Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

secara teknis pengerjaan karya. Seniman-seniman yang memberikan inspirasi bagi penulis dalam berkarya seni adalah Abdullah Suryosoebroto dan Dullah. Mereka merupakan pelukis dalam negeri yang memberi inspirasi bagi penulis dalam menuangkan ide dan gagasan dalam berkarya seni. Berikut adalah karya-karya Abdullah Suryosoebroto dan Dullah yang telah memberi pengaruh penulis dalam berkarya. a Abdullah Suriosubroto Lahir di Semarang tahun 1878, meninggal di Yogyakarta tahun 1941. Ia merupakan anak tokoh pergerakan nasional dr. Wahidin Sudirohusodo. Abdullah Suriosubroto disekolahkan kedokteran ke Negeri Belanda, namun pada akhirnya ia memilih menjadi pelukis. Abdullah Suriosubroto dikenal sebagai pelukis Indonesia generasi pertama abad 20 setelah Raden Saleh mengawalinya di tengah abad 19. Ia merupakan ayah dari pelukis Basoeki Abdullah dan pematung Trijoto Abdullah. Menurut tulisan Kusnadi, sebagai salah satu pelukis pemandangan, pewaris Mooi Indie, Abdullah Suriosubroto sering dibicarakan melalui karya-karya lukis cat minyaknya sebagai hasil praktik memandang tamasya alam dari jarak jauh, dan bersifat romantik. Meskipun begitu, sesungguhnya perlu penelitian lebih lanjut dalam karya-karya Abdullah Suriosubroto dalam medium cat air dan juga cara pandang lain dalam melihat karya-karyanya tersebut. Abdullah Suriosubroto lebih banyak tinggal di Bandung dan memberi pengaruh terhadap gaya pelukis-pelukis sesudahnya. Sumber, http:archive.ivaa-online.orgpelakuseniabdullah- suriosubroto. Gambar 1 : Abdullah Suriosubroto, “Pemandangan di Jawa Tengah” 95 cm x 60 cm Cat Minyak di Atas Kanvas, 1930 Sumber, http:archive.ivaa-online.orgpelakuseniabdullah- suriosubroto Pada gambar salah satu lukisan Abdullah Suriosubroto di atas terlihat lukisan pemandangan dengan sudut pandang yang luas atau wide angle sehingga mampu menggambarkan bentang alam dan objek yang kompleks. Kesemua bagian objek lukisan menarik untuk dinikmati. Penempatan objek gunung yang sedikit berada di sebelah kiri diimbangi dengan terasering persawahan yang berada di sisi kanan, cukup menunjukan komposisi yang dinamis dan seimbang. Garis cakrawala diletakkan sedikit di bagian atas sehingga terlihat seperti pandangan dari ketinggian. Proporsi keseluruhan objek terlihat nyata karena memperhitungkan jarak pandang dari beberapa objek. Hal tersebut dapat dilihat dari intensitas warna gunung yang dibuat lebih soft atau pudar untuk menunjukkan kesan jarak jauh, sedangkan objek pepohonan di depan dibuat warnanya lebih kuat untuk mengesankan jarak yang lebih dekat. Pencahayaan diatur sedemikian rupa, ada bagian bayangan pohon yang dibuat lebih gelap sehingga kontras dengan langit biru yang cerah, hal tersebut membuat penggambaran cahaya pagi hari tampak lebih dramatis. Finishing lukisan dengan tingkat sedang, hanya dengan kesan-kesan warna yang tidak terlampau detail, namun cukup mewakili cahaya- cahaya pada objek. Penggambaran objek alam yang luas dari lukisan karya Abdullah Suriosubroto di atas merupakan proporsi yang tepat untuk sebuah lukisan dengan gaya naturalisme mooi indie, karena objek yang berupa gunung, sawah, sungai, dan pepohon digambarkan dengan senatural mungkin sesuai dengan kondisi alamnya. Tema pemandangan alam pada lukisan penulis juga menunjukkan hal ide maupun teknis yang terinspirasi dari karya Abdullah Suriosubroto di atas. Sudut perspektif yang juga menempatkan objek lebih rendah dari mata, sudut pandang yang luas, pencahayaan yang kontras, serta tingkat pendetailan yang sedang dengan hanya kesan-kesan warna.

Abdullah Suriosubroto (Semarang, 1878 - Yogyakarta, 1941) adalah seorang pelukis Indonesia. Dia adalah anak kandung Wahidin Sudirohusodo, seorang tokoh gerakan nasional Indonesia. Dia adalah juga ayah pelukis Indonesia terkenal Sudjono Abdullah dan Basoeki Abdullah.

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Lukisan pemandangan Priangan oleh Abdullah Suriosubroto (tahun 1935)

Mengikuti jejak ayah angkatnya, Abdullah masuk sekolah kedokteran di Batavia (kini Jakarta). Kemudian dia meneruskan kuliahnya di Belanda. Di sana, dia beralih ke seni lukis dan masuk sekolah seni rupa. Sepulangnya di Indonesia, dia meneruskan kariernya sebagai pelukis.

Abdullah dipandang sebagai pelukis Indonesia yang pertama pada abad ke-20. Benda lukisan kesukaannya adalah pemandangan. Dia dimasukkan dalam aliran yang dijuluki "Mooi Indie" ("Hindia Indah").

Abdullah mulai menetap beberapa tahun di Bandung agar dekat dengan alam yang dia suka lukis. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta, di mana dia meninggal tahun 1941.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdullah_Suriosubroto&oldid=21073004"

 

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto
Foto 1. 1656: Benteng di Batavia, di lihat dari Kali Besar Barat dengan pasar ikan di latar depan.

Lukisan Andries Beeckman (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 2.1662: Benteng Ryswick di Batavia bagian selatan, dibangun sebulan setelah pembangunan Benteng Jacatra, pada bulan Agustus 1656. Benteng Rijswijk berlokasi di tepi timur Kali Krukut; dibangun di tengah persawahan. Benteng Rijswijk dikosongkan pada tahun 1697, kemudian pada 1729 ditinggalkan. (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 3. 1825: Pos penjagaan Belanda di Anyer, Jawa Barat (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 4. Sebelum 1851: Pengambilan air minum untuk keperluan kapal di Anyer (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto
Foto 5. Sebelum 1942: Daerah Karang Sambung di tepi sungai Cimanuk river.

Lukisan R. Toelaer. (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto
Foto 6. 1935: Gunung di daerah Preanger (Priangan), Jawa Barat.

Lukisan: Abdullah Suriosubroto (1878-1941) (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 7. 1899: Pemandangan Kebun Raya Bogor (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 8. 1800-1900: Jalan raya pos di daerah Bogor (sumber foto) 

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto
Foto 9. 1926: .Perkebunan teh Cigombong dengan pabrik dan perkampungan.

Lukisan G. J. Ensink 1895-1928.(sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto
Foto 10. November 7, 1858: Benteng Reteh di Sumatera dibawah kepemimpinan

Letnan Laut Klas 1e K. Bunnik. Lukisan G. Goossens. (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 11. 1893: Makam sultan di Kutaraja (kini Banda Aceh) (sumber foto)


Page 2

 

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 1. 1882-1889: Membuat rumah dengan bambu (sumber foto)  

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 2. Sebelum 1891: Pasar di Sulawesi Selatan (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 3. Sebelum 1924: Suasana sebuah jalan di Minahasa, Sulawesi. Penerbit: J.B. Wolters (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 4. 1865-1876: Anak-anak mengembalakan kerbau di Jawa. Lukisan Frans Lebret (1820-1909) (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 5. 1865-1872: Gunung Tangkuban Perahu dilihat dari Pelantungan. Lukisan J.S.G. Gramberg (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 6. Sebelum 1950: Suasana sebuah perkampungan (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto
Foto 7. 1865-1872: Ngarai Sianok. Diambil dari gambar C.T.D. Deeleman, halaman 19 dari kumpulan lihograf berjudul "Kepulauan Hidia Belanda", the Hague,

1865-1876 with 24 colours lithographs, nomor gambar 3728-430 t/M 3728-479. (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 8. 1900-1950: Pendaratan di Banten. Pelukis W. Leijdenroth van Boekhoven (sumber foto)

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 9. 1859: Pelabuhan Sunda Kelapa di sungai Ciliwung, Jakarta (sumber foto)
Lukisan: Charles Theodore Deeleman

Lukisan pemandangan priangan karya abdullah suriosubroto

Foto 10. 1899: Suasana sebuah jalan di Batavia, Jakarta tempo doeloe. Pelukis: P. Aitton. (sumber foto)