Mengapa Allah menciptakan manusia berbeda dengan ciptaan lainnya

Manusia laki-laki dan perempuan diciptakan Allah sepadan atau sederajat. Manusia diciptakan Allah agar manusia mau dan mampu mengenal, melayani dan mengasihi Allah melalui segala ciptaannya.

Laki-laki dan perempuan dicipta secara berbeda namun keduanya adalah citra Allah. Allah tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Semua dicipta Allah baik adanya.

Tujuan Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan berbeda adalah supaya manusia dapat saling melengkapi. Manusia haruslah saling melengkapi dalam segala hal.

Dalam Kitab Kejadian, dijelaskan pula bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beranak cucu.

“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan takhlukkanlah itu ...” (Kejadian 1:28).

Dalam hal beranak cucu, laki-laki dan perempuan haruslah saling melengkapi. Tujuan beranak cucu tidaklah mungkin terjadi jika dunia ini hanya diisi oleh laki-laki atau perempuan saja.

Perbedaan yang nampak secara jelas antara laki-laki dan perempuan adalah ciri-ciri kodrati (fisik) laki-laki dan perempuan. Berikut adalah contoh perbedaan ciri-ciri kodrati laki-laki dan perempuan:

Perempuan

Laki-laki

Memiliki rahim dan bisa mengandung

Tidak memiliki rahim

Tidak berjakun

Berjakun

Pinggul besar

Pinggul ramping

Badan lembut

Badan kekar

Berkelamin perempuan

Berkelamin laki-laki

Ciri-ciri yang berbeda itu bersifat saling melengkapi. Dalam hal tujuan keturunan laki-laki dan perempuan tidak dapat saling bertukar. Masing-masing memiliki perannya masing-masing. Tidaklah mungkin seorang laki-laki hamil karena tidak memiliki rahim dalam dirinya.

Laki-laki dan perempuan tidak dapat menolak ciri-ciri dan peran yang ada dalam dirinya dan perbedaan yang ada tidak bermaksud supaya laki-laki dan perempuan saling bermusuhan namun untuk saling melengkapi.

Laki-laki dan perempuan diciptakan Allah dalam martabat yang sama, artinya manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Manusia sebagai pribadi yang unik dikehendaki Allah agar mereka menjadi satu kesatuan yang saling memberi satu sama lain.

Untuk menjadi satu kesatuan yang saling memberi, laki-laki dan perempuan haruslah saling menghargai satu sama lain. Berikut adalah contoh bentuk saling menghargai antara perempuan dan laki-laki:

Saling mengasihi satu sama lain.

Tidak menganggap bahwa laki-laki lebih kuat dari perempuan.

Saling membantu.

Tidak merendahkan satu sama lain.

Dengan saling melengkapi dan saling menghargai, manusia dapat menjalankan tugasnya di dunia. Tugas manusia di dunia sama dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Berikut adalah tugas manusia di dunia sebagaimana disebut dalam Kitab Kejadian 1:28; “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi".

Beranakcucu

Tugas pertama manusia adalah beranakcucu. Tugas itu merupakan tugas utama agar manusia bertambah banyak dan memenuhi bumi.

Berkuasa

Tugas yang lain adalah berkuasa. Berkuasa bukan berarti manusia menguasai segala sesuatu. Berkuasa berarti manusia mau menjaga dan merawat dunia dan segala yang diciptakan Allah di dalamnya.

Artikel- Bahwa manusia itu berasal dari diri yang satu, dari dulu sampai sekarang disamping berasal dari diri yang satu juga merupakan umat yang satu. Selanjutnya Allah membangkitkan nabi-nabi yang kepadanya diberikan kitab untuk menerangkan tentang perselisihan. Perselisihan yang tidak bisa diselesaikan karena terjadi kedengkian diantara manusia.

Asal usul manusia berasal dari diri yang satu, mestinya tidak bisa terpisahkan sebab berasal dari unsur yang sama, berpasang-pasangan dan bergenerasi atas kehendak Allah. Saling membantu saling melengkapi dan tidak saling mencaci, bertengkar kemudian berpisah. Semua Nabi ditugaskan oleh Allah untuk memberi kabar gembira untuk orang yang taat dan peringatan  kepada orang yang membantah petunjuk Allah. Sirothol mustaqim adalah petunjuk Allah, andai petunjuk itu diikuti dan ditaati niscaya tidak akan terjadi perselisihan.

Mari ikuti petunjuk Allah Al qur’an dan jangan ikuti garis hukum yang lain karena akan mencerai beraikan manusia.

(QS4. An Nisaa' ayat 1)

1. Wahai manusia, taqwalah pada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari nafs yang satu. Dan Dia ciptakan daripadanya pasangannya, dan Dia kembang biakkan dari keduanya, lelaki dan perempuan yang banyak. Dan taqwalah (insyaflah) pada Allah yang kamu meminta pada-NYA dan berkasih sayang. Sesungguhnya Allah adalah penjaga (pengawas) atasmu. (2/223, 3/14, 3/102, 7/189, 30/21, 39/6, 49/13).

(QS49. Al Hujuraat ayat 13)

13. Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia dari kamu pada Allah adalah kamu yang taqwa (insyaf). Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi pemberi kabar. (4/1, 7/189, 30/21, 6/133, 30/22, 2/177, 6/103, 50/16, 23/62).

Allah memberi pelajaran melalui ayat di atas bahwa seandainya manusia menyadari bahwa dulunya diciptakan dari diri yang satu, mestinya memiliki sifat saling membutuhkan, saling kasih sayang, saling membantu. Akibat terkontaminasi oleh lingkungan, maka sifat itu ambyar, yang ada justru sebaliknya. Manusia saling bergesekan, saling menyakiti, saling memfitnah, saling menghujat, bahkan terjadi pertumpahan darah dan tidak sedikit berujung pada kematian akibat kedengkian di antara sesama Bani Adam.

Sebenarnya Allah memberi petunjuk melalui Al Qur’an sebagai solusi dan pegangan hidup agar manusia senantiasa berada di rel garis hukum Allah. Akibat dari kebanyakan manusia mengabaikan petunjuk dan mengambil petunjuk selain Al Qur’an, terjadilah pemahaman dan penafsiran yang keliru. Ini menjadi keprihatinan bersama, perbuatan jahat justeru dianggap jihad, menebar teror, membunuh. Akibat ulah beberapa gelintir manusia yang sesat fikir, maka umat Islam terkena getahnya. Menjadi kurban stikmatisasi radikal.

Kita mesti faham, Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Salah satu media untuk saling mengenal antar bangsa yaitu melalui ibadah haji, napak tilas ke tanah leluhur asal kakek moyang manusia bumi. Dengan demikian menjadi tahu sejarah perkembangan manusia. Dengan media ta’aruf di tanah suci maka akan menemukan kembali persaudaraan yang hilang. Mestinya di tanah suci tidak hanya  melakukan ritual ibadah haji saja, tetapi bisa membahas berbagai persoalan baik ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum yang ada di masing-masing negara. Didiskusikan, dibahas dalam acara tersebut. Orang yang tidak mempunyai Al Qur’an saja bisa membuat PBB, kenapa orang muslim tidak bisa. Mari kita renungkan.

Manusia dan alam memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan, dimana manusia membutuhkan alam sebagai tempat mereka hidup. Namun saat ini kondisi alam semakin memprihatinkan, banyak kerusakan yang terjadi karena ulah manusia yang memiliki kecenderungan untuk menguasai alam yang sifatnya eksploitatif. Terjadinya kekeringan, tanah-tanah tandus, erosi tanah, hilangnya pohon pelindung, banjir, tanah longsor, pencemaran atmosfir, air, tanah, dan merosotnya kesuburan serta struktur tanah, degradasi tanah (penurunan kualitas tanah), perubahan iklim, semua itu semestinya menyadarkan kita bahwa alam atau lingkungan hidup di mana kita tinggal ini terancam kelestariannya. Semua ulah manusia yang hanya mengeksploitasi alam demi keuntungan (ekonomis) semata, tanpa mempedulikan kesehatan alam ciptaan dan kelestarian serta keberlangsungannya untuk jangka panjang di masa depan, akan berakibat negatif bahkan bisa fatal, yaitu merusak tatanan ekosistem. Alam menjadi tidak ramah dan bersahabat dengan manusia. Alam tidak menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan ketentraman untuk manusia menyelenggarakan hidup.  Manusia lupa diri, bahwa mereka adalah mahluk yang diberi kepercayaan oleh Allah, untuk menjaga maupun merawat alam semesta ini. Artinya manusia seharusnya bertanggungjawab atas keberlangsungan yang ada di alam semesta ini. Kondisi alam yang baik tentunya akan mendukung segala aspek kehidupan manusia, sehingga menciptakan kedamaian, dan kenyamanan bagi seluruh mahluk hidup di muka bumi ini. 

Melihat dari keprihatinan inilah, tema yang diusung dalam memperingati hari perdamaian internasional adalah Climate Action For Peace. Dimana  pada kesempatan ini kita diajak untuk berefleksi dan melakukan sebuah aksi nyata, untuk melawan kerusakan dan menjaga bumi  sebagai bentuk tanggungjawab kita. Dalam kitab Mazmur pasal 104 kita diingatkan posisi kita sebagai manusia, dimana dalam pasal ini mengemukakan bahwa manusia sebagai bagian dari alam ciptaan Allah, manusia dan alam ditempatkan setara dan sama-sama berada di bawah kuasa Allah. Dalam nyanyian Mazmur ini kita dapat menyaksikan bagaimana Allah diagungkan sebagai pencipta yang sungguh besar, bahwa kehidupan dalam alam semesta adalah bersumber dari Dia saja, dengan kekuasaanNya segala sesuatunya hidup. 

Di Mazmur 104, manusia disebut dalam urutan yang sama dengan makhluk yang lain dan habitatnya. Manusia mempunyai kedudukan yang setara dengan makhluk hidup yang lain. Manusia memang merupakan penguasa alam, tetapi manusia itu juga ciptaan Allah, artinya ia rapuh dan bergantung kepada Allah.  Mungkin saat ini banyak orang berpendapat bahwa untuk dapat menjaga atau menata alam, maka saat ini manusia harus memiliki otoritas terlebih dahulu. Namun yang dibicarakan adalah mengenai menjaga alam dan bukan hanya sekedar manusia mengelola alam yang mengandalkan pada wewenang sebagai penguasa. Manusia yang ingin menata alam dalam rangka menyelamatkan alam, harus terlebih dahulu menyadari bahwa sebelum manusia yang menata alam, sudah ada Tuhan yang lebih dahulu menata. Tuhan menatanya dengan adil, sehingga penataan tersebut memperlihatkan irama yang teratur. Kita manusia yang ditata Allah, ternyata merupakan bagian dari alam, maka dari itu dalam Mazmur 104 digambarkan bahwa habitat itu menentukan. 

Dengan demikian, kita sebagai ciptaan yang diberi mandat Allah, untuk menjaga alam hendaknya berkomitmen untuk merawat alam ciptaan-Nya, untuk menciptakan kedamaian dan menjaga generasi masa mendatang. Kekuasaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah kuasa sebagai penatalayan yang bertanggungjawab, termasuk penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang ada. Suatu hal yang mustahil jika Allah menciptakan bumi dan menyerahkan kepada manusia hanya untuk dihancurkan atau dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan sekarang dengan mengorbankan kesejahteraan atau “mengkhianati anak cucu kita” di masa mendatang. Sebaliknya, kuasa tersebut merupakan pendelegasian atas alam ciptaan, yang di dalamnya memuat unsur pertanggungjawaban baik kepada Allah sebagai Sang Pemilik bumi dan kepada sesama (sebuah kesolidaritasan) serta rasa hormat terhadap lingkungan hidup kita. Selamat menjaga alam sebagai bentuk tanggungjawab kita kepada dan menciptakan kedamaian dimuka bumi ini. (PKK/Nanda)