Hasil tambang yang mampu mengembangkan perekonomian abbasiyah adalah

Sektor pembangunan di bidang ekonomi adalah faktor penting dalam pembangunan suatu negara. Ia dapat dikatakan sebagai tulang punggung atau bahkan jantung dari kehidupan suatu negara. Tanpa didukung oleh ekonomi yang kuat, mustahil suatu negara dapat melaksanakan pembangunan-pembangunan di bidang yang lain secara baik dan sempurna.

Dalam masa permulaan pemerintahan Bani Abbasiyyah, pertumbuhan ekonomi (economic growth) dikatakan cukup stabil dan menunjukkan angka vertikal. Devisa negara penuh berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak dari pada pengeluaran. Kue nasional membengkak melebihi dari anggaran belanja negara.

Khalifah al-Mansur merupakan tokoh ekonom Abbasiyyah yang telah mempu meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan negara. Keutamaan al-Mansur dalam menguatkan dasar Daulah Abbasiyyah dengan ketajaman pikiran, disiplin, dan adil adalah sama halnya dengan Khalifah Umar ibn Khattab dalam menguatkan Islam.

Pada waktu khalifah al-Mansur meninggal dunia setelah memerintah selama 22 tahun, dalam kas negara tersisa kekayaan negara sebanyak 810.000.000 dirham. Sedangkan pada Khalifah harun al-Rasyid meninggalkan kekayaan negara sebanyak 900.000.000 dirham. Kecakapan Harun dalam menggunakan anggaran belanja negara sama dengan al-Mansur, hanya saja Harun lebih banyak mengeluarkan dibanding dengan al-Mansur, mungkin karena tuntutan zaman yang berbeda.

Pada masa permulaan Abbasiyyah, semua khalifah menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan negara. Sektor-sektor perekonomian yang dikembangkan meliputi pertanian, perindustrian, dan perdagangan.

Baca juga:  Kekeliruan Membaca Sosok Pemimpin dalam Sejarah

Sektor Pertanian

Di sektor pertanian, usaha-usaha yang dilakukannya antara lain: 1) memperlakukan ahl zimmah dan mawali dengan perlakuan baik dan adil, serta menjamin hak milik dan jiwa mereka, hingga kembalilah mereka bertani di seluruh penjuru negeri. 2) mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku kejam kepada para petani. 3) memperluas daerah-daerah di segenap wilayah negara. 4) membangun dan menyempurnakan sarana perhubungan ke daerah-daerah pertanian, baik darat maupun air. 5) membangun bendungan-bendungan dan menggali kanal-kanal baik besar maupun kecil, sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak terjangkau irigasi.

Dengan langkah seperti itu, maka pertanian menjadi maju pesat, tidak saja di tanah Iraq yang tanahnya terkenal subur, tapi juga di se antero negeri. Tiap-tiap wilayah mempunyai kekhususan dalam menghasilkan pertanian.

Sektor Perindustrian

Pada masa Abbasiyyah dibangun tempat-tempat perindustrian hampir meliputi seluruh wilayah tanah air. Perindustrian terbesar dari sektor pertambangan yang meliputi: tambang perak, tembaga, seng, dan besi yang dihasilkan dai tambang-tambang di Persia dan Khurasan. Dekat Beirut terdapat beberapa tambang besi, seperti halnya marmer di Tibris, dan sebagainya. Juga di Asia barat terdapat pabrik-pabrik, seperti pabrik permadani, sutera, katun, wol, brokat (baju perempuan), sofa, dan lain-lain.

Dengan banyaknya dibangun tempat-tempat industri, maka terkenallah, misalnya: Bashrah, terkenal dengan industri sabun dan gelas; Kufah dengan industri suteranya; Khuzastan, dengan tekstil sutera bersulam; Damaskus, dengan kemeja sutera; Khurasan, dengan selendang, wol, emas, dan peraknya; Syam, dengan keramik dan gelas berwarnanya; Andalusia, dengan kapal, kulit, dan senjata; Baghdad sebagai ibu kota negara memiliki berbagai macam tempat industri.

Dalam catatan sejarah, Baghdad mempunyi lebih 100 kincir air, 4000 pabrik gellas, 30.000 kilang keramik. Di samping itu, Baghdad mempunyai industri-industri khusus barang-barang mewah (lux) baik gelas, tekstil, keramik, dan sebagainya. Di kota Baghdad diadakan pasar-pasar khusus untuk macam-macam hasil produksi, seperti pasar besi, pasar kayu jati, pasar keramik, pasar tekstil, dan sebagainya.

Sektor Perdagangan

Kota Baghdad, di samping sebagai kota politik, kota agama, kota kebudayaan, juga merupakan “kota perdagangan” yang terbesar di dunia saat itu. Sedangkan kota Damaskus merupakan kota dagang nomor dua, sebagai pusat kota perdagangan translit bagi kafilah-kafilah dagang dari Asia Kecil, dan daerah-daerah Furat yang menuju negeri-negeri Arab dan Mesir atau sebaliknya.

Sungai Tigris dan Eufrat menjadi pelabuhan transmisi bagi kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Terjadinya kontak perdagangan tingkat internasional ini semenjak Khalifah al-Mansur. Kecuali Baghdad dan Damaskus, juga terkenal sebagai kota dagang adalah Bashrah, Kufah, Madinah, Kairo, dan kota-kota di Persia. Kapal-kapal dagang Arab Islam telah sampai ke Ceylon, Bombai, Malaka, pelabuhan-pelabuhan di Indocina, tiongkok, dan India. Pada waktu itu terjadilah hubungan dagang antara kota-kota dagang Islam dengan kota-kota dagang di seluruh penjuru dunia.

Baca juga:  Membaca Kembali Sejarah Islam di Spanyol

Untuk menghindari terjadinya kolusi dan penyelewengan dalam sektor perdagangan, Khalifah Harun membentuk satu badan khusus yang bertugas mengawasi pasaran dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan harga pasaran, atau dengan kata lain mengatur politik harga. (RM)

Hasil tambang yang mampu mengembangkan perekonomian abbasiyah adalah

Hasil tambang yang mampu mengembangkan perekonomian abbasiyah adalah
Lihat Foto

Thoughtco

Ilustrasi masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah

KOMPAS.com - Daulah Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam ketiga yang berkuasa antara 750-1258.

Selain menjadi kekhalifahan yang paling lama memerintah, yaitu selama lima abad, Abbasiyah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Di bidang perekonomian, Dinasti Abbasiyah juga mengalami kemajuan pesat.

Sistem perekonomian yang digunakan Bani Abbasiyah sehingga mengalami kemajuan pesat adalah dengan membangun perdagangan, industri, dan pertanian.

Tiga sektor dalam ekonomi pada masa Dinasti Abbasiyah tersebut berperan penting dalam majunya kekhalifahan.

Berikut ini kondisi perekonomian pada masa Dinasti Abbasiyah.

Baca juga: Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah

Sektor pertanian

Dalam perkembangan kota metropolitan, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa tanah yang subur menjadi faktor paling penting.

Hal itu terjadi pada Bagdad, yang menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah pada masa jayanya.

Perpindahan ibu kota Abbasiyah dari Damaskus ke Bagdad yang dilakukan pada masa Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur ternyata memiliki maksud sendiri.

Pindahnya ibu kota ke Bagdad mempermudah pengawasan di jalur perdagangan yang melalui Sungai Eufrat dan Tigris.

hukum menaksir kepada seseorang dalam islam ​

mengapakah pegangan agama penting kepada manusia​

apa saja pelajaran SMP kelas 7?​

hukum kita mencintai seseorang tapi tidak lebih dari cinta kita kepada Rasulullah dan Allah SWT ​

Jelaskan latar belakang Sunar Giri ❤​

pemimpin memainkan peranan penting dalam menarik pedagang luar untuk berdagang di melaka.Bincangkan.

pada peringkat awal kemunculan kerajaan alam melayu adalah di lembah sungai.mengapakah kerajaan - kerajaan Alam melayu muncul di lembah sungai ?​

Nyatakan faktor - faktor yang menjadikan melaka sebagai pusat perdagangan antarabangsa (3 perenggan)​

Q..penemu gaya gravitasi...​

Sejarah Kesultanan johor riau 1 sejarah pengasasan kerajaan 2 sejarah pusat pemerintahan kota kara, pekan tua3sejarah pusat pemerintahan kota sayong, … sayong Pinang 4sejarah pusat pemerintahan kota batu Johor lama-_______________________________________________________-1 persaigan johor-acheh-portugis2 perang Johor-jambi 3konflik pembesar 4ancaman raja kecil___________________________-___-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_______1 pemindahan pusat pemerintahan 2pembinaan kota pertahanan 3 hubungan antara [email protected]@​