KOMPAS.com - Saat seorang anak menangis, seringkali orangtua dibuat bingung dan tak tahu harus berbuat apa.
Menangis merupakan hal yang normal dilakukan oleh anak, apapun penyebabnya.
Seiring pertumbuhannya, anak akan mengalami berbagai emosi.
Namun, terkadang emosi itu sulit dimengerti anak, sehingga keluar dalam bentuk tangisan.
Baca juga: Jangan Dimarahi, Menangis Bisa Bantu Anak Ekspresikan Emosi
Jadi kita perlu menanganinya dengan cara yang berbeda, dibandingkan ketika anak menangis karena terjatuh atau terluka.
Lantas, apa yang perlu dilakukan?
Dilansir dari Moms, berikut tips yang harus dilakukan orangtua jika anak menangis.
Cari alasan anak menangis
Sedih atau terluka bukan satu-satunya alasan anak menangis.
Dikutip dari VeryWell Family, ada beberapa alasan mengapa anak menangis, seperti kelelahan, lapar, stres, mencari perhatian, atau tak ingin melakukan apa yang diminta seseorang.
Baca juga: Menangis Ternyata Punya Sejumlah Manfaat, Berikut Penjelasannya
Anak juga bisa menangis karena bertengkar dengan temannya di sekolah atau karena frustasi.
Namun apapun alasannya, kita tetap perlu mencarinya.
Sebab tanpa informasi itu, akan sulit menenangkan anak.
Buat anak paham kalau perasaannya penting
Anak-anak perlu tahu bahwa perasaan mereka itu penting saat sedang menangis.Oleh karena itu mengatakan, "Berhentilah menangis,” tidak memberi manfaat apapun kepada anak.
Menurut Psychology Today, anak-anak membutuhkan bantuan untuk dapat mengatur emosinya.
Jadi saat anak diminta untuk "berhenti menangis,” dan tidak diberikan alternatif tentang cara mengatasi perasaan atau masalahnya, akan menjadi sesuatu yang kontraproduktif.
Jika kata-kata itu diucapkan berulang kali, anak-anak akan merasa bahwa perasaannya tidak penting dan menjadi tertekan sehingga akan semakin sulit untuk menenangkannya.
Membantu anak menghadapi perasaannya
Terkadang, orangtua akan mencoba mengalihkan perhatian anak dengan makanan atau mainan kesukaan anak saat ia menangis.
Memang, ini bisa membuat tangisan anak berhenti, namun tak akan membantu anak menghadapi perasaan yang membuatnya menangis.
Baca juga: Menangis, Baik atau Malah Merugikan? Simak Jawabannya...
Menurut Parenting Science, saat "pelatihan emosional" dilakukan, itu akan membantu anak untuk berhenti menangis sembari membantunya menghadapi perasaannya.
Ini disebabkan karena anak belum memiliki banyak pengalaman hidup, sehingga membutuhkan bantuan untyk menghadapi emosi yang belum pernah dialaminya.
Ada beberapa cara lebih baik agar orangtua bisa membantu anak, antara lain:
- Berempati dengan anak
- Membantunya menghadapi emosi itu
- Memvalidasi perasaannya
- Menamai emosi yang dirasakan
- Memberi waktu agar anak tenang
- Melakukan teknik pemecahan masalah
Dengan ini, nantinya anak akan memahami cara untuk menghadapi situasi serupa, dan orangtua dapat menghadapi tangisan anak lebih baik.
Sampaikan kata-kata penyemangat
Saat anak menangis, kata-kata penyemangat bisa membantunya merasa lebih baik.
Lalu dalam prosesnya, kata-kata ini dapat membantu anak terbuka tentang alasan mereka menangis.
Baca juga: 5 Penyebab Seseorang Bisa Menangis Tiba-tiba
Menurut Parenting FirstCry, hal-hal yang dapat dikatakan orangtua saat anak menangis meliputi:
- Beri tahu anak-anak bahwa kita selalu ada untuknya
- Memberi tahu anak bahwa ia aman, terlepas dari apa yang ia katakan
- Menceritakan pengalaman kita saat mengalami situasi serupa
- Bantu anak menemukan solusi untuk masalahnya
- Beri tahu anak bahwa setiap orang mengalami apa yang ia rasakan dan itu normal
Terkadang, anak hanya ingin tahu apakah ia didengar dan apakah orang tuanya mendukungnya.
Jadi, mengucapkan kata-kata yang menyemangati dan mendorong akan sangat membantu.
Ada untuk anak
Terkadang, cara terbaik untuk menangani anak yang menangis hanyalah ada untuknya.Duduk di samping anak merupakan cara yang baik untuk meredakan tangisan anak.
Tindakan ini akan membuat anak tahu bahwa ada seseorang yang mendukung, membuatnya nyaman, dan siap mendengarkan jika ia ingin berbicara.
Fimela.com, Jakarta Menangis menjadi salah satu cara anak berkomunikasi dengan kita, apalagi bagi balita. Namun, jika menangis hingga mengamuk orangtua juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi dan menghadapinya.
Biasanya menangis dan mengamuk pada anak disebut juga dengan tantrum. Tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal karena ia sedang berusaha menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal. Secara tantrum umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan antara usia 1 hingga 3 tahun.
Ada banyak penyebab si kecil tantrum atau memangis dan mengamuk, melansir dari kidshealth.org, penyebabnya bisa ketika anak-anak lelah, lapar, atau tidak nyaman. Si kecil bisa kesal karena mereka tidak bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan seperti mainan.
Tantrum sering terjadi selama tahun kedua kehidupan, ketika keterampilan bahasa mulai berkembang. Karena balita belum bisa mengatakan apa yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan, pengalaman yang membuat frustrasi dapat menyebabkan amukan. Saat keterampilan bahasa meningkat, amukan cenderung menurun.
BACA JUGA
5 Cara Jitu yang Bikin Anak Punya Mental Kuat
6 Perlakuan Orangtua Seperti Ini yang Akan Menjadikan Anak Lebih Mandiri
Tak Sengaja, Zaskia Sungkar Dapat Nama Anak dari Kajian Agama
Balita menginginkan kemandirian dan kendali atas lingkungannya, lebih dari yang sebenarnya dapat mereka tangani. Hal ini dapat menyebabkan perebutan kekuasaan ketika seorang anak berpikir "Saya dapat melakukannya sendiri" atau "Saya menginginkannya, berikan kepada saya." Ketika anak-anak mengetahui bahwa tidak dapat melakukannya dan tidak dapat memiliki semua yang mereka inginkan, mereka mungkin akan menangis hingga mengamuk.
Ketika anak menangis dan mengamuk, jangan memperumit masalah dengan rasa frustrasi atau amarah dirimu sendiri. Ingatkan dirimu bahwa tugas membantu anak belajar tenang. Jadi orangtua juga harus tenang.
Tantrum harus ditangani secara berbeda tergantung pada mengapa anak marah. Terkadang, mungkin perlu memberikan penghiburan. Jika anak lelah atau lapar, inilah waktunya untuk tidur siang atau makan camilan. Di lain waktu, sebaiknya abaikan ledakan atau alihkan perhatian anak dengan aktivitas baru.
Jika amukan terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua, salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya. Jika amukan terjadi setelah anak ditolak, tetaplah tenang dan jangan memberikan banyak penjelasan mengapa anak tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Lanjutkan ke aktivitas lain bersama anak.
TERKAIT: 7 Cara agar Tidak Menjadi Perempuan yang Gampang Galau
TERKAIT: 6 Cara Memperbaiki Hubungan yang Hampir Putus
Advertisement
Menghindari Tantrum
Lantas, bagaimana caranya menghindari atau mencegah anak tantrum?
1. Berikan banyak perhatian positif
Biasakan untuk memuji anak sebagai anak yang baik. Berikan perhatian untuk perilaku yang positif, sesekali berikan hadiah karena sikap baik si kecil.
2. Cobalah memberi balita kendali atas hal-hal kecil
Tawarkan pilihan kecil seperti "Apakah ingin jus jeruk atau jus apel?" atau "Apakahingin menyikat gigi sebelum atau sesudah mandi?" Dengan cara ini, anak akan merasa memiliki tanggung jawab atasan pilihannya. Dan merasa memiliki kuasa akan dirinya.
3. Jauhkan objek terlarang dari pandangan dan jangkauan
Hal ini membuat perjuangan menjadi kecil kemungkinannya. Jelas, hal ini tidak selalu memungkinkan, terutama di luar rumah yang lingkungannya tidak dapat dikendalikan.
4. Alihkan perhatian anak
Manfaatkan rentang perhatian singkat si kecil dengan menawarkan sesuatu yang lain sebagai pengganti apa yang tidak dapat mereka miliki. Mulailah aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas yang membuat frustrasi atau terlarang. Atau cukup ubah lingkungan. Ajak balita keluar atau masuk atau pindah ke ruangan lain.
5. Ajarkan keterampilan baru
Bantu anak-anak belajar melakukan sesuatu. Puji si kecil agar merasa bangga dengan apa yang dapat dilakukan. Juga, mulailah dengan sesuatu yang sederhana sebelum melanjutkan ke tugas yang lebih menantang. Dan pertimbangkan permintaan tersebut dengan hati-hati ketika anak menginginkan sesuatu.