Mengapa perlu dilakukannya proyeksi gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 10 are not shown in this preview.

Saat melakukan penelitian, kamu perlu mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku. Ada tiga jenis metode yang umumnya digunakan saat penelitian. Apa saja perbedaan dari ketiga metode penelitian tersebut? Yuk, simak di sini!

Dalam melakukan penelitian, kamu perlu melakukan beberapa tahapan. Salah satu bagian dari rangkaian tahapan saat melakukan penelitian adalah metode penelitian. Pada dasarnya, metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan cara dan tujuan tertentu. Artinya, kegiatan penelitian perlu dilakukan berdasarkan standar ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, sistematis, dan empiris. 

Rasional artinya penelitian tersebut masuk akal sehingga dapat dijangkau oleh nalar manusia. Empiris artinya cara atau langkah yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia. Sementara itu, sistematis artinya penelitian menggunakan langkah-langkah yang bersifat masuk akal atau logis. 

Data penelitian yang dihasilkan harus sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu valid, reliabel, dan objektif. Data dikatakan valid jika menunjukkan kesesuaian antara data dan objek penelitian. Untuk menguji kevalidan data, kamu perlu melakukan tahap uji reliabilitas dan objektivitas. Data yang real dan objektif tentu dapat membantumu menjawab pertanyaan penelitian. 

Untuk mendapatkan dan menjabarkan data, ada beberapa metode yang bisa kamu pilih. Berikut ini beberapa metode penelitian yang telah ITEBA rangkum. 

Perbedaan Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Gabungan

Mengapa perlu dilakukannya proyeksi gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif

Menurut Creswell dalam buku Research Design (2019) mengungkapkan bahwa metode kualitatif terdiri atas lima macam, yaitu phenomenological research, grounded theory, ethnography, case study, dan narrative research. 

Phenomenological research adalah salah satu jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pengumpulan data disertai observasi. Hal itu bertujuan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan dalam hidupnya. Grounded theory adalah salah satu jenis penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti untuk menarik generalisasi tentang hal-hal yang diamati secara induktif, teori abstrak tentang proses, tindakan atau interaksi berdasarkan pandangan partisipan penelitian.

Ethnography adalah jenis penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap budaya dan kondisi alamiah tertentu melalui observasi dan wawancara. Case studies adalah penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti untuk eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap satu orang atau lebih. Sementara itu, narrative research adalah penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan studi terhadap satu individu atau lebih untuk mendapatkan data tentang sejarah atau laporan naratif. 

Metode Kuantitatif

Kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel dengan menggunakan alat ukur atau instrumen penelitian, analisa data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah dibuat. Umumnya, metode kuantitatif terdiri atas metode survei dan metode eksperimen. 

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data pada masa lampau, tentang karakteristik perilaku subjek penelitian, hubungan variabel dan untuk menguji hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang diambil dari populasi tertentu. Biasanya, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara atau kuesioner. Sementara itu, metode eksperimen adalah metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (perlakuan) terhadap variabel independen dalam kondisi yang terkendali. Kondisi dalam penelitian ini dikendalikan agar tidak ada variabel lain yang mempengaruhi variabel dependen. Penelitian eksperimen cenderung dilakukan di laboratorium. 

Metode Gabungan 

Metode ini berguna saat metode kuantitatif dan kualitatif tergabung menjadi satu dan sering disebut dengan mixed methods. Penelitian gabungan merupakan tahapan pengumpulan data, analisis data, dengan gabungan metode secara sekuensial, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif atau sebaliknya. Dua metode ini digunakan untuk menyimpulkan pertanyaan penelitian. 

Jika disimpulkan lebih lanjut, metode penelitian kuantitatif lebih berfokus pada data angka dengan instrumen atau alat ukur tertentu, sementara itu metode kualitatif bertujuan untuk menjabarkan data analisis secara naratif. Lain halnya dengan metode kuantitatif dan kualitatif, gabungan merupakan metode yang digunakan untuk mengkombinasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Itulah metode-metode yang umumnya digunakan dalam penelitian ilmiah. Kamu ingin melaksanakan penelitian dengan metode yang tepat di bidang Sains & Teknologi? Saatnya bergabung menjadi keluarga besar Institut Teknologi Batam (ITEBA). 

Kunjungi website ITEBA dan lakukan pendaftaran mahasiswa baru di sini!

Tidak disangka tulisan saya “Pak, Enaknya Saya Meneliti Apa?” yang dimuat di web ini beberapa waktu lalu memperoleh tanggapan dan pertanyaan cukup banyak. Ada ratusan pembaca, dan dari hari ke hari jumlahnya terus naik, yang tidak saja dari para mahasiswa, tetapi juga para dosen yang mempunyai concern tinggi terhadap penelitian. Ada juga pembaca dari luar negeri seperti India, Malaysia, Iran, Russia, Hongkong, dan Belanda. Tak ketinggalan kolega saya yang sudah lama bermukim di Amerika juga memberikan respons positifnya.

Tentu semua tanggapan itu  saya syukuri karena memang inilah salah satu tujuan saya memiliki web pribadi, yakni untuk membangun wacana akademik lewat dunia maya secara luas, tanpa hambatan sosial dan fisik, sebagaimana saya tulis di halaman depan web ‘Welcome to My Web’. Di antara pertanyaan penting dari para pembaca sebagai bahan diskusi lebih lanjut ialah “Pak, Bisakah Kedua Metode Penelitian itu Digabung, ?”, karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. “Jika digabung kan semakin sempurna”, begitu rata-rata komentar dari para pembaca. Saya merasa perlu melanjutkan diskusi dengan tema ini --- walau singkat --- karena ada hal-hal prinsip yang perlu dketahui oleh khalayak pembaca. Selain itu, tampaknya ada ghiroh yang tinggi untuk mendalami ilmu penelitian.

Ini fenomena sangat baik untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang metodologi penelitian. Perlu disadari bahwa ilmu akan berkembang jika penelitian juga dikembangkan. Sebagai pelopor ilmu pengetahuan, maka penting bagi ilmuwan, termasuk mahasiswa,  memiliki pengetahuan yang cukup di bidang penelitian. Oleh karena itu, jika sebuah universitas ingin maju maka kegiatan penelitian harus menjadi salah satu prioritas pengembangan.  Berikut penjelasan singkatnya.

Tidak ada penelitain yang tidak punya payung paradigma. Artinya, tidak ada penelitian yang tidak berangkat dari pemikiran filsafati, yakni antara cara berpikir positivistik --- yang memandang segala sesuatu serba empirik, deterministik, dan selalu dalam hubungan kausalitas ----,dan  cara berpikir interpretif yang berasumsi bahwa yang tampak hakikatnya hanya merupakan refleksi atau pantulan dari yang tidak tampak. Ini pula sebabnya cara pandang demikian sering juga disebut paradigma fenomenologi.

Jika paradigma positivistik --- sebagai landasan metode kuantitatif --- berurusan dengan hal-hal yang empirik (tampak) untuk dicari hubungan pada masing-masing variabelnya, maka justru sebaliknya paradigma interpretif  --- sebagai landasan metode kualitatif--- berurusan dengan hal-hal yang tidak tampak untuk digali realitas yang sebenarnya. Untuk menjelaskan ini, saya sering menggunakan kalimat “Behind what appears there is something. And, that something is reality”. Karena itu, saya sering membedakan antara fakta (facts) dan realitas (reality). Sebab, belum tentu orang yang faktanya menangis itu susah, dan sebaliknya yang faktanya tertawa itu senang atau bahagia. Karena itu, tugas peneliti untuk membongkar apa di balik ‘tangis’ dan ‘tawa’.

Jika data metode kuantitatif diperoleh lewat kuesioner dari responden --- dan semakin banyak responden semakin memiliki nilai keterwakilan tinggi, maka data metode kualitatif diperoleh lewat wawancara subjek atau informan yang tidak menggunakan ukuran keterwakilan, tetapi kedalaman masalah. Karena itu tidak relevan menanyakan berapa banyak subjek atau  informan yang diperlukan dalam penelitian kualitatif.

Begitu juga tentang posisi teori. Jika pada penelitian kuantitatif  teori untuk dibuktikan atau diverifikasi, --- karena itu biasanya ada hipotesis---, maka pada metode kualitatif teori untuk dipakai sebagai piranti untuk memahami fenomena. Jika ada hipotesis pada penelitian kualitatif, maka hipotesis tersebut tidak untuk dibuktikan tetapi sebagai pintu masuk memahami permasalahan yang diteliti.

Terkait dengan kriteria data juga ada pebedaan mencolok di antara kedua jenis metode penelitian tersebut. Berikut paparannya:

Kuantitatif

Kualitatif

validity

credibility

reliability

dependability

objectivity

conformability

generalability

transferability

 

Jika pada penelitian kuantitatif data harus   memenuhi syarat validity,  reliability, objectivity, dan generalability, maka  pada metode kualitatif data  harus memenuhi syarat  credibility, dependability, conformability dan  transferability. (selengkapnya tentang perbedaan paradigmatik kedua jenis metode  penelitian disajikan pada “Perbedaan Paradigma Positivism dan    Interpretivism” silahkan baca di menu web materi kuliah ) .

Nah, jika landasan paradigmanya saja sudah sedemikian berbeda --- sebagaimana saya paparkan pada tulisan sebelumnya --- , biasanya saya balik bertanya bagaimana cara menggabungkannya. Saya sangat setuju bahwa masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, dan dengan cara penggabungan keduanya akan diperoleh kesempurnaan secara metodologis. Idenya saya setujui seratus persen. But how to implement it is the question.

Sebagai disiplin ilmu, metodologi penelitian juga terus mengalami perkembangan. Para ahli terus saja mencari cara untuk menutupi kekurangan masing-masing metode. Hasilnya diperoleh paradigma metode campuran (mixed method). Secara operasional, metode ini mencoba mengkualitatifkan hasil kuantitatif dan mengkuantitatifkan hasil kualitatif. Misalnya, hasil penelitian kuantitatif  yang berakhir dengan generalisasi atau adanya hubungan antar-variabel yang berupa angka, maka angka itu dicoba dikualitatifkan dengan mengajukan pertanyaan baru. Sebaliknya, penelitian kualitatif yang berakhir dengan kesimpulan berupa narasi atau tesis diteruskan dengan mencoba mencari hubungan antar-variabel dengan mengajukan pertanyaan baru.

Jika demikian halnya, maka metode campuran hakikatnya adalah dua jenis penelitian yang satu dilakukan sebelum atau sesudah yang lain dalam satu proyek kegiatan. Sah kah metode ini? Tentu saja sah. Tetapi peneliti yang akan melakukannya harus bersiap-siap untuk lebih berlama-lama lagi berurusan dengan data, teori, dan model analisis yang tentu akan menggunakan model keduanya. Menurut saya daripada pusing-pusing melakukan metode campuran, mengapa tidak memilih satu metode saja tetapi dengan penguasaan yang sempurna.

Harus disadari bahwa secanggih apapun metode keilmuan yang kita pakai tetap saja memiliki kekurangan. Sekali lagi, ini hanya buah karya manusia, bukan karya Tuhan yang kebenarannya mutlak. Kawan lama saya yang di Amerika berkomentar lewat web saya “…no method, approach, and paradigm are perfect. They will remain insufficient”. Saya sangat setuju dengan pendapat kawan saya itu dan lebih setuju lagi jika kita sadar bahwa kita semua masih punya banyak kekurangan !.

Â