Kamis, 25 Jun 2020 11:17 WIB
Bagikan :
Jakarta, CNN Indonesia --
Anak yang menangis dan tantrum seringkali sulit dihentikan. Terutama pada balita yang belum mampu mengungkapkan maksud dan keinginan mereka. Karena itu terdapat sejumlah cara menenangkan anak yang menangis dan tantrum yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh.
Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang, Catharine Mayung Sambo menjelaskan, usia balita terutama memasuki 3 tahun rentan dengan menangis dan tantrum yang sulit dikendalikan. Tantrum adalah amarah atau amukan karena tidak mampu mengungkapkan keinginan atau kebutuhan dengan kata-kata.
Seringkali tantrum dan menangis terjadi bersamaan.
"Usia 3,5 tahun merupakan masa di mana anak sedang keras sekali tantrumnya. Perlu pula dipahami pada usia ini anak belum mengerti bahasa secara penuh. Hanya bisa berkomunikasi dengan tiga atau empat kata," kata Chatarine dalam webinar RSPI, Rabu (24/6).
Berikut sejumlah cara menenangkan anak yang menangis dan tantrum
1. Jangan panik
Setiap orang tua dan pengasuh disarankan untuk tidak panik ketika menghadapi anak yang menangis tanpa henti dan juga tantrum yang tak berkesudahan. Biasanya panik muncul karena orang tua takut anaknya tak bisa berhenti dan mengganggu orang lain.
Tetaplah berusaha tenang, karena panik hanya akan memperkeruh suasana. Sikap orang tua yang tenang juga dapat berpindah pada anak dan menenangkan mereka.
2. Atur emosi anak dengan menenangkan mereka
Saat anak menangis dan tantrum, segera kendalikan emosi anak.
"Yang perlu dilakukan pertama kali ketika anak menangis adalah membantu meregulasi atau mengatur emosi anak," ucap Catharine.
Infografis Trik Redakan Tantrum Anak dalam Perjalanan Wisata
Cobalah untuk menenangkan anak dan menjelaskan bahwa kondisinya akan baik-baik saja.
3. Menggendong atau mendekap anak
Menenangkan anak juga dapat dilakukan dengan cara menggendong atau mendekap anak. Cara ini dapat memberikan rasa aman dan juga menunjukkan kasih sayang pada anak.
4. Bawa anak ke tempat baru
Catharine juga menyarankan untuk segera membawa anak ke tempat atau lokasi yang baru. Misalnya, ruangan lain atau ruangan terbuka yang lebih tenang. Cara ini dapat membuat suasana hati anak ikut berubah menjadi lebih baik.
5. Alihkan perhatian anak
Anak yang sedang menangis dan tantrum juga dapat dihentikan dengan mengalihkan perhatian anak. Misalnya, memberikan mainan, makanan, dan melihat sesuatu yang lebih menarik.
6. Jangan memarahi anak
Jangan emosi dan memarahi anak yang sedang menangis dan tantrum. Tindakan memarahi anak dapat membekas dan berdampak pada tumbuh kembang anak selanjutnya. Anak bisa menjadi trauma dan stres karena emosi dan marah orang tua.
7. Ajak anak bicara
Saat anak sudah tenang, ajak anak untuk bicara. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa yang membuatnya menangis dan tantrum. Hal ini dapat dijadikan pelajaran dan perbaikan di masa depan. Anak juga dapat memahami dengan lebih baik.
Ajak anak diskusi yang membangun sesuai dengan usia mereka.
"Setelah tenang, baru diajak bicara untuk saling memahami," ucap Catharine.
(ptj/NMA)
[Gambas:Video CNN]
Bagikan :
Jakarta -
Menghadapi anak yang suka menangis dan merengek tentu menguji kesabaran ya, Bunda. Mau dibiarkan saja tangisan bertambah kencang, tapi kalau dituruti takutnya akan jadi kebiasaan untuk mereka.
Menghadapi situasi semacam ini, Bunda harus punya strategi tersendiri. Anak-anak yang belum sekolah biasanya tahu bahwa memohon dengan nada merengek akan memiliki efek kuat pada orang tua mereka.
Sebelum balik memarahi mereka, pahami dulu arti rengekan anak-anak yuk, Bunda. Melansir Parents, merengek sering menjadi satu-satunya cara untuk anak kecil dalam mengekspresikan rasa lelah, lapar, rewel, tidak nyaman, dan ingin melakukan sesuatu.
Meskipun keterampilan bahasa anak 3-4 tahun akan meningkat dengan cepat, namun menurut penulis buku Parents Do Make a Difference, Michele Borba, Ed.D, mereka belum punya kosakata untuk menjelaskan keinginannya.
Selain itu, anak-anak yang sudah bisa mengatakan keinginannya pun kadang masih merengek untuk mencari perhatian orang tuanya. Mereka akan belajar bahwa Bunda dan Ayahnya akan memberi perhatian setelah ia merengek.
"Untuk anak usia 3-4 tahun yang menguji batas kebebasan mereka, merengek membuat mereka sangat kuat," kata psikolog Carolyn Crowder, PhD.
Pendapat senada juga diungkap penulis pendamping Positive Discipline for Preschoolers, Jane Nelsen, Ed.D yang mengatakan bahwa orang tua yang tak tahan melihat anaknya merengek justru akan membuat mereka mengulanginya lagi.
"Itu tidak mudah, seringkali saya tergoda untuk berteriak atau hanya memberikan apa yang dia inginkan. Tetapi saya bertekad untuk bersikap tegas dan konsisten. Anda harus banyak mengendalikan diri," imbuh Crowder.
Nah, untuk mencegah kebiasaan tersebut berlanjut, Bunda dan Ayah cobalah melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Jangan biarkan si kecil mengganggu
Pilih waktu yang tenang dan beri tahu si kecil mengenai aturan baru. Misalnya; bila kamu merengek maka Bunda tak akan merespon atau memberikan apa yang diminta. "Nah sejak saat itu, setiap kali merengek jaga ekspresi wajah tetap netral," saran Borba.
Katakan dengan tenang jika Bunda tidak bisa memahami keinginannya jika mengatakan dengan rengekan. Coba minta si kecil berbicara dengan intonasi yang lebih jelas.
2. Pastikan anak tahu artinya 'bertanya dengan baik'
Jangan-jangan selama ini si kecil tidak menyadari mengapa dia merengek seperti itu. Cara terbaik untuk menjelaskannya adalah dengan merekam suaranya, baik saat merengek atau ketika dia ceria. Putarkan kembali suara rekaman tersebut. Mintalah mereka untuk menilai mana yang lebih mudah dipahami.
Ingat ya, ini bukan cara untuk meledeknya tapi cara agar si kecil tahu cara menyampaikan atau bertanya dengan cara yang baik. "Anak-anak benar-benar ingin melakukan apa yang benar," lanjut Borba.
3. Berikan pujian pada saat yang tepat
Setiap kali si kecil meminta dengan sopan, berilah ucapan terimakasih. Bunda juga memberikan pujian ketika melakukan hal terpuji lainnya.
4. Temukan komunikasi yang tak terjawab
Sekilas, rengekan nampak seperti cara anak-anak memanipulasi. Tapi cobalah untuk mengerti keinginan anak yang sebenarnya. Mengutip The Military Wife and Mom, anak-anak yang menangis dan merengek sepanjang waktu biasanya sedang berusaha menyampaikan pesan ke orang tuanya.
5. Temukan pola
Jika anak merengek dan menangis menjadi pola yang sering terjadi di rumah, sebenarnya masih berpeluang diubah menjadi hal baik. Selanjutnya, Bunda bisa mengantisipasi rengekan sebelumnya. Buat rencana dan mengerjakannya secara proaktif.
Cari pola rengekan yang mendasari dan apa yang memicu mereka melakukan hal itu. Dari situ, pikirkan tentang apa yang mungkin menjadi kebutuhan dasar dalam situasi tersebut.
Jika rengekan jadi senjata buat mereka, cari cara agar anak bisa lebih mengendalikan situasi tertentu. Beri mereka waktu untuk mengubah kebiasaan tersebut ya.
Semoga sukses, Bunda!
Bunda, simak juga yuk cara mengatasi si kecil yang suka minta dibelikan mainan seperti video berikut ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(rap/rap)