisi dalam bawang dapat dilihat dan dibandingkan dengan bawang merah biasa dan bawang putih pada tabel.[4]

Penggunaan terbesar adalah untuk bahan dan bumbu masakan.[5] Khasiat bawang bombai sangat banyak, yaitu antioksidan alami, mampu menekan efek sinogenik dari senyawa radikal bebas.[5] Fungi pada umumnya adalah memperkecil risiko penyakit degeneratif seperti kanker kolon.[5]

Bawang bombai juga dipakai secara umum untuk menyembuhkan berbagai penyakit pencernakan, flu, kembung, mual, maag, disentri, dan membunuh cacing dalam perut.[5] Sifat senyawa bawang bombai bersifat hipolipidemik, yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol darah.[5] Mengkonsumsi satu siung dapat meningkatkan kadar kolesterol 'baik' sebesar 30%.[5] Manfaat lainnya, dapat menyembuhkan penyakit radang hati, radang sendi, radang tonsil, radang pada tenggorokan, serta radang telinga.[5]

  1. ^ Brewster, James L. (1994). Onions and other vegetable alliums (edisi ke-1). Wallingford, UK: CAB International. hlm. 16. ISBN 0-85198-753-2. 
  2. ^ a b c (Indonesia) Yati Supriyati, Ersi Herliana., Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot, Jakarta: Penebar Swadaya, 2010, Hal. 55
  3. ^ a b c d e f g h i j k (Indonesia) Singgih Widodo., Budidaya Bawang dan Bombay, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007, Hal. 136-160
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Indonesia) Rahmat Rukmana., BAWANG MERAH, Budi Daya & Pengolahan Pascapanen, Yogyakarta: Kanisius, Hal. 29-35
  5. ^ a b c d e f g (Indonesia) Khasiat Bawang Merah, Yogyakarta: Kanisius, 2007

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bawang_bombai&oldid=21080568"