Berikut ini hal-hal yang tidak dipelajari masyarakat indonesia pada zaman hindu-budha

Jakarta, CNN Indonesia --

Perdagangan adalah awal mula berkembangnya corak Kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Pada masa itu, Indonesia merupakan tempat singgah jalur maritim bagi negara lain.

Banyak teori berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia, salah satunya dikatakan Hindu Budha masuk melalui orang-orang buangan dari India.

Sementara teori lainnya mengatakan agama Hindu Budha berkembang lantaran pernikahan para pedagang asal India dengan penduduk Nusantara sebutan untuk Indonesia masa itu.

Perkembangan agama ini kemudian melahirkan Kerajaan Hindu Budha di Indonesia dengan peninggalan sejarah seperti candi, bangunan, artefak dari kerajaan besar Hindu Budha di berbagai wilayah nusantara.

Berikut 7 kerajaan Hindu Budha di Indonesia yang besar dan cukup berpengaruh.

1. Kerajaan Tarumanegara (358 - 699 Masehi)

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia dan terbesar di Nusantara pada masa jayanya.

Catatan pada prasasti sejarah peninggalan Tarumanegara di Kebon Kopi dan Ciaruteun menyebut kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad 4 atau 5 masehi.

Kerajaan yang didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman memiliki daerah kekuasaan mulai dari Banten, Jakarta, hingga Cirebon.

Masa keemasan kerajaan Tarumanegara berada saat pemerintahan Purnawarman. Prasasti kerajaan Tarumanegara tersebar di Bogor (Muara Cianten, Jambu, Kebon Kopi, Ciaruteun, Pasir Awi), Jakarta (Tugu) dan Banten (Cidanghiang).

2. Kerajaan Sriwijaya (671-1377)

Berikut ini hal-hal yang tidak dipelajari masyarakat indonesia pada zaman hindu-budha
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (Foto: Dok.Kompaks)
Peninggalan harta karun Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan yang diyakini merupakan pusat peradaban masa lalu.

Kerajaan Sriwijaya termasuk salah satu kerajaan terbesar di Nusantara kala itu. Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 Masehi di Pulau Sumatera tepatnya Palembang, Sumatera Selatan.

Dalam catatan sejarah disebutkan pendiri awal kerajaan Sriwijaya adalah Dapuntahyang Sri Jayanasa. Semasa jaya, wilayah kekuasaan Sriwijaya mencakup Sumatera selatan, Pulau Bangka, Lampung, dan Jambi.

Kejayaan Sriwijaya meredup pada abad 11 Masehi akibat serangan dari Kerajaan Chola di India Selatan yang ingin mengambil alih kendali perdagangan di Selat Malaka.

Faktor lain redupnya Sriwijaya adalah tumbuhnya kerajaan besar lain di Nusantara dan sekitarnya. Jauh sebelum meredup, Sriwijaya merupakan pusat pembelajaran agama Budha terbesar di Asean.

3. Kerajaan Bali (914-1430)

Berikut ini hal-hal yang tidak dipelajari masyarakat indonesia pada zaman hindu-budha
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Pura Agung Besakih merupakan salah satu peninggalan kerajaan Hindu di Bali.

Kerajaan Bali merupakan istilah untuk serangkaian kerajaan Hindu Budha yang pernah memerintah di Bali. Kepercayaan Hindu Budha diyakini berkembang di Bali karena menerima pengaruh dari Jawa Timur.

Hal ini diketahui karena Bali pernah di bawah kekuasaan kerajaan Jawa Timur Singasari dan Majapahit. Usai keruntuhan Majapahit, penduduk yang menolak memeluk Islam lantas menyeberang ke Bali.

Seiring berjalannya waktu, agama Hindu lebih berkembang di Bali dan tercampur dengan adat istiadat setempat, sehingga Hindu khas Bali masa kini disebut sebagai Hindu Dharma.

Agama Hindu dan Budha dapat hidup berdampingan secara damai dan menunjukkan toleransi yang tinggi dalam masyarakat Bali.

Harmonisasi masa lampau ini dapat dilihat dari peninggalannya, yakni agama Budha pada Candi Padas di Gunung Kawi sedangkan peninggalan Hindu dapat dilihat pada Pura Agung Besakih.

4. Kerajaan Singasari (1222-1292)

Kerajaan Singasari salah satu kerajaan dalam peradaban Hindu Budha di Indonesia. Kerajaan bercorak agama Hindu ini berada di sekitar Kota Malang, Jawa Timur.

Tokoh ternama dari kerajaan ini adalah Ken Arok, Ken Dedes, Kertanegara, Wisnuwardhana, dan Kertanegara. Masa jaya pemerintahan Singasari berada di bawah pimpinan Kertanegara dengan operasi militer 'Ekspedisi Pamalayu'.

Singasari mengalami kehancuran akibat dua hal yaitu tekanan luar negeri dan pemberontokan dalam negeri yang dilakukan Jayakatwang.

Kerajaan Singasari mempunyai peninggalan yang cukup tersohor yaitu Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca. Selain itu terdapat prasasti Godang di Mojokerto yang ditemukan di sebuah sawah.

5. Kerajaan Majapahit (1293-1527)

Berikut ini hal-hal yang tidak dipelajari masyarakat indonesia pada zaman hindu-budha
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (Foto: ANTARA FOTO/Rudi Mulya/Rei/pd/14)
Candi Surowono merupakan candi Hindu dari zaman Kerajaan Majapahit, diperkirakan dibangun pada 1390 M sebagai tempat pendharmaan.


Kerajaan Majapahit lahir saat hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja pertama. Raden Wijaya bertakhta pada 1293 hingga 1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu Budha terbesar yang berhasil menyatukan Nusantara dengan Jawa Timur sebagai pusat pemerintahannya.

Puncak kejayaan Majapahit dalam menyatukan Nusantara terjadi semasa pemerintahan Hayam Wuruk dengan gelar Sri Rajasanagara yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.

Kepimpinan Hayam Wuruk begitu kuat karena mendapat dukungan dari Mahapatih Gajah Mada. Catatan Kitab Negarakertagama kekuasaan Majapahit mencakup Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia Timur.

6. Kerajaan Sunda Pajajaran (1042-1482)

Kerajaan Pajajaran merupakan kerjaan Hindu yang diprediksi beribu kota di Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Sebutan lain untuk kerajaan ini adalah Negeri Sunda, Pasundan, atau Pakuan Pajajaran.

Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan Tarumanegara, Sunda, Galuh, dan Kawali. Wilayah kerajaan Pajajaran mencakup Banten, Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Bogor.

Peninggalan Hindu dari kerajaan ini adalah prasati Sanghyang Tapak, Kawali, serta naskah Carita Parahyangan. Raja Pajajaran kali itu sangat toleransi terhadap agama, sehingga membiarkan rakyatnya menganut Hindu Waisnawa dan Budha.

7. Kerajaan Mataram Kuno

Berikut ini hal-hal yang tidak dipelajari masyarakat indonesia pada zaman hindu-budha
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Salah satu relief di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Kerajaan ini sering disebut juga dengan Kerajaan Mataram Hindu yang berdiri di daerah Medang I Bhumi Mataram (Prambanan, Klaten, Jawa Tengah saat ini) pada abad ke-8 Masehi.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno cukup banyak, di antaranya yang paling populer adalah Candi Borobudur, Mendut, Prambanan, Plaosan, Gedong Songo, dan Sambi Sari.

Pendiri kerajaan ini menurut catatan Carita Parahyangan, didirikan oleh Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram. Kerajaan Mataram Kuno sempat mengalami pergantian pusat pemerintahan beberapa kali akibat serangan kerajaan lain dan bencana alam.

Toleransi beragama antara Hindu dan Budha pada masa ini juga sangat kuat dengan terjadinya pernikahan Samaratungga (Budha Mahayana) dengan Wangsa Sanjaya (Hindu Shiwa).

Demikian sejarah singkat 7 kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Prasasti dan peninggalan yang dilestarikan dapat dikunjungi saat melakukan perjalanan ke daerah tersebut.

Ingat untuk selalu menjaga peninggalan sejarah dengan tidak melakukan vandalisme ataupun perusakan.

(imb/fef)

KOMPAS.com - Proses masuknya budyaa Hindu dan Buddha ke Indonesia terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India. 

Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Buddha, dan Masa Islam (2019) oleh Tri Worosetyaningsih, tata kehidupan masyarakat yang diatur melalui lembaga kesukuan, berubah menjadi lembaga kerajaan atau lembaga negara. 

Perubahan tersebut karena pengaruh India yang datang ke Nusantara. Selain itu kedatangan India juga berdampak pada kemajuan sistem kerajaan yaitu munculnya birokrasi yang menjadi alat untuk menjalankan pemerintahan. 

Di Indonesia birokrasi yang berlalu sesuai dengan jenis negara atau kerajaannya, sehingga struktur birokrasinya tampak ditekankan pada pertanian atau maritim.

Mataram-Hindu lebih cenderung kepada pertanian, sedangkan Sriwijaya lebih ke maritim

Baca juga: Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha di Indonesia

Pengaruh Hindu-Buddha

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarahdalam berbagai bidang, di antaranya:

Bidang sosial 

Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal kasta, seperti: 

  1. Brahmana, kaum pendeta dan sarjana
  2. Ksatria, para prajurit, pejabat, dan bangsawan
  3. Waisya, para pedagang, petani, pemilik tanah, dan prajurit
  4. Sudra, para rakyat jelata dan pekerja kasar

Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan yang ada di India. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai.

Berdasarkan silsilahnya, Raja Kudungga adalah orang Indonesia yang pertama menyentuh budaya India. Pada masa pemerintahannya, Kudungga masih mempertahankan budaya Indonesia.

Kemudian anaknya, Aswawarman diangkat menjadi raja, karena adanya pengaruh India mengakibatkan Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri Kerajaan Kutai.

Baca juga: Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

Pemimpin ditentukan secara turun-temurun melalui hak waris sesuai dengan perauran hukum kasta. Kemudian lahir kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.

Dalam pengaruh Hindu-Buddha, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang lebih bsar. Kepala suku terbaik dan terkuat berhak atas kekuasaan kerajaan. 

Bidang pendidikan

Lembaga pendidikan seperti asrama merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan.

Bidang keagamaan

Indonesia telah memiliki kepercayaan berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan tersebut memiliki dua sifat, yaitu:

  1. Animisme, suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
  2. Dinamisme, suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gain.

Masuknya Hindu-Buddha di Indonesia, membuat masyarakat Nusantara berangsur-angsur memeluk agama Hindu-Buddha yang diawali oleh kalangan elite di sekitar istana.

Baca juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia

Bidang sastra dan bahasa

Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia.

Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman Kerajaan Kediri.

Dok. Bina Marga Ditjen Bina Marga membangun akses jalan dan jembatan untuk mendukung program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Pemerintah telah menetapkan 5 KSPN destinasi super prioritas, salah satunya yakni Candi Borobudur.Bidang arsitektur

Punden berundak menjadi salah satu peninggalan arsitektur pada zaman megalithikum. Di mana budaya India memadukan bentuk punden berundak yang mengilhami pembuatan candi. 

Candi Borobudur mengambil bentuk bangunan punden berundak agama Buddha Mahayana. Pada Candi Sukuh dan candi di lereng Pegunungan Penanggungan memiliki pengaruh budaya India yang tidak kuat, karena hanya punden berundak.

Fungsi candi di Indonesia bukan sekedar tempat untuk memuja dewa seperti di India, tetapi sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan perwujudan raja yang telah meninggal.

Baca juga: Teori Waisya, Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia Lewat Perdagangan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.