Jelaskan 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan waktu pemanenan ayam pedaging

Faktor-faktor penentu waktu panen ternak, tentunya akan tergantung kepada jenis ternak yang dipelihara dan tujuan pemeliharaannya. Pada pemeliharaan ternak ruminansia (sapi, kerbau, domba dan kambing), dibagi menjadi dua jenis pemeliharaan yaitu ternak ruminansia pedaging dan ternak ruminansia perah (susu). Untuk ternak ruminansia perah hasil yang di peroleh untuk di panen adalah susu dan anak yang dihasilkan.

Pada ternak unggas, terbagi menjadi ternak unggas pedaging dan unggas petelur. Begitupun pada aneka ternak ada yang termasuk kelompok ternak penghasil daging, ternak penghasil telur, serta ternak yang dipelihara untuk kesenangan (hobi).

Dari jenis-jenis ternak tersebut, tentunya akan mempengaruhiwaktu dan jenis produk ternak yang akan di panen.Namun pemanenan yang tepat waktu adalah pemanenan yang sesuai kondisi peternakan dan memberikan keuntungan optimal. Penentuan waktu panen yang tepat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga jual, lama
pemeliharaan, bobot yang dicapai, umur ternak dan kondisi kesehatan ternak.

Lama pemeliharaan setiap ternak tentunya berbeda antara ternak yang satu dengan yang ternak lainnya tergantung jenis ternak yang dipeliharan dan tujuan pemeliharaannya.

Pada pemeliharaan ayam broiler umumnya pemanenan dilakukan setelah dipelihara antara 4-6 minggu pemeliharaan.

Ketika memasuki umur 7-8 minggu pertambahan berat badan broiler/minggu mengalami kemerosotan. Pada saat itu terjadi ketidakseimbangan antara pertambahan bobot badan dengan pakan yang dikonsumsi. Jadi lebih menguntungkan apabila broiler dijual lebih awal. Pada pemeliharaan itik dan ayam kampong pedaging, lama pemeliharaan biasanya selama 70 hari pemeliharaan baru bias dipanen.

Penggemukan sapi potong lama pemeliharaannya berkisar antara 2-4 bulan, akan tetapi ada kalanya sapi potong dipelihara hingga lebih dari 6 bulan masa pemeliharaan. Kegiatan Pemanenan pada umumnya dilakukan saat kegiatan penggemukan berakhir.

Pada pemeliharaan sapi perah, sapi perah sudah dapat dikawinkan untuk pertama kalinya setelah berumur 15-18 bulan. Dengan masa kehamilan rata-rata di daerah tropis adalah 275-278 hari. Dengan demikian panen pertama susu sudah dapat dilakukan setelah ternak di pelihara 2-2,6 tahun.Pada pemeliharaan kambing perah, susu sudah dapat dihasilkan pada umur ternak 17-18 bulan pemeliharaan.

Pada peternakan ayam petelur,pemanenan telur pertama berkisar antara umur 5,5- 6 bulan.Ayam petelur mulai
berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu).

Produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur).

Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam berumur
80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management Guide, 2007).

Pada peternakan itik petelur, itik mulai berproduksi atau bertelur rata-rata berumur sekitar 5 sampai 6 bulan. Dengan
perawatan yang baik maka itik akan dapat berproduksi telur selama 18 bulan dan setelah itu itik harus sudah diafkir karena kalau dipertahankan sudah tidak menguntungkan lagi dan harus diganti dengan itik-itik dara yang siap bertelur.

Ketidakstabilan harga jual ternak di pasar harus diperhatikan. Bila harga rendah sekali, harus dipertimbangkan kemungkinan memperpanjang periode pemeliharaan sampai batas waktu tertentu. Sebaliknya apabila harga baik atau tinggi, lebih baik mempersingkat periode pemeliharaan dengan melakukan pemanenan saat itu tanpa mempertimbangkan berat badan dan umur ternak, apabila sudah memenuhi persyaratan pasar.

Harga jual produk ternak pada posisi harga ter tinggi umumnya adalah pada saat menjelang dan sesudah hari besar keagamaan dan tahun baru.

Terjangkitnya penyakit atau wabah pada usaha budidaya ternak dapat membuat peternak mengambil langkah untuk
memanen dan menjual ternak yang tersisa dari kematian, baik sebagian atau seluruhnya. Tindakan ini dilakukan tanpa mempertimbangkan umur, berat badan dan harga jual ayam.

Pertimbangannya bukan lagi mengejar perolehan keuntungan, namun dalam usaha menekan kerugian serendah-rendahnya akibat penyakit atau wabah yang sedang berjangkit.

Baca Juga:

Pemberian Pakan dan Air Minum Ternak

Faktor penentu waktu pemanenan ternak berdasarkan bobot badan ternak, biasanya di gunakan dalam pemeliharaan yang tujuannya untuk memproduksi daging seperti pada pemeliharaan ayam pedaging dan penggemukan ternak potong lainnya.

Bobot badan ternak biasanya di gunakan sebagai acuan untuk menentukan waktu panen ternak pedaging baik ternak unggas atau ruminansia dan monogastrik. Akan tetapi bobot badan bukan satu-satunya pertimbangan waktu panan ternak.

Sebagi contoh pada pemeliharaan ayam pedaging, biasanya target bobot badan ayam saat dipanen adalah kurang dari 1,7 kg, sebagian besar dijual dengan berat badan mencapai 1,3-1,6 Kg. Faktor yang harus dipertimbangkan adalah kegemaran konsumen di suatu daerah atau keadaan.

Pada daerah tertentu konsumen lebih suka ayam kecil dengan beratnya kurang dari 1 kg, sedangkan didaerah lain konsumen lebih suka ayam besar dengan berat 1,5-2 kg serta ada juga yang menyukai ayam dengan berat diatas 2 kg.

Secara umum, konsumen atau pangsa pasar ayam pedaging berdasarkan berat badan dapat dilihat pada Tabel 32.

Table 32. Pangsa pasar konsumen ayam pedaging berdasarkan

Jelaskan 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan waktu pemanenan ayam pedaging
Sumber: Huda (2002)

Umur ternak yang dijadikan faktor penentu waktu panen biasa digunakan pada penjualan ternak afkir, dan penjualan produksi anak ternak. Pada penjualan anak ternak biasanya umur yang digunakan adalah lepas sapih. Pada ternak sapi perah, penjualan pedet jantan sudah dapat dilakukan dilakukan pada umur 1,5-2 bulan. Penjualan induk afkir biasadilakukan pada umur 8-9 tahun (Nugroho 2008).

Tetapi pada peternakan rakyat, sapi perah masih dipelihara hingga umur diatas 10 tahun.Pada peternakan domba/kambing anak ternak sudah dapat di panen pada umur lepas sapih (3 bulan). Sementara untuk penjualan induk afkir dapat dilakukan pada umur ternak mencapai 5 tahun atau lebih.Pada peternakan babi, anak babi yang telah lepas sapih biasanya disapih pada umur 8 minggu dan mencapai bobot rata-rata 20 kg, atau sudah berumur 5-6 bulan.


Page 2

Berkaitan dengan tujuan usaha pemeliharaan ayam pedaging, yaitu memperoleh keuntungan, kegiatan panen perlu ditentukan waktunya secara tepat. Secara teknis produksi, ayam pedaging dipanen ketika telah mencapai target yang ditetapkan. Kegiatan panen yang tepat waktunya bisa menunjang perolehan keuntungan yang optimal. Tentunya hal ini membutuhkan perhitungan dan pertimbangan matang.

Penentuan saat-saat panen yang tepat untuk ayam pedaging dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling berkaitan. Keempat faktor ini perlu mendapat perhatian, yaitu :


Biasanya target bobot badan ayam saat dipanen adalah kurang dari  1,7  kg, sebagian besar dijual  dengan kisaran berat badan mencapai 1,3 - 1,6 Kg. Faktor yang harus dipertimbangkan adalah kegemaran konsumen di suatu daerah atau keadaan. Pada daerah tertentu konsumen lebih suka ayam kecil dengan beratnya kurang dari 1 kg, sedangkan didaerah lain konsumen lebih suka ayam besar dengan berat 1,5 - 2 kg serta ada juga yang menyukai ayam dengan berat diatas 2 kg.

Berdasarkan bobot badan ayam yang disukai, berikut adalah daftar konsumen atau pangsa pasar ayam pedaging:

bobot ayam sekitar 0,4 – 0,6 kg: Hotel, restoran besar

bobot ayam sekitar 0,8 – 0,9 kg: Rumah makan, pasar tradisional

bobot ayam sekitar 0,8 – 1,1 kg: Pasar swalayan, pasar tradicional

bobot ayam sekitar 1,1 – 1,2 kg: Restoran fast food

bobot ayam sekitar 1,3 – 1,5 kg: Hotel, katering, restoran asing

bobot ayam > 1,5 kg:                        Industri mie instan, kaldu ayam, rumah makan khusus ayam

Lama  pemeliharaan  ayam  pedaging biasanya sekitar  4  -  6 minggu. Pada umur ini, pertumbuhan broiler mencapai optimal. Oleh karena itu, berdasarkan lama pemeliharaan, panen biasanya dilakukan pada minggu tersebut. 

Ketika memasuki umur 7 - 8 minggu pertambahan berat badan ayam/minggu mengalami kemerosotan. Pada saat itu terjadi ketidakseimbangan antara pertambahan bobot badan dengan pakan yang dikonsumsi. Lebih dari umur 6 minggu, angka FCR semakin meningkat, usaha semakin tidak efisien, karena perbandingan pakan yang diberikan sangat tinggi dibandingkan perbandingan peningkatan bobot badan.

Ketidakstabilan  harga jual ayam pedaging di  pasar harus diperhatikan pada  saat pemungutan  hasil. Bila harga ayam pedaging jelek atau rendah  sekali harus dipertimbangkan kemungkinan memperpanjang periode pemeliharaan sampai batas waktu  tertentu.   

Sebaliknya apabila harga baik atau tinggi, lebih baik mempersingkat periode pemeliharaan dengan melakukan pemanenan saat itu tanpa mempertimbangkan berat badan dan umur ayam.

Terjangkitnya   penyakit  atau   wabah   pada usaha budidaya ayam pedaging dapat membuat peternak mengambil  langkah untuk memanen dan menjual ayam yang tersisa dari kematian, baik sebagian atau seluruhnya. Pertimbangannya bukan lagi mengejar perolehan keuntungan, namun dalam usaha menekan kerugian serendah-rendahnya akibat penyakit atau wabah yang sedang berjangkit.

Kegiatan pemanenan berlangsung lancar dan efisien sesuai harapan, apabila peralatan dipersiapkan secara matang. Saat ini, panen ayam pedaging di Indonesia masih dilakukan secara manual, yaitu pekerja menangkap kaki ayam menggunakan kedua belah tangan. Secara umum, peralatan yang diperlukan dan harus tersedia saat pemanenan ayam pedaging adalah:

Sesuai namanya, penyekat kandang digunakan untuk menyekat kandang. Umumnya terbuat dari bambu atau kawat atau terpal. Fungsinya memperkecil ruang kandang sehingga membatasi ruang gerak ayam. Oleh karena itu, untuk penyekat kandang ini bisa juga menggunakan plastik tebal penutup kandang. Ruang gerak ayam yang terbatas diharapkan dapat mempermudah proses penangkapan ayam.

Keranjang terbuat dari plastik sangat umum digunakan, harganya relatif murah karena tidak cepat rusak sehingga dapat digunakan berkali-kali panen bahkan bertahun-tahun. Keranjang plastik mempunyai warna-warna cerah seperti merah, kuning dan hijau berbentuk kotak persegi panjang. Fungsinya untuk menampung ayam hasil tangkapan sekaligus sebagai wadah yang mempermudah pengangkutan. Satu keranjang biasanya menampung sekitar duapuluh ekor ayam hidup, tergantung dari bobot badan ayam.

Teknik pemanenan ayam pedaging di Indonesia kadang kala memerlukan tali rafia. Jadi, tali rafia ini tidak mutlak diperlukan. Potongan-potongan tali rafia diperlukan kira-kira seukuran tali yang dapat mengikat lima buah kaki ayam sekaligus. Dalam pelaksanannya, ayam yang telah berhasil ditangkap, selanjutnya sebelah kakinya akan diikat disatukan bersama-sama dengan kaki ayam lainnya untuk dibawa ke tempat penimbangan.

Timbangan berguna untuk mengetahui besarnya atau kuantitas hasil produksi. Ada bermacam-macam timbangan yang dapat digunakan. Di negara kita, timbangan salter atau timbangan gantung adalah timbangan yang umum digunakan saat panen ayam pedaging. Data-data produksi seperti jumlah atau berat ayam pedaging dan tanggal panen sangat diperlukan untuk mengevaluasi perkembangan usaha. Alat tulis berguna untuk merekam semua data-data yang diperlukan.

Seandainya, ayam hasil panen tidak diambil langsung oleh pembeli, maka peternak harus mengantarkan ayam hidup ke tempat pembeli. Dalam keadaan ini, sebelum panen berlangsung, peternak perlu mempersiapkan fasilitas berupa kendaraan pengangkut. Kendaraan pengangkut dilengkapi dengan surat jalan digunakan untuk membawa ayam hidup sampai ke tempat pembeli. 

Pastikan peralatan panen keberadaan dan jumlahnya memadai

Lengkapnya peralatan belum menandakan kesiapan. Peralatan itu perlu dicek keberfungsiannya secara berkala. Agar pada saat kegiatan pemanen dapat berlangsung lancar dan aman. Aman yang dimaksut  disini adalah dari sisi ayam  yang dipanen maupun peralatannya

Fasilitas dan peralatan yang rusak dapat memperlambat atau bahkan menghambat kegiatan pada saat panen. Oleh karena itu, sebelum pemanenan berlangsung, sebaiknya fasilitas dan peralatan yang rusak segera diperbaiki. Untuk peralatan yang tidak tersedia diusahakan segera diadakan baik dengan cara membeli ataupun mencari ganti dengan peralatan lain yang fungsinya yang sama. Pada saatnya panen, sebaiknya semua peralatan sudah tersedia dan berfungsi.

Perawatan dan penyimpanan dengan benar dapat memperpanjang umur dan fungsi peralatan panen. Oleh karena itu, ketika tidak dipergunakan, peralatan panen perlu dibersihkan dan disimpan secara benar. 


Page 2

Home Bisnis Peternakan Perjalanan di bumi Cerita Sore