Mengapa kita harus menggunakan waktu sebaik baiknya

Memanfaatkan Waktu Dengan Sebaik-baiknyaJurnalis : Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Calvin, Vincent, Wais Al Kharny (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Mengapa kita harus menggunakan waktu sebaik baiknya

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih pada Minggu 22 September 2019. Ada 59 orang relawan yang ikut dalam pelatihan ini.

Minggu, 22 September bertempat di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, 59 orang relawan telah berkumpul untuk mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih. Pagi itu suasana di kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun terlihat hilir mudik relawan yang sedang mempersiapkan kegiatan.

Kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih ini dimulai pada pukul 09.00 WIB. Tampak relawan dan relawan baru yang akan bergabung sudah memenuhi ruangan tempat kegiatan dilangsungkan. Untuk menenangkan hati, kegiatan diawali dengan Pradaksina. Dengan kesungguhan hati dan penuh kesadaran relawan melaksanakan pradaksina dan dilanjutkan dengan mendegarkan Lentera Kehidupan dari Master Cheng Yen. Master Cheng Yen menceritakan kisah perjalanan Hidup Berbagai Bodhisatwa yang dapat menjadi inspirasi bagi relawan yang hadir.

Di ruangan lain tampak beberapa relawan sedang sibuk menghias diri. Berbagai pernak-pernik dipakai untuk mendukung tampilan yang sesuai karakter yang diperankan. Karena acara selanjutnya adalah drama yang pemerannya terdiri dari anggota komite dan calon komite yang ada di Tanjung Balai Karimun. Drama ini ingin mengajak relawan yang hadir untuk menjalankan sila Tzu Chi yang ke tujuh yang berbunyi tidak berjudi atau berspekulasi. Dalam aksinya mereka berperan sedang bermain mahyong kemudian datang beberapa relawan Tzu Chi yang menasihati mereka sehingga mereka tersadar bahwa selama ini yang dilakukan adalah salah.

Kehidupan manusia di dunia ini adalah singkat. Dalam waktu yang singkat itu, sebaiknya setiap orang lebih bisa memanfaatkan waktu dan mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Kemudian acara dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Dwi. Dalam sharingnya Dwi mengajak relawan yang hadir untuk mempersiapkan hidup yang berbahagia dan tenang saat mengahadapi kematian. “Hidup ini tidak pasti, yang pasti adalah kematian, untuk itu kita harus mempersiapkan kehidupan ini dengan baik. Tzu Chi merupakan rumah yang paling tepat untuk kita mempersiapkan hidup yang senang dan matipun tenang, karena di sini kita bisa bahagia setelah melakukan kebaikan. Artinya hidup kita akan merasa bahagia, setelah itu karena kita sering melakukan kebaikan maka saat menghadapi kematian kita juga akan merasakan ketenangan,” ujar Dwi. Selain itu Dwi juga menceritakan jodohnya dengan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. 


 Ango menceritakan suka dukanya selama mengajak orang lain untuk menjadi donatur di Tzu Chi. Walaupun Ango kurang lancar menggunakan Bahasa Indonesia tetapi semangatnya untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa sangat luar biasa.

Selain Dwi, pada hari itu juga menjadi kesempatan luar biasa bagi Ango. Karena hari itu Ango berkesempatan untuk sharing di depan relawan. Ango menceritakan suka dukanya selama mengajak orang lain untuk menjadi donatur di Tzu Chi, walaupun dirinya hanya seorang ibu rumah tangga dan kesehariaannya menjual boks makanan, tetapi mampu mengumpulkan 154 donatur sampai saat ini.

“Biasanya saat saya menjual boks makanan, saya akan selalu menceritakan Tzu Chi kepada orang yang saya temui. Di situlah saya bisa mengajak satu persatu orang untuk menjadi donatur di Tzu Chi. Setelah kita cerita apa saja yang telah dilakukan Tzu Chi mereka pun mau saya ajak untuk menjadi donatur Tzu Chi,” ucap Ango dengan menggunakan bahasa Tiochiu.

Walaupun Ango kurang lancar menggunakan Bahasa Indonesia tetapi semangatnya untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa sangat luar biasa. Selain itu, Ango tidak hanya mengajak orang yang ia temui untuk menjadi donatur Tzu Chi, ia juga mengajak mereka untuk berdana pembangunan Tzu Chi Hospital di Jakarta.


Relawan Tzu Chi dari Aceh, Supandi, yang berkesempatan hadir di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun turut membagikan kisahnya menjadi relawan Tzu Chi.

Pada hari itu juga menjadi hari yang luar biasa bagi relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, karena jodoh baik, relawan Tzu Chi dari Aceh yakni Supandi berkesempatan datang. Supandi sebenarnya lahir di Tanjung Balai Karimun, tepatnya di Tanjung Batu. Pada kesempatan tersebut, Supandi sedang menjenguk orang tuanya yang sedang sakit. Karena ia ingin mempraktikkan Kata Perenungan Master Cheng Yen yaitu, “Ada dua hal yang tidak boleh ditunda yaitu berbuat kebaikan dan berbakti kepada orang tua”.

Kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh relawan untuk mengajak Supandi berbagi kisah menginspirasi dalam perjalanan hidupnya di Tzu Chi. Kemudian Supandi bercerita tentang perjalanan hidupnya yang sudah 20 tahun berada di Tzu Chi. “Saya ingin mengajak shixiong shijie semua untuk semakin banyak mengajak orang bergabung di jalan Tzu Chi. Dengan mengajak satu orang, maka orang itu juga akan mengajak saudara, tetangga, dan lainnya sehingga akan semakin banyak orang yang bergabung di Tzu Chi,” ujar Supandi. Supandi juga memberikan semangat kepada relawan Tzu Chi yang ada di Karimun untuk selalu mengembangkan Jalan Bodhisatwa ini.

Jodoh Semakin Baik Dengan Tzu Chi

Arisman adalah salah satu relawan abu-abu yang bertekad untuk mengikuti pelatihan relawan di Jakarta nanti. Ia berjodoh dengan Tzu Chi karena dorongan sang istri, Ema yang sekarang telah menjadi relawan komite Tzu Chi. Awalnya sempat merasakan kecewa dan kesal dengan relawan lainnya karena masih setengah-setengah berada di Tzu Chi, sekarang dia sudah menemukan obatnya sendiri sehingga rasa kecewa dan kesal apabila bersinggungan dengan relawan lain sudah diatasinya. Sekarang Arisman semakin giat untuk menggalang berkah di Tzu Chi ini.


Arisman salah satu relawan abu-abu yang bertekad untuk mengikuti pelatihan relawan di Jakarta. Sekarang Arisman semakin giat menggalang berkah di Tzu Chi.

“Tzu Chi ini organisasi yang bagus. Semua kembali kepada kita sendiri, sebaik apapun kegiatan yang dilakukan, kalau kita tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh maka semua akan menjadi sia-sia. Begitu juga sebaliknya, apabila kita melakukannya dengan sungguh-sungguh maka semua akan memberikan manfaat kepada kita,” ucap Arisman.

Dengan semakin banyaknya relawan yang bergabung dengan Tzu Chi maka semakin banyak pula orang yang berjalan di Jalan Bodhisatwa sehingga semakin banyak masyarakat yang batinnya tersucikan. Kata perenungan master Cheng Yen yang berbunyi, “Kehidupan manusia sangat singkat maka harus mempercepat langkah dan terus bergerak maju, jangan pernah menundanya dengan berbagai alasan.”

Editor: Metta Wulandari

Mengapa kita harus menggunakan waktu sebaik sebaiknya?

Datang tepat waktu adalah bagian dari rencana yang harus kamu tepati. Hari-hari yang akan dijalani tidak akan terbuang sia-sia jika kamu dapat datang tepat waktu dan mungkin saja akan banyak hal yang dapat diselesaikan lebih banyak jika tidak datang terlambat, dan kamu akan menjadi lebih produktif.

Mengapa kita harus menggunakan waktu atau kesempatan yang Tuhan berikan dengan baik?

Kesempatan kita untuk beribadah dan beramal saleh tidak akan selalu ada di situ. Waktu yang digunakan sebagai ibadah adalah waktu yang menghasilkan manfaat, terhitung sebagai amal, dan menambah berat timbangan kebaikan kita. Maka untuk itulah tiap detik waktu sebisa mungkin kita habiskan.

Apa yang harus dilakukan untuk memanfaatkan waktu sebaik baiknya?

Biar Hidup Lebih Produktif, 5 Cara Memanfaatkan Waktu dengan Baik Ini Harus Mulai Dilakukan!.
1. Lakukan Setiap Aktivitas Secara Seimbang. ... .
2. Luangkan Waktu Istirahat yang Cukup. ... .
Urutkan Berdasarkan Prioritas. ... .
Kurangi Aktivitas yang Tidak Berguna. ... .
Fokus dan Lakukan Kegiatan Sesuai Jadwal..

Apa akibatnya tidak menggunakan waktu sebaik baiknya?

akibat jika kita tidak bisa mengatur waktu ialah: 1. Malas dan suka menunda. 2. Bersikap tidak realistis. 3.pekerjaan menumpuk dan membingungkan . 4. kondisi fisik kita akan menurun.