Hari raya Idul Fitri dirayakan dengan

dirayakan dengan meriah tetapi Idulfitri dirayakan secara sederhana di Inggris. Khotbah disampaikan oleh imam masjid setempat, dilanjutkan dengan bersalam-salaman. Biasanya di satu kawasan di mana terdapat banyak kaum muslimin di sana, kantor-kantor dan beberapa sekolah di kawasan tersebut akan memberikan satu hari libur untuk kaum muslimin.

Hari raya Idul Fitri dirayakan dengan

Hari Raya Idul Fitri Dirayakan Dengan Perasaan Apa Ya?

Hari Raya Idul Fitri Adalah Hari Raya Besar Umat Islam Sedunia... Umat Muslim Akan Saling Maaf Memaafkan & Saling Berbagi... Mereka Semua Akan Merasakan Senang Setelah Berpuasa Ramadhan Selama 1 Bulan...

#Semoga Bermanfaat

Wassalamualaikum^-^

  • Lifestyle

  • Inspirasi & Unik

Selasa, 3 Mei 2022 - 08:02 WIB

VIVA – Tak terasa kita sudah menyelesaikan ibadah puasa bulan suci Ramadhan selama satu bulan penuh. Setelah itu, umat muslim akan merayakan hari raya idul fitri, dimana pada tahun ini dirayakan pada hari Senin, 2 Mei 2022. Hari raya Islam dirayakan pada hari pertama bulan Syawal, bulan yang datang setelah Ramadhan dalam kalender Hijriah. Karena itu, dirayakan pada hari yang berbeda di seluruh wilayah.

Setelah selesai melaksanakan puasa bulan suci Ramadhan, umat islam akan merayakan hari raya islam atau hari raya idul fitri. Hari raya idul fitri merupakan suatu perayaan bagi umat muslim atas kemenangan menahan diri dari makan dan minum, serta menjauhi dari berbagai pekerjaan yang bisa membatalkan puasa. Pada hari raya idul fitri ini, umat islam dilarang untuk berpuasa.

Bagaimana sejarah dan makna Idul Fitri?

Sejarah hari raya Idul Fitri ada kaitannya dengan peristiwa perang badar dan hari raya masyarakat jahiliyah. Melansir dari situs NU Online, pertama, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri pada tahun ke-2 Hijriah. Saat itu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang badar. 

Kemenangan tersebut menjadi sejarah bahwa di balik perayaan Idul Fitri ada histeria dan perjuangan para sahabat untuk meraih kemenangan dan menjayakan Islam. Oleh sebab itu, setelah kemenangan diraih umat Islam, secara tidak langsung mereka merayakan dua kemenangan, yakni kemenangan atas dirinya yang telah berhasil berpuasa selama satu bulan, dan kemenangan dalam perang badar.

Kedua, sebelum Islam datang, kaum Arab jahiliyah memiliki dua hari raya yang dirayakan dengan sangat meriah. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa asal-usul disyariatkannya hari raya ini tidak lepas dari tradisi orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan khusus untuk bermain dalam dua hari, yang kemudian dua hari itu oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diganti menjadi hari yang lebih baik, dan perayaan yang lebih baik pula, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. 

Rasulullah bersabda: “Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha” (HR Abu Dawud & an-Nasa’i) 

Hari raya Idul Fitri dirayakan dengan
Ilustrasi (CoinaPhoto)

KHAZANAH ISLAM – Perayaan Idul Fitri bagi umat Muslim nampaknya seperti hal wajib yang tidak boleh terlewatkan. Bermaaf-maafan, berbagi hadiah, hingga bersilaturahim ke sanak saudara dan kolega merupakan bagian dari perayaan tersebut. Namun tahukah kita bahwa sesungguhnya perayaan Idul Fitri yang kita kenal saat ini memiliki sejarah panjang yang menyertainya?

Imam Ibnu Katsir pernah menjabarkan bagaimana perayaan Idul Fitri terjadi di masa Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat hadis shahih, Rasulullah pernah merayakan hari pertama raya Idul Fitri dalam kondisi letih. Beliau bahkan sampai bersandar pada Bilal bin Rabah dan menyampaikan khutbahnya.

Menyambut hari kemenangan dengan hal-hal positif memang sangat dianjurkan. Hal itu terbukti bagaimana antusiasnya Rasulullah SAW dalam menyambut Idul Fitri, namun tentu saja beliau tidak menanggalkan syariat agama atau berlebih-lebihan atas sesuatu.

Jauh sebelum Islam datang, masyarakat jahiliyah Arab telah memiliki dua hari raya, yaitu hari raya Nairuz dan Mahrajan yang dirayakan dengan sambutan pesta pora yang tidak bermanfaat. Minum-minuman memabukkan, menari, adu ketangkasan termasuk salah satu ritual dalam perayaan kedua hari raya tersebut. Berdasarkan buku Ensiklopedi Islam, kedua hari raya tersebut sejatinya berasal dari zaman Persia Kuno. Di kemudian hari, Rasulullah SAW mengganti kedua perayaan masyarakat Arab itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri pertama kali diselenggarakan pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah. Waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Perang yang terjadi pada Ramadhan itu dengan jumlah pasukan di sisi umat Muslim yang jauh lebih sedikit dibanding kaum kafir, nyatanya diganjar Allah dengan perayaan yang luar biasa indah dan barokah: Idul Fitri.

Sebagaimana kita ketahui, di kedua hari raya umat Muslim seperti Idul Fitri dan Idul Adha, setiap Muslim justru ditekankan untuk berbuat kebaikan dan kemaslahatan. Menjelang perayaan Idul Fitri saja, umat Islam diwajibkan menunaikan zakat untuk dibagikan kepada para mustahik (orang-orang penerima zakat).

Segala kebaikan yang tercurah dari jiwa-jiwa umat Muslim selama Ramadhan, sejatinya sangat terasa pada hari raya Idul Fitri bagi semua elemen. Sehingga bisa dikatakan, perayaan Idul Fitri dapat melingkupi kebahagiaan bagi seluruh umat Muslim dari berbagai kalangan.

Menurut Prof HM Baharun, hakikat perayaan Idul Fitri sendiri sejatinya adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Umat Islam yang berhasil menjinakkan nafsu selama Ramadhan kembali fitrah dan layak untuk merayakannya dengan cara yang baik dan benar.

Pada Dinasti Abbasiyah, perayaan Idul Fitri dilakukan dengan rangkaian kegiatan yang meriah. Biasanya pada zaman tersbeut, perayaan dilakukan selama tiga hari yang diakhiri dengan menyantap beraneka ragam makanan halal yang disajikan.

Dalam buku Empire of the Islamic World karya Robin Santos Doak dijelaskan, umat Muslim yang berada di jalan-jalan Kota Baghdad dihibur dengan penampilan para musisi dan penyair yang menunjukkan kebolehan mereka. Tentu saja, hiburan tersebut bernilai positif dan tidak melanggar syariat.

Sedangkan Ege Yayinlari dalam Discover Islamic Art in the Mediterranean menyebutkan, para sultan Dinasti Mamluk (1250-1517 Masehi) di Mesir membagikan pakaian, hadiah, dan uang kepada masyarakat saat perayaan Idul Fitri. Di India, para sultan Dinasti Mughal melakukan arak-arakan bersama pengawal kerajaan dalam merayakan Idul Fitri.

Sedangkan semasa periode Kesultanan Ottoman di Turki, ada tradisi membunyikan meriam setiap malam 1 Syawal dalam menyambut Idul Fitri. Meriam ditembakkan ke udara untuk menandai berakhirnya hari raya Idul Fitri.

Di Indonesia, tradisi halal-bihalal identik dengan perayaan Idul Fitri bagi warga Muslim Indonesia. Dalam buku Al Masalik wal Mamalik karya Ibnu Khordabdih dijelaskan, mayoritas watak masyarakat yang hidup sepanjang garis khatulistiwa merupakan orang-orang yang terbuka dan egaliter. Sikap tersebut pun identik dengan masyarakat Indoensia.

Sikap terbuka dalam tradisi halal-bihalal yang dilakukan umat Muslim tak jarang juga dilakukan oleh umat non-Muslim. Tak sedikit dari umat non-Muslim yang ikut ‘nimbrung’ bersilaturahim dan melakukan halal-bihalal saat Idul Fitri tiba.

Di sisi lain, budaya lokal dalam melaksanakan tradisi Idul Fitri juga banyak yang dijadikan tradisi umat Muslim Indonesia secara nasional. Tengoklah bagaimana masyarakat Jawa diperkenalkan istilah Lebaran Ketupat oleh Sunan Kalijaga.

Lebaran ketupat merupakan tradisi yang ikut menyemarakkan perayaan Idul Fitri masyarakat Jawa ketika itu. Sunan Kalijaga mengajarkan masyarakat Jawa untuk membuat makanan dengan bahan utama beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa. Anyaman daun ketika itu identik dengan ciri khas budaya dan seni masyarakat Jawa.

Sehingga bukan hal sulit bagi masyarakat Jawa ketika itu mengikuti apa yang diajarkan Sunan Kalijaga. Secara filosofis pun, Lebaran Ketupat juga memiliki makna yang mendalam. Kata ketupat yang berasal dari kata kupat dalam bahasa Jawa berarti mengakui kesalahan. Sehingga dalam Lebaran Ketupat pun dikenal dengan istilah sungkeman, memohon maaf dari orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan.

Hadits of The Day

Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta bersungguh-sungguh menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat pada suaminya.

Maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, "Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka."

(HR. Ahmad 1:191)

*Sumber: republika.co.id

Apa yang dilakukan saat hari raya Idul Fitri?

10 Kegiatan Selama Lebaran Idul Fitri.
Mendekorasi rumah. ... .
Menghias kue lebaran. ... .
Mengirim hampers. ... .
4. Saling memaafkan. ... .
Makan bersama keluarga. ... .
6. Silaturahmi ke keluarga atau kerabat dekat. ... .
7. Video call keluarga jauh. ... .
Berbagi THR..

Kapan dan bagaimana hari raya Idul Fitri pertama kali dirayakan?

Perayaan Idul Fitri pertama kali digelar pada tahun ke-2 Hijriah, yaitu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin pada Perang Badar. Usai perang, secara tidak langsung umat muslim merayakan kemenangan dengan penuh rasa syukur dan gembira.

Kapan Hari Raya Idul Fitri dirayakan oleh seluruh umat Islam?

Idulfitri (bahasa Arab: عيد الفطر, translit. 'Īd al-fiṭr‎) atau Lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriah.

Bagaimana kebiasaan orang Islam ketika perayaan hari raya Idul Fitri?

Dalam hal ini Rasulullah SAW mempunyai kebiasaan baik, setiap kali merayakan Idul Fitri. Seperti memperbanyak bacaan takbir menjelang Idul Fitri, memakai pakaian bersih dan rapi, makan sebelum sholat Idul Fitri, hingga bermaaf-maafan.