Panduan bacaan dalam sholat pdf

80% menganggap dokumen ini bermanfaat (10 suara)

19K tayangan

11 halaman

Judul Asli

BACAAN SHOLAT LENGKAP.pdf

Hak Cipta

© © All Rights Reserved

Format Tersedia

PDF, TXT atau baca online dari Scribd

Bagikan dokumen Ini

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

80% menganggap dokumen ini bermanfaat (10 suara)

19K tayangan11 halaman

Bacaan Sholat Lengkap PDF

Judul Asli:

BACAAN SHOLAT LENGKAP.pdf

Lompat ke Halaman

Anda di halaman 1dari 11

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 10 are not shown in this preview.

Puaskan Keingintahuan Anda

Segala yang ingin Anda baca.

Kapan pun. Di mana pun. Perangkat apa pun.

Tanpa Komitmen. Batalkan kapan saja.

Panduan bacaan dalam sholat pdf

Panduan Shalat Lengkap

1

Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Budiman Mustofa, Lc. Panduan Shalat Lengkap/Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc.,M.A., editor, Saptorini, S.S.Solo. Indiva Media Kreasi, 2008 128 hlm.; 20,5 cm. ISBN: 978-979-16879-04 I.

Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc.,M.A.

II.

Saptorini, S.S.

Panduan Shalat Lengkap Penulis: Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc.,M.A. Editor: Saptorini, S.S.

Rujukan dari maksud Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta: (1)

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan pencipta atau memberi izin untuk itu, dapat dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

(2)

Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait, dapat dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Setting: Mas Liliek Desain Sampul: Andhi Rasydan Penyelaras Akhir: NasSirun PurwOkartun Hak cipta dilindungi undangundang Cetakan Pertama, Ramadhan1429 H/ September 2008 Penerbit Indiva Pustaka Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi Jl. Apel II No. 30 Jajar, Laweyan, Surakarta Telp. (0271)7055584, Fax. (0271)710812 www.indivamediakreasi.com [email protected]

4

Panduan Shalat Lengkap

Pengantar

Shalat adalah satu ibadah yang diwajibkan

bagi seluruh umat dan sarana yang paling efektif untuk mendekatkan diri serta meminta pertolongan kepada Allah. Maka sudah wajar kalau shalat adalah yang pertama wajib dipahami dengan utuh dan benar, karena jika shalatnya benar akan membawa dampak kesalihan yang lainnya, dan sebaliknya jika shalatnya tidak benar maka juga berpengaruh terhadap rusaknya ibadah lainnya. Sebagaimana shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat maka shalat merupakan hal yang harus diperbaiki dalam kehidupan muslim. Perbaikan shalat mencakup pemahaman yang benar dalam pelaksanaannya agar sesuai dengan Sunah Nabi saw., sebagaimana sabda Nabi, “Shalatlah sebagaimana kalian melihat saya shalat.” Pelaksanaan shalat yang tidak sesuai dengan Sunah Nabi sama juga dengan tidak Panduan Shalat Lengkap

5

shalat. Ada seseorang datang kepada Nabi setelah shalat dan memberikan salam kepada beliau. Beliau menjawabnya dan mengatakan, “Shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat.” Maka orang tersebut shalat lagi, dan datang kepada Nabi lagi, tetapi Nabi mengatakan, “Shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat.” Demikian orang itu mengulangi sampai tiga kali, dan Nabi pun mengatakan, “shalatlah sesungguh-nya engkau belum shalat”, baru orang itu mengatakan, “Aku tidak bisa kecuali demikian maka ajarilah aku shalat.” Rasulullah pun mengajari shalat yang benar. Hadits ini menunjukkan bahwa shalat yang dilakukan dengan salah tidak sah, dan akan kehilangan pengaruhnya dalam perbaikan akhlak dan kehidupan. Perbaikan shalat yang kedua adalah perbaikan dalam filosofinya dan kekhususannya, sebab shalat seseorang akan dinilai sejauhmana ia khusyuk dalam pelaksanaannya. Disebutkan dalam hadits bahwa jamaah bubar setelah shalat, sementara sebagian mereka ditulis pahala separonya, seperempatnya, seperenamnya, seperdelapannya, semua itu tergantung dengan kekhusyukannya. Buku yang di tangan pembaca hadir dalam rangka memberi pemahaman yang benar terhadap seluk beluk shalat, macammacamnya, rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, adab-adabnya, yang zahir maupun yang batin yaitu keikhlasan dan kekhusyukannya, yang diharapkan selesai membaca buku ini, pembaca memiliki pemahaman yang benar dan dapat melaksanakannya secara benar dan terakhir bisa berbahagia dengan shalat sepanjang masa.

6

Panduan Shalat Lengkap

Daftar ISI

Pengantar -5 Daftar Isi -7 Bab 1 Perintah Shalat -11 A. Dalil Perintah Shalat -12 B. Shalat Telah Diperintahkan Sejak Nabi-Nabi Terdahulu -13 C. Makna dan Manfaat Shalat -13 D. Kedudukan Shalat -18 E. Hukum Shalat -20 Bab 2 Adzan -22 A. Sejarah Adzan -23 B. Keutamaan Adzan dan Pelantun Adzan (Muadzin) -24 C. Tatacara Adzan dan Iqamat -25 D. Dzikir Ketika Adzan -28 E. Doa Setelah Adzan -29 Panduan Shalat Lengkap

7

Bab 3 Wudhu -30 A. Keistimewaan Wudhu -30 B. Yang Diwajibkan (Fardhu) Saat Wudhu -31 C. Yang Disunahkan Saat Wudhu -31 D. Tatacara Wudhu -34 E. Yang Membatalkan dan Tidak Membatalkan Wudhu -34 F. Air untuk Berwudhu -36 G. Najis dan Cara Menyucikannya -36 H. Mandi Janabat -36 Bab 4 Tatacara Shalat -38 A. Syarat Sahnya Shalat -38 B. Rukun Shalat -41 C. Hal-Hal yang Wajib dalam Shalat -43 D. Tatacara Shalat -43 E. Amalan Sunah dalam Shalat -54 E. Amalan yang Mubah (Boleh) -55 F. Amalan yang Haram atau Makruh -56 G. Amalan yang Dilarang atau Membatalkan -57 Bab 5 Dzikir dan Doa Setelah Shalat -58 A. Membaca Istighfar 3 kali -58 B. Membaca Doa -59 C. Membaca Tasbih, Takbir, dan Tahmid 33 kali -60 D. Membaca Tahlil Pelengkap Seratus -60 E. Membaca Ayat Kursi, Surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas. (HR. Nasa’i dan Thabrani) -60 F. Membaca Doa-Doa -60 8

Panduan Shalat Lengkap

Bab 6 Shalat Jamaah -63 A. Keutamaan Shalat Berjamaah -65 B. Berjamaah di Masjid -67 C. Mengatur Shaf -68 D. Tentang Bacaan Amin -69 E. Masbuq (Tertinggal dari Shalat Jamaah) -69 Bab 7 Macam-Macam Shalat -72 A. Shalat Fardhu dan Waktunya -72 B. Shalat Jum’at -75 Fadhilah shalat Jum’at -76 Syarat Sah Shalat Jum’at -76 Uzur yang Membolehkan untuk Tidak Shalat Jum’at -76 Adab mendengar khutbah Jum’at -77 C. Shalat Tarawih dan Shalat Witir -78 D. Shalat Id -80 Adzan dan Iqamah dalam Shalat Id -81 Khutbah Idul Fitri -82 Berangkat dan Pulang dari Shalat Id -82 Perkara Makan Sebelum Keluar Shalat Id -83 E. Shalat Jenazah -83 Tatacara Shalat Jenazah -83 F. Shalat Sunah Rawatib -85 Jeda Antara Shalat Fardhu dan Shalat Rawatib -86 G. Shalat Fajar -86 H. Shalat Dhuha -87 Keutamaan Shalat Dhuha -87 I. Shalat Qiyamullail (Tahajud) -88 Panduan Shalat Lengkap

9

Adab Shalat Tahajud -89 J. Shalat Gerhana -92 Tatacara Shalat Gerhana -93 K. Shalat Istisqa’ -94 Tatacara Pelaksanaan -95 L. Shalat Istikharah -97 Doa yang Dipanjatkan Pada Saat Shalat Istikharah -98 L. Shalat Hajat -99 M. Shalat Sunah Syuruq -100 N. Shalat Tahiyatul Masjid -100 O. Shalat Sunah Thawaf -101 P. Shalat Sunah Jum’at -101 Q. Shalat Sunah Pengantin -102 R. Shalat Taubat -103 Bab 8 Shalat dalam Keadaan Tertentu -105 A. Shalat bagi Musafir -105 Shalat Qashar dan Shalat Jamak -106 B. Shalat bagi Orang Sakit -107 C. Shalat dalam Keadaan Takut (Khauf) -108 Tatacara Shalat Khauf -109 Shalat Khauf Pada Waktu Maghrib -111 Menyandang Senjata Saat Shalat Khauf -111 Bab 9 Agar Shalat Menjadi Sarana Efektif Mentarbiyah Diri -113 A. Kiat-Kiat Menggapai Kekhusyukan -117 B. Beginilah Shalat Nabi dan Para Shahabat -121

10

Panduan Shalat Lengkap

Perintah Shalat

Sesungguhnya tujuan dari penciptaan manusia adalah agar ia beribadah kepada Allah. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepadaku ....” (QS. adz-Dzariyat: 56) Allah juga berfirman,”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. an-Nisa’: 1). Panduan Shalat Lengkap

11

A. Dalil Perintah Shalat Salah satu bentuk ibadah yang utama adalah shalat. Ada banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menunjukkan bahwa shalat adalah kewajiban bagi seluruh umat muslimin dalam keadaan apapun. Dalil dari Al-Qur’an antara lain: “... maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’: 103) “... dan laksanakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu bisa mencegah dari (perbuatan) yang keji dan munkar ....” (QS. al-‘Ankabut: 45) “Dan dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan taatlah kepada Rasul supaya kalian diberi rahmat.” (QS. an-Nur: 56) “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam.” (QS. al-Isra: 78) “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam.” (QS. Hud: 114) Sedangkan dalil dari hadits antara lain: “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari) “Dan jika mereka sudah taat untuk membaca syahadat, ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan mereka lima shalat setiap harinya.” (HR. Bukhari dari Mu’adz) Ketika menjelang wafat, Rasul pun berpesan,”Jagalah shalat ... jagalah shalat ....” (HR. Ahmad) Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah bersabda, “Ikatan Islam dan sendi agama itu ada tiga, di atasnya didirikan Islam dan siapa yang meninggalkan salah satu di antaranya, berarti ia kafir terhadapnya dan halal darahnya: mengakui bahwa tiada Ilah yang berhak disembah dengan haq melainkan Allah, shalat fardhu, dan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Ya’la no. 2349, Dailami) 12

Panduan Shalat Lengkap

B. Shalat Telah Diperintahkan Sejak Nabi-Nabi Terdahulu Shalat itu sudah diperintahkan sejak nabi-nabi sebelum Ibrahim. Nabi Ibrahim sendiri pernah berdoa seperti yang tercantum dalam Al Qur’an, ∩⊆⊃∪ Ï™!$tãߊ ö≅¬6s)s?uρ $oΨ−/u‘ 4 ©ÉL−ƒÍh‘èŒ ⎯ÏΒuρ Íο4θn=¢Á9$# zΟŠÉ)ãΒ ©Í_ù=yèô_$# Éb>u‘

“Ya Rabbku, jadikan aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40) Demikian juga dengan Nabi Musa. Allah berfirman, “Maka ketika dia mendatangi (ke tempat api itu) dia dipanggil, ‘Wahai Musa!’ Sungguh Aku adalah Rabbmu, maka lepaskanlah kedua terompahmu karena sesungguhnya engkau berada di lembah suci, Tuwa. Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sungguh Aku ini Allah, tiada Ilah selain Aku maka sembahlah Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaha: 11-14). Adapun tentang shalat Nabi Zakaria as., Allah berfirman, “Kemudian para malaikat memanggilnya ketika dia (Zakaria) berdiri melaksanakan shalat di mihrab ...” (QS. Ali Imran: 39). Juga tentang Nabi Isa as., Allah berfirman, “Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan zakat) selama aku hidup’” (QS. Maryam: 30-31).

C. Makna dan Manfaat Shalat Secara etimologi (bahasa) shalat (dalam bahasa Arab shalaah) berarti ‘doa’. Allah berfirman, “Dan shalatlah (berdoalah) untuk mereka.” Panduan Shalat Lengkap

13

(QS. at-Taubah: 103). Menurut Ibnu A’rabi, shalaah (doa) dari Allah adalah rahmat sebagaimana firman-Nya, “Dialah Yang memberi rahmat kepada kalian” (QS. al-Ahzab: 43). Adapun secara terminologi (istilah) shalat adalah amaliah ibadah kepada Allah yang terdiri atas perbuatan dan bacaan tertentu, diawali dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Yang disebut dengan bacaan tertentu adalah takbir, ayat-ayat Al-Qur’an, tasbih, doa, dan sebagainya. Sedangkan perbuatan terdiri dari berdiri tegak, rukuk, sujud, duduk, dan sebagainya. Adapun manfaat shalat adalah sebagai berikut: 1. Sarana menyucikan diri Rasul saw. bersabda,

“Dari Jabir ra. berkata: Rasulullah bersabda, ‘Perumpamaan shalat lima waktu itu bagaikan sungai yang penuh air, mengalir di depan pintu salah satu dari kamu maka ia mandi dari padanya tiap hari lima kali.’” (HR. Muslim) 2. Amalan penghapus dosa “Utsman bin Affan ra. berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiada seorang muslim yang menghadapi shalat fardhu, lalu menyempurnakan wudhu, khusyuk, serta menyempurnakan rukuk dan sujudnya, melainkan dapat dipastikan shalat itu menjadi penebus dosa yang terjadi sebelumnya selama ia tidak melakukan dosa-dosa besar. Dan itu untuk selamanya.’” (HR. Muslim)

14

Panduan Shalat Lengkap

3. Sarana mi’raj dan bermunajatnya seorang mukmin kepada Ilahnya Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kondisi yang paling dekat antara hamba dengan Rabbnya yaitu ketika sujud. Maka bersungguhsungguhlah dalam doa, sebab sangat pantas untuk dikabulkan” (HR. Muslim). Dalam shalat kita berdialog dengan Allah lewat bacaan-bacaan yang kita baca. Inilah yang akan menjadi sarana pelepasan berbagai beban seorang muslim. Terdapat sebuah kisah menarik tentang seorang tabiin bernama Urwah bin Abi Zubair. Beliau adalah putra dari Asma’ binti Abu Bakar, cucu dari Abu Bakar ash-Shidiq. Suatu hari, ketika mengunjungi Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, ia tertimpa sejenis penyakit yang membuat kakinya harus diamputasi. Oleh tim kedokteran, ia hendak dibius, namun ia menolak. Ia meminta tim dokter memotong kakinya saat ia shalat. Maka, ia pun shalat dengan khusyuknya, mi’raj dan munajat kepada Allah dengan segenap kepasrahan. Subhanallah, dalam keadaan itu, tim dokter memotong kakinya dan ia tak bereaksi apapun. Baru ketika bekas kaki yang dipotong itu disiram minyak panas, ia bergerak sedikit. Setelah shalat, ia berkata, “Alhamdulillah, kakiku itu tak pernah digunakan untuk bermaksiat. Sekarang kaki itu telah berada di surga, semoga aku pun akan segera menyusulnya.’” 4. Penyejuk mata dan hati Shalat adalah rangkaian dzikir. Sedangkan dengan dzikir maka hati kita akan menjadi tenteram. Allah berfirman, “Yaitu orangorang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28). 5. Sarana pengabulan doa Telah disebutkan di atas, bahwa Rasulullah bersabda, “Kondisi yang paling dekat antara hamba dengan Rabbnya yaitu ketika sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam doa, sebab sangat pantas untuk dikabulkan” (HR. Muslim). Panduan Shalat Lengkap

15

Kemudian, doa yang dibacakan sesudah shalat fardhu adalah doa yang mustajab. Ini sesuai dengan hadits Nabi saw.:

“Abu Umamah ra. berkata: Rasulullah saw. ditanya, ‘Kapankah waktu berdoa yang lebih didengar oleh Tuhan (lebih mustajab)?’ Jawab Nabi, ‘Di tengah malam dan sesudah shalat fardhu (lima waktu).’” (HR. Tirmidzi no. 3421) 6. Pelindung dalam segala kesulitan Perlindungan dari kesulitan itu bisa bermakna langsung maupun tidak langsung. Langsung berarti bahwa ketika kita shalat, Allah akan memberi pertolongan secara langsung pula kepada kita. Seorang tabiin1, sebagaimana diceritakan oleh Dr. Syekh Abu Ghuddah saat mengomentari kitab Mustarsyidiin, pernah dihadang oleh sekawanan perampok. Tabiin itu pun berkata, “Ambil semua hartaku, tetapi tolong jangan bunuh aku!” Akan tetapi si perampok itu tetap bermaksud membunuh si tabiin. “Baiklah kalau kau tetap ingin membunuhku, tetapi tolong beri saya waktu sebentar saja untuk shalat 4 rakaat.” Si perampok pun setuju. Sang tabiin pun bersuci dan shalat 4 rakaat. Dalam sujud terakhir ia berdoa agar Allah memberinya pertolongan. Usai shalat, mendadak datang seorang berkuda dengan senjata lengkap menumpas perampok itu. Sedangkan secara tidak langsung, shalat akan membuat kita tenang dan mampu berpikir dengan kepala dingin. Jika kita berusaha untuk menyingkirkan kesulitan dengan segenap potensi yang kita miliki, termasuk berpikir maka kesulitan itu pasti akan hilang, karena Allah berfirman, .tabahahs arap haduses isareneG .1

16

Panduan Shalat Lengkap

“Sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan” (QS. alInsyirah: 6). Allah juga berfirman, “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (QS. al-Baqarah: 45). 7. Mencegah dari perbuatan keji dan munkar Allah berfirman, “... Dan laksanakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu bisa mencegah dari (perbuatan) yang keji dan munkar ...” (QS. al-‘Ankabut: 45). Sementara dalam sebuah haditsnya, Rasul bersabda, “Siapa saja yang mendirikan shalat tetapi dirinya tidak terhindar dari perbuatan keji dan munkar maka hakikatnya dia tidak melaksanakan shalat” (HR. Thabrani). Jika seseorang telah rajin shalat tetapi dia masih bermaksiat, sebenarnya ia belum menegakkan shalat dengan sebenarbenarnya. Bagaimana mungkin seseorang yang telah bersungguh-sungguh berdoa, berikrar, berjanji, dan bersumpah dalam kalimat syahadat, mengagungkan asma Allah, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, merendahkan diri di depan Allah, memohon ampun ..., dan sebagainya bisa menjerumuskan diri dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah? 8. Membiasakan hidup disiplin dan teratur Dari tinjauan edukatif, shalat adalah sarana mendidik jiwa untuk taat kepada Rabbnya. Dengan shalat, kita belajar disiplin. Begitu adzan berkumandang maka kita akan segera mengambil air wudhu dan mengerjakan shalat. Orang yang benar shalatnya, niscaya akan memiliki karakter yang cemerlang, seperti jujur, menepati janji, santun, rendah hati, adil, dan sebagainya. Jujur, karena ia terbiasa jujur ketika menghadap Allah, ketika ia berkeluh kesah, dan curhat kepada Allah. Amanah, karena dengan meresapi kebesaran Allah, ia akan memahami bahwa manusia diciptakan dengan mengemban tugas sebagai hamba Panduan Shalat Lengkap

17

Allah, dan kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang kita lakukan selama di dunia. Santun dan rendah hati, karena ketika kita bersujud maka kita akan merasa menjadi makhluk yang sangat hina, sehingga kita tak akan sanggup untuk tampil sombong di muka bumi ini.

D. Kedudukan Shalat Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi, antara lain sebagai berikut: 1. Shalat adalah tiang agama Rasul bersabda, “Fondasi segala urusan adalah Islam, sedang tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad fii sabilillah” (HR. Tirmidzi). 2. Ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah Dalam rukun Islam, shalat menempati posisi kedua setelah membaca kalimat syahadat. Jika kalimat syahadat merupakan ikrar, janji, dan sumpah seorang muslim tentang ketiadaan Ilah (Dzat yang diibadati) yang haq selain Allah dan bahwa Muhammad saw. adalah hamba dan utusan Allah maka shalat merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim setelah itu. Dengan demikian, shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan Allah Ta’ala, yang titah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara, dengan berdialog dengan Rasul-Nya pada Isra’ Mi’raj.2 “Dari Anas ra.: shalat itu difardhukan atas Nabi saw. pada malam ia diisra’kan sebanyak 50 kali, kemudian dikurangi hingga 5, lalu ia dipanggil, ‘Hai Muhammad! Putusan-Ku tak dapat diubah lagi, dan dengan shalat 5 waktu ini, kau tetap mendapat ganjaran 50 kali.’” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Tirmidzi yang menyatakan sahnya)

2. Sabiq, Fikih Sunah jilid 1, h. 205.

18

Panduan Shalat Lengkap

3. Amalan yang pertama kali dihisab Shalat juga merupakan amalan yang pertama kali dihisab. Ini didasarkan pada hadits Nabi sebagai berikut, “Pada hari kiamat nanti, amalan yang pertama kali diperhitungkan atas seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik maka seluruh amalannya pun baik. Namun jika shalatnya buruk maka seluruh amalannya pun buruk” (HR. Thabrani). 4. Benteng terakhir yang menopang Islam Akan tetapi, shalat juga merupakan benteng terakhir yang menopang Islam. Ia adalah barang terakhir yang lenyap dari agama, dengan arti apabila ia hilang maka hilanglah agama secara keseluruhan! Rasul bersabda, “Sungguh, buhul atau ikatan agama Islam itu akan terurai satu demi satu! Maka setiap terurai satu buhul, orang-orang pun bergantung pada buhul berikutnya. Maka buhul yang pertama adalah menegakkan hukum, sedang yang terakhir adalah shalat” (HR. Ibnu Hibban dari Abu Umamah). Bahkan Rasulullah dalam sebuah hadits juga bersabda, “Batas antara seseorang dengan kekafiran adalah dengan meninggalkan shalat” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Jadi, orang yang meninggalkan shalat karena sengaja, dihukumi kafir. Ummu Salamah meriwayatkan: sebelum Rasulullah wafat, beliau berwasiat, “Jagalah shalat ... jagalah shalat ...” sehingga dada Rasulullah bergerak-gerak namun tidak mampu mengungkapkan dengan lisannya (HR. Ahmad). 5. Merangkum semua unsur rukun Islam Shalat itu ternyata merangkum 5 rukun Islam sekaligus. Dalam shalat dibaca 2 kalimat syahadat. Ketika kita shalat, kita dilarang makan dan minum. Seluruh anggota badan berpuasa dengan menahan diri dari segala bentuk pelanggaran yang dapat membatalkan sahnya shalat. Ketika shalat, kita akan menggunakan waktu yang semestinya untuk mencari rezeki. Panduan Shalat Lengkap

19

Orang Barat mengatakan, time is money! Dengan shalat, berarti kita mengorbankan uang yang semestinya kita peroleh. Jika zakat itu untuk membersihkan harta maka shalat itu untuk membersihkan waktu, membersihkan diri dari debu-debu kemaksiatan, dan menjaga diri dari jeda waktu antara shalat yang satu dengan shalat lainnya. Oleh karenanya, dalam AlQur’an, sering sekali perintah shalat disandingkan dengan perintah zakat, misalnya: ”Dan dirikanlah shalat dan bayarlah zakat ...” (QS. al-Baqarah: 43). Demikian juga, saat shalat kita menghadap kiblat. Kiblat kita adalah Masjidil Haram, tempat di mana umat Islam melaksanakan ibadah haji. Begitu dahsyat kedudukan shalat, sehingga Allah berfirman, “Maka celakalah orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya” (QS. al-Ma’un: 4-5). Juga dalam ayat yang lain, “Maka di belakang muncullah satu golongan yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam:59). Sementara, dalam sebuah hadits Abu Umamah al-Bahili meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jika sebongkah batu dicampakkan dari tepi Neraka Jahanam, niscaya ia akan mencapai dasarnya selama 70 tahun” (HR. Thabrani).

E. Hukum Shalat Seluruh kaum muslimin telah sepakat sejak awal Islam sampai sekarang bahwa shalat lima waktu hukumnya wajib, dan orang yang mengingkari kewajibannya hukumnya kafir murtad. Demikian pula orang yang tidak shalat karena malas hukumnya kafir menurut pendapat yang rajih di kalangan ulama. Dalil akan wajibnya shalat bisa dilihat dari ayat-ayat yang memerintahkan untuk shalat, seperti yang telah disebutkan dan apa yang Allah syaratkan atas taubatnya orang kafir dengan mengerjakan shalat. Allah berfirman, “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat maka (mereka 20

Panduan Shalat Lengkap

itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. at-Taubah: 11) Ayat ini menegaskan bahwa syarat masuk dalam persaudaraan ad-din adalah taubat, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Dengan ini menunjukkan pula bahwa orang yang tidak shalat tidak mendapatkan persaudaraan dalam ad-din. Rasulullah pun menegaskan bahwa orang yang meninggalkan shalat berarti ia telah kafir. “Perjanjian antara kami dan kalian adalah shalat, siapa yang meninggalkannya telah kafir.” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Abi Syaibah) Para shahabat telah sepakat tidak ada satu perbuatan yang jika ditinggalkan merupakan kekufuran selain shalat (HR. Hakim). Artinya, mereka sepakat bahwa hukum meninggalkan shalat adalah kafir. Maka Umar bin Khathab ketika baru siuman dari pingsannya ketika ditusuk oleh Abu Lu’lu’ dan beliau diingatkan bahwa waktu shalat telah datang, beliau bergegas bangun dan mengatakan, “Ya, tidak ada bagian dalam Islam bagi yang tidak shalat.” Kebanyakan ulama berpendapat bahwa yang tidak mau shalat, disuruh bertaubat. Jika tidak mau maka ia dibunuh. Sedangkan dalam kondisi kafir, menurut Imam Malik, Ahmad, dan Imam Abu Hanifah, ia harus dipenjara sampai mau shalat.

Panduan Shalat Lengkap

21

Adzan

Adzan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat dengan lafadz-lafadz tertentu. Dengan adzan maka tercapailah seruan untuk shalat berjamaah sekaligus mengumandangkan syi’ar Islam. Menurut Qurthubi dan lainlain, “Walau kalimat-kalimatnya tidak banyak, tetapi adzan mengandung soal-soal akidah, karena ia dimulai dengan takbir dan memuat tentang wujud Allah dan kesempurnaan-Nya. Kemudian diiringi dengan tauhid dan menyingkirkan sekutu Allah, lalu menetapkan kerasulan Muhammad saw. serta seruan untuk patuh dan taat sebagai akibat pengakuan risalah karena ia tak mungkin dikenal kecuali dengan tuntunan Rasulullah. Setelah itu, diserukannya kemenangan, yakni kebahagiaan yang kekal lagi abadi, yang terdapat isyarat mengenai kampung akhirat, kemudian beberapa kali diulang sebagai penegasan dan penguatan.” 22

Panduan Shalat Lengkap

A. Sejarah Adzan Diriwayatkan dalam sebuah hadits, “Dulu kaum muslimin berkumpul dan mengira-ngira waktu shalat dan tak ada orang yang menyerukannya. Maka mereka pun membicarakan masalah tersebut di suatu saat. Di antara mereka ada yang mengatakan, ‘Pergunakanlah lonceng seperti lonceng orang-orang Nasrani.’ Ada pula yang menganjurkan, ‘Lebih baik tanduk seperti serunai orang Yahudi!’ Akhirnya Umar berkata, ‘Kenapa tidak disuruh saja seseorang untuk menyerukan shalat?’ Maka bersabdalah Rasulullah saw., ‘Hai Bilal, bangkitlah lalu serukanlah adzan!’” (HR. Ahmad dan Bukhari) Adapun lafadz berasal dari seorang shahabat yang bernama Abdullah bin Zaid bin ‘Abdirrabih. Dikisahkan dalam sebuah riwayat, “Tatkala Rasulullah saw. menyuruh menyediakan lonceng untuk dipukul guna menghimpun orang-orang untuk shalat, tiba-tiba waktu tidur, saya dikelilingi oleh seorang laki-laki yang membawa sebuah lonceng di tangannya. Maka kataku kepadanya, ‘Hai hamba Allah, apakah Anda bersedia menjual lonceng itu?’ Ujarnya, ‘Apa gunanya bagi Anda?’ ‘Untuk memanggil orang shalat,’ jawabku. ‘Maukah Anda saya tunjukkan yang lebih baik daripada itu?’ ‘Baiklah!’ ujarku pula. Maka katanya, ‘Ucapkanlah sebagai berikut: Allahu Akbar, Allahu Akbar! (2×) Asyhadu alla Ilaaha illallah (2×) Asyadu anna Muhammadar Rasulullah (2×) Hayya ‘alash-shalah (2×) Hayya ‘alal falah (2×) Allahu Akbar, Allahu Akbar (2×) Laa Ilaaha illallah.’ Panduan Shalat Lengkap

23

Kemudian ia undur sedikit, lalu katanya, ‘Jika shalat hendak didirikan bacalah sebagai berikut: Allahu Akbar, Allahu Akbar! Asyhadu alla Ilaaha illallah Asyadu anna Muhammadar Rasulullah Hayya ‘alash-shalah Hayya ‘alal falah Qad qamatish-shalah (2×) Allahu Akbar, Allahu Akbar Laa Ilaaha illallah.’

Tatkala hari telah pagi, saya pun datang kepada Rasulullah saw. lalu menceritakan apa yang saya alami. Maka sabdanya, ‘Insya Allah, sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar. Berdirilah dengan Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kaudengar itu supaya diserukannya, karena suaranya lebih baik dan lebih lantang daripada suaramu.’ Maka saya pun berdiri bersama Bilal dan saya ajarkan kepadanya bacaan-bacaan itu sementara ia adzan.” Selanjutnya katanya, “Suara itu terdengar oleh Umar yang sedang berada di rumahnya, ia pun keluar dengan kain yang terjela ke belakang seraya berkata, ‘Demi Dzat yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, saya juga bermimpi sebagaimana apa yang Anda impikan!’ Maka Nabi saw. pun bersabda, ‘Maka bagi Allah segala puji’” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah serta Tirmidzi yang mengatakan, ‘Hadits ini hasan lagi shahih’).

B. Keutamaan Adzan dan Pelantun Adzan (Muadzin) Hadits-hadits tentang keutamaan adzan dan muadzin tercantum sebagai berikut: Dari Mu’awiyah, bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya para muadzin itu adalah orang-orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat” (HR. Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah). 24

Panduan Shalat Lengkap

Dari Barra’ bin ‘Azib, bahwa Nabi Allah saw. telah bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat memberi shalawat kepada shaf pertama, sedang muadzin diampuni dosa sepanjang suaranya, ucapannya dibenarkan oleh para pendengarnya, baik dari kalangan yang basah maupun yang kering, dan ia akan memperoleh pahala sebanyak orang yang ikut shalat bersamanya” (HR. Ahmad dan Nasa’i). Dari Abu Darda, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bila tiga orang mengerjakan shalat tanpa adzan dan qamat, maka mereka dikuasai setan” (HR. Ahmad).

C. Tatacara Adzan dan Iqamat Tata cara adzan itu sama persis seperti yang terdapat dalam hadits Abdullah bin Zaid tersebut di atas. Begitu waktu shalat datang, seorang muslim (lelaki) yang telah baligh bisa mengumandangkan adzan. Terlebih dulu, ia harus berwudhu lantas menghadap kiblat dan membaca lafadz adzan sebagai berikut:

‫اﷲ اَ ْﻛﺒَـ ُﺮ اﷲ اَ ْﻛ َﱪ اﷲ اَ ْﻛﺒَ ـ ُـﺮ اﷲ اَ ْﻛﺒَ ـ ُـﺮ‬

Allahu Akbar, Allahu Akbar! (2×)

(Allah Mahabesar, Allah Mahabesar) ِ ِ ِ ِ ُ‫اَ ْﺷ َﻬ ُﺪ اَ ْن ﻻَ إﻟَﻪَ اﻵَ اَﷲُ اَ ْﺷ َﻬ ُﺪ اَ ْن ﻻَ إﻟَﻪَ اﻵَ اَﷲ‬ Asyhadu alla Ilaaha illallah (2×)

(Aku bersaksi tiada Ilah yang haq disembah selain Allah)

‫اَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ُﳏَ ﱠﻤ ـ ًـﺪا َر ُﺳ ــﻮ ُل اﷲ‬

Asyadu anna Muhammadar Rasulullah (2×)

(Aku bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah)

‫ﺼﻼَة‬ ‫ﺼﻼَة َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ‬ ‫َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ‬

Hayya ‘alash-shalah (2×)

(Mari kita shalat)

Panduan Shalat Lengkap

25

‫َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ َﻔﻼَح َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ َﻔﻼَح‬

Hayya ‘alal falah (2×)

(Mari menuju kebahagiaan) ‫اﷲ اَ ْﻛﺒَـُﺮ اﷲ اَ ْﻛﺒَـُﺮ‬ Allahu Akbar, Allahu Akbar

(Allah Mahabesar, Allah Mahabesar) ِ ِ ُ‫ﻻَ إﻟَﻪَ اﻵَ اَﷲ‬ Laa Ilaaha illallah’

(Tidak ada ilah yang haq disembah selain Allah) Setelah jeda beberapa saat maka dikumandangkanlah iqamah. Lafadznya adalah sebagai berikut:

‫اﷲ اَ ْﻛﺒَـُﺮ اﷲ اَ ْﻛﺒَـُﺮ‬ (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar) ِ ِ ِ ِ ُ‫اَ ْﺷ َﻬ ُﺪ اَ ْن ﻻَ إﻟَﻪَ اﻵَ اَﷲُ اَ ْﺷ َﻬ ُﺪ اَ ْن ﻻَ إﻟَﻪَ اﻵَ اَﷲ‬ Allahu Akbar, Allahu Akbar!

Asyhadu alla Ilaaha illallah

(Aku bersaksi tiada ilah yang haq disembah selain Allah)

‫اَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ُﳏَ ﱠﻤ ـ ًـﺪا َر ُﺳ ــﻮ ُل اﷲ‬

Asyadu anna Muhammadar Rasulullah

(Aku bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah)

‫ﺼﻼَة‬ ‫ﺼﻼَة َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ‬ ‫َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ‬

Hayya ‘alash-shalah

(Mari kita shalat) ‫َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ َﻔﻼَح َﺣ ﱠﻲ َﻋﻠَﻰ اﻟ َﻔﻼَح‬ Hayya ‘alal falah

(Mari menuju kebahagiaan) 26

Panduan Shalat Lengkap

ِ ِ ‫اﻟﺼﻶة‬ َ ‫اﻟﺼﻶة ﻗَ ْﺪ ﻗَﺎ َﻣﺖ‬ َ ‫ﻗَ ْﺪ ﻗَﺎ َﻣﺖ‬

Qad qamatish-shalah (2×)

(Sungguh telah ditegakkan shalat) ‫اﷲ اَ ْﻛﺒَـ ُﺮ اﷲ اَ ْﻛﺒَـ ُﺮ‬ Allahu Akbar, Allahu Akbar

(Allah Mahabesar, Allah Mahabesar) ِ ِ ُ‫ﻻَ إﻟَﻪَ اﻵَ اَﷲ‬ Laa ilaaha illallah’

(Tiada Tuhan selain Allah) Pada waktu adzan shalat Subuh, setelah hayya ‘alal falah’ disyariatkan untuk ditambahi lafadz ‘Ash shalaatu khairum-minan naum’ sebanyak 2 kali, artinya, “shalat itu lebih baik daripada tidur”. Memang ada sebagian kaum muslim yang berpendapat bahwa lafadz tersebut tidak dikumandangkan saat adzan Subuh, namun untuk membangunkan shalat malam. Akan tetapi di dalam sebuah hadits dinyatakan: “Dari Abu Mandzurah berkata, ‘Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku tatacara adzan!’ Maka diajarkanlah oleh Rasulullah, dan pesannya, ‘Jika shalat Subuh, hendaklah mengucapkan: ashshalaatu khairum-minan naum (2×) Allahu Akbar, Allahu Akbar ... laa Ilaaha illallah’” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

1. 2. 3. 4.

5.

Beberapa ketentuan untuk muadzin adalah sebagai berikut: Diniatkan untuk menggapai keridhaan Allah Suci dari hadas kecil maupun besar Berdiri menghadap kiblat Menoleh ke kanan dengan kepala, leher, dan dada ketika mengucapkan “Hayya ‘alash-shalah” dan ke kiri ketika mengucapkan “Hayya ‘alal falah”. Ini dilandaskan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Bukhari Muslim. Memasukkan kedua anak jari ke kedua lubang telinga.

Panduan Shalat Lengkap

27

6. Mengeraskan suara panggilannya. 7. Melambatkan bacaan adzan dan memisahkan tiap-tiap dua kalimat dan berhenti sebentar. Sedangkan untuk iqamat, bacaan dipercepat. 8. Tidak berbicara hingga iqamat. 9. Antara adzan dan qamat diberi jeda waktu untuk shalat sunah dan menunggu jamaah yang lain. 10. Hendaknya orang yang adzan, dialah yang iqamat. 11. Wanita hanya boleh adzan dan iqamat jika seluruh jamaah dan imam adalah wanita, dan tidak boleh menggunakan pengeras suara yang bisa terdengar oleh para lelaki di luar jamaah tersebut.

D. Dzikir Ketika Adzan Disunahkan berdzikir saat mendengar adzan. Bentuknya adalah mengikuti lafadz adzan yang dikumandangkan. Sedangkan dzikir yang dibaca usai dikumandangkan lafadz “Hayya ‘alash-shalah” dan “hayya alal falah” adalah laa haula wala quwwata illa billah. Menurut Imam Nawawi, ini menunjukkan bahwa kita ridha dan setuju atas maksud kalimat tersebut. Menurut Rasul, dari Abu Musa al-Asy’ari, “Laa haula walaa quwwata illa billah adalah satu perbendaharaan dari perbendaharaan surga.” Adapun hadits tentang pengulangan adzan tadi adalah sebagai berikut: dari Abu Sa’id al-Khudri ra., bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika kamu mendengar panggilan adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin” (HR. Jamaah). Semua kaum mukmin, baik yang suci, yang sedang berhadas besar maupun kecil, disyariatkan untuk melakukan hal tersebut. Jika sedang melakukan dzikir, membaca Al-Quran, belajar, atau aktivitas lainnya, sebaiknya dihentikan dan mendengarkan adzan. Kecuali orang yang sedang shalat, bersenggama, atau di kakus. Tetapi kalau sudah keluar dari kakus dan adzan masih berkumandang maka ia dianjurkan untuk menyahuti adzan tadi. Bagi seseorang yang hendak masuk masjid dan adzan sedang berkumandang, disunatkan menunggu di 28 Panduan Shalat Lengkap

depan masjid sampai adzan selesai. Akan tetapi kalau tidak disahuti dan langsung shalat juga tak jadi masalah. Sedangkan untuk iqamat saat diucapkan “qad qamatish-shalah”, maka kita menyahuti “aqamahaIlahu wa adamaha” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi tetapi dhaif).

E. Doa Setelah Adzan Doa yang diucapkan antara adzan dan iqamat adalah doa yang mustajab, tidak ditolak, sebagaimana sabda Nabi, “Tidaklah ditolak doa antara adzan dan qamat” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Tirmidzi). Doa yang disyariatkan untuk dibaca adalah sebagai berikut:

“Ya Allah Pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan, berikan Muhammad al-wasilah (kedudukan yang tinggi), dan keutamaan, dan bangkitkan dia ke kedudukan yang terpuji yang Engkau janjikan.” Adapun ketika adzan Maghrib ditambah dengan bacaan berikut: “Allahumma inna hadza iqbalu lailika, wa idzbaru naharika, wa ashwatu du’atika, faghfirlii.” (Ya Allah, ini adalah saat datangnya malam-Mu dan

berlalunya siang-Mu, serta suara orang-orang yang memohon padaMu maka ampunilah daku). Disunahkan juga untuk membaca shalawat, karena Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mendengar adzan kemudian bershalawat kepadaku dan mintakan syafaat buatku maka ia mendapatkan syafaatku.”

Panduan Shalat Lengkap

29

Wudhu

A. Keistimewaan Wudhu Allah memerintahkan kita untuk berwudhu sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: “Hai orang-orang beriman, jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua mata kaki” (QS. alMa’idah: 6). Menegaskan hal tersebut, Rasulullah juga bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Allah tidak menerima shalat seorang di antaramu bila berhadats, sampai ia berwudhu lebih dahulu” (HR. Bukhari dan Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi). Seluruh ulama juga telah bersepakat bahwa wudhu ini, sejak zaman Rasulullah telah disyariatkan. Sebagaimana mampu membersihkan diri dari kotoran secara zahir, wudhu juga akan membersihkan kita dari dosa-dosa. 30

Panduan Shalat Lengkap

Dari Abdullah ash-Shunabaji ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bila seorang hamba berwudhu lalu berkumur-kumur, keluarlah dosadosa dari mulutnya; jika ia membersihkan hidung, dosa-dosa akan keluar pula dari hidungnya; begitu pula tatkala ia membasuh mukanya sampaisampai dari bawah pinggir kelopak matanya. Jika ia membasuh kedua tangan, dosa-dosa akan turut keluar sampai dari bawah kukunya, demikian pula bila ia menyapu kepala, dosa-dosanya akan keluar dari kepala, bahkan kedua telinganya. Begitu pun tatkala ia membasuh kedua kaki, keluarlah pula dosa-dosa tersebut dari dalamnya, sampai bawah kuku jari-jari kakinya. Kemudian, tinggallah perjalanannya ke masjid dan shalatnya menjadi pahala yang bersih baginya.” (HR. Malik, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim)

B. Yang Diwajibkan (Fardhu) Saat Wudhu Fardhu pertama, niat. Karena setiap amalan itu tergantung dari niat. Niat adalah pekerjaan hati, sehingga ia tak perlu dilafadzkan dengan bacaan-bacaan tertentu. Fardhu kedua adalah membasuh muka satu kali, yakni dengan mengalirkan air dari puncak kening hingga dagu. Fardhu ketiga, membasuh kedua tangan hingga siku. Fardhu keempat, menyapu kepala. Yaitu jari-jari yang basah disapukan ke kepala kita, bukan sekadar diletakkan. Fardhu kelima, membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki. Fardhu keenam, tertib, berurutan, karena Allah menyebutkan fardhu-fardhu wudhu dalam ayat tersebut secara berurutan. “Hai orang-orang beriman, bila kamu mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu serta basuh kakimu hingga mata kaki.” (QS. al-Ma’idah: 6)

C. Yang Disunahkan Saat Wudhu 1. Memulai dengan basmallah. 2. Bersiwak atau menggosok gigi. Rasul pernah bersabda, “Kalau tidak memberatkan umatku, tentulah kusuruh mereka menggosok gigi setiap berwudhu” (HR. Malik, Syafi’i, Baihaqi, dan Hakim). Menurut Syekh Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh Sunah, menggosok gigi itu disunatkan di berbagai keadaan, akan tetapi lebih Panduan Shalat Lengkap

31

3.

4. 5.

6.

7.

8. 9. 10.

diutamakan dalam 5 keadaan, yakni ketika berwudhu, ketika hendak shalat, ketika hendak membaca Al-Qur’an, ketika bangun tidur, dan ketika mulutnya berbau. Mencuci 2 telapak tangan sewaktu hendak memulai berwudhu. Dari Aus bin Aus ats-Tsaqafi, “Saya melihat Rasulullah saw. berwudhu maka dibasuhlah telapak tangannya tiga kali” (HR. Ahmad dan Nasa’i). Berkumur-kumur tiga kali, dari Laqith bin Shabrah ra., “Bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Jika kamu berwudhu hendaklah berkumurkumur’” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi). Memasukkan air ke hidung, kemudian mengeluarkannya sebanyak 3 kali, dari Abu Hurairah ra., “Bahwa Nabi telah bersabda, ‘Bila salah seorang dari kalian berwudhu, hendaklah dimasukkan air ke dalam hidungnya, kemudian dikeluarkannya!” (HR. Bukhari dan Muslim serta Abu Dawud). Menyelah-nyelahi jenggot, yakni menyauk air dengan tangan lalu dibasahkan ke dagu dan digosok-gosok. Utsman ra. mengatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi bahwa ketika berwudhu, Nabi saw. biasa menyelah-nyelahi jenggotnya. Menyelah-nyelahi anak-anak jari, yakni jari tangan maupun jari kaki. Ibnu Abbas berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika kamu berwudhu, silang-silanglah jari kedua tangan dan kedua kakimu” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Untuk kesempurnaan wudhu, kita juga dianjurkan untuk menggeser cincin, gelang, atau jam tangan. Membasuh anggota-anggota badan tersebut 3 kali. Utsman ra. mengatakan, “Bahwa Nabi saw. berwudhu tiga kali-tiga kali” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi). Tayamun (bukan tayamum). Tayamun artinya mulai membasuh dari yang kanan, baru yang kiri. Menggosok atau melewatkan tangan ke atas anggota wudhu bersama air. Tidak sekadar dikucuri air tetapi harus digosok dengan tangan.

32

Panduan Shalat Lengkap

11. Muwalat. Artinya berturut-turut membasuh anggota wudhu, tidak disela dengan pekerjaan lain. 12. Menyapu kedua telinga. 13. Memanjangkan cahaya. Maksudnya melebihkan bagian yang difardukan. Misalnya, jika fardhunya kita membasuh hanya sampai siku maka disunahkan hingga ke atas siku. Rasul bersabda, “Sesungguhnya umatku akan muncul pada hari kiamat dengan wajah gilang gemilang dan kedua anggota yang bercahaya-cahaya disebabkan oleh bekas wudhu.” Kemudian ulas Abu Hurairah, “Maka siapa-siapa di antaramu yang sanggup memanjangkan cahayanya, hendaklah diusahakannya” (HR. Bukhari dan Muslim serta Ahmad). 14. Sederhana, tidak boros air. 15. Berdoa saat wudhu dan selesai wudhu. Doa saat wudhu yang sah menurut Sayid Sabiq adalah hadits Abu Musa al-Asy’ari, “Allahumma’ghfirli dzanbi wawassi’li fii daari, wa bariklii fii rizqii”

(Ya Allah, ampuni dosaku, lapangkan rumah tanggaku, dan berilah berkah pada rezekiku) (HR. Nasa’i). Sedangkan doa sesudah wudhu didasarkan pada hadits Umar ra., doanya sebagai berikut,

“Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wahdahulaa syarikallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu” (Aku mengakui bahwa

tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusan Allah) (HR. Muslim). Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi, doa setelah wudhu ditambahkan dengan, “Allahummaj’alni minat-tawwabina, waj’alni minal mutathahhirin” (Ya Allah, jadikanlah aku dari kalangan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku dari kalangan orang-orang yang menyucikan diri). 16. Sunah yang ke-17 adalah shalat 2 rakaat setelah wudhu. Ini juga banyak dalilnya, salah satunya hadits dari Khumran, seorang bekas budak yang dibebaskan oleh Utsman bin Affan ra. Suatu hari Utsman meminta air wudhu dan berwudhu. Lalu berkata kepada Khumran, “Saya melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhuku ini.” Kemudian ujarnya, “Siapa yang wudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat 2 rakaat dengan khusyuk, diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhari dan Panduan Shalat Lengkap

33

Muslim dan lain-lain, dikuatkan pula dengan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah bertanya kepada shahabat Bilal, “Sungguh saya mendengar suara terom-pahmu di surga, amalan apa yang paling engkau harapkan?” Bilal menjawab, “Tidaklah aku berwudhu siang atau malam kecuali aku melakukan shalat setelahnya sesuai dengan apa yang ditakdirkan untukku” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban).

D. Tatacara Wudhu

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7.

8. 9.

Niat. Membaca Basmallah. Membasuh kedua telapak tangan (3×). Berkumur-kumur serta menghirup air ke hidung. Membasuh seluruh muka (sampai batasan muka dengan telinga) dan dari tempat pertumbuhan rambut kepala hingga jenggot bagian bawah (3×). Membasuh kedua tangan, dari ujung jari sampai siku, diawali dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri (3×). Mengusap kepala, yaitu dengan membasahi tangan, kemudian menyapunya dari kepala bagian depan sampai bagian belakang, kemudian mengembalikannya (mengembalikan tangan tersebut dari belakang sampai ke depan lagi) (1×). Mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang telinga dan mengusap bagian luar (belakang) dengan jempol (1×). Membasuh kedua kaki, yaitu dari ujung jari sampai mata kaki, diawali dari kaki kanan, kemudian kaki kiri.

E. Yang Membatalkan dan Tidak Membatalkan Wudhu Beberapa hal yang membatalkan wudhu adalah sebagai berikut: 1. Ada sesuatu keluar dari dubur dan qubul—seperti kentut, buang air kecil, dan air besar. “Abu Hurairah berkata, ‘Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian jika ia berhadas sampai ia 34

Panduan Shalat Lengkap

berwudhu.’ Maka berkatalah seorang lelaki dari Hadramaut, ‘Apa maksud dari hadas, ya Abu Hurairah?’ ‘Kentut atau berak,’ ujarnya.” 2. Tertidur nyenyak sehingga kalau kentut tidak terasa. Yakni ketika posisi pinggul di atas lantai bergeser. Hal ini berdasarkan hadits para shahabat: “Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan kita tidak melepas terompah (ketika batal wudhu karena) kencing, buang air besar atau tidur, akan tetapi (memerintahkan melepas terompah) karena jinabah”. Ini menunjukkan batalnya wudhu karena tidur. Tetapi jika tidurnya dalam posisi kalau kentut dia sadar maka tidur semacam ini tidak membatalkan. Diceritakan oleh Anas bahwa para shahabat Rasulullah saw., menunggu-nunggu waktu Isya hingga larut malam, hingga mereka berkulaian, kemudian mereka melakukan shalat tanpa wudhu terlebih dahulu” (HR. Syafi’i, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi). 3. Hilang kesadaran. Yakni ketika kita hilang akal, baik karena gila, pingsan, atau mabuk. 4. Menyentuh kemaluan secara langsung (tanpa batas kain atau lainnya). Rasul bersabda, “Siapa yang membawa tangannya ke kemaluan tanpa ada yang membatasi maka wajib berwudhu” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim). Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak membatalkan wudhu adalah sebagai berikut: 1. Menyentuh istri/suami. Rasul berkata, “Ciuman ini tidak merusak wudhu dan tidak pula membatalkannya.” (HR. Ishak bin Rahawaih dan Bazzar dengan sanad yang baik), kecuali disertai syahwat yang kemungkinan keluar madzi maka membatalkan, seperti perkataan Ibnu Umar dalam kitab Muwatha’ Imam Malik: “Seorang laki-laki meraba istri atau mencium istri termasuk menggauli istri di dalamnya wajib wudhu.” 2. Keluar darah dari cara yang tidak lazim (luka, mimisan, dan lain-lain). 3. Muntah. Panduan Shalat Lengkap

35

4. Makan dan minum. 5. Bimbang telah berhadas atau tidak setelah berwudhu.

F. Air untuk Berwudhu Air yang digunakan untuk berwudhu adalah yang suci dan menyucikan. Pertama, air hujan, salju, es, dan air embun. Allah berfirman, “Dan diturunkan-Nya padamu hujan dari langit untuk menyucikanmu” (QS. al-Anfal: 11). Kedua, air laut. Rasul bersabda, “Laut itu airnya suci lagi menyucikan, dan bangkainya halal dimakan” (HR. Imam yang Lima). Ketiga, air telaga. Keempat, air yang berubah disebabkan karena lama tergenang atau tidak mengalir. Kelima, air yang telah terpakai (musta’mal), yakni air yang sudah digunakan untuk berwudhu atau mandi juga boleh dipakai, kecuali yang telah tercampur najis.

G. Najis dan Cara Menyucikannya Najis adalah kotoran yang setiap muslim wajib menyucikan diri darinya dan apa yang dikenainya. Allah berfirman, “Dan pakaianmu, hendaklah kamu bersihkan!” (QS. al-Muddatstsir: 4) Rasul juga bersabda, “Bersuci itu sebagian dari keimanan.” Macam-macam najis antara lain, bangkai (kecuali ikan dan belalang), darah haid (adapun darah luka yang shahih tidak najis), daging babi, muntahan (yang dikeluarkan dari perut), kencing dan kotoran manusia, wadi (air putih kental yang keluar mengiringi kencing), madzi (air putih bergetah yang keluar sewaktu senggama atau bercinta), kencing dan kotoran binatang yang tidak dimakan dagingnya, anjing, binatang jallalah (binatang yang memakan kotoran). Kalau najisnya tidak kelihatan, seperti kencing, cukuplah dicuci dengan air. Jika bejana dijilat anjing, dicuci sebanyak 7 kali dan awalnya dengan tanah.

36

Panduan Shalat Lengkap

H. Mandi Janabat Mandi janabat adalah mandi yang diwajibkan bagi seseorang yang mengeluarkan mani setelah menggauli pasangannya dan seorang perempuan yang telah selesai haid ataupun nifas. Aturannya adalah sebagai berikut: pertama niat mandi, tanpa diucapkan. Lalu membaca basmallah, lantas wudhu tetapi tanpa membasuh kaki, menciduk air untuk membasahi kepala, dan bila sudah merata, barulah mengguyurkannya. Setelah itu, membasuh semua badan. Setelah selesai maka bergeser dari tempatnya dan membasuh kaki atau wudhu secara sempurna di awal mandi.

Panduan Shalat Lengkap

37

Tatacara Shalat

A. Syarat Sahnya Shalat Syarat sahnya shalat terdiri dari sembilan hal, yaitu: 1. Islam Orang kafir selain disiksa karena kekufurannya, juga disiksa karena tidak shalat, sebagaimana Allah ceritakan tentang penduduk Neraka Saqar: “Apa yang memasukkan kalian ke Saqar?” Mereka menjawab, “Kami tidak melakukan shalat.” Tetapi kalaupun shalat, pun tidak diterima sehingga masuk Islam. Karena agama selain Islam tidak akan diterima di hadapan Allah kelak, sebagai-mana yang tercantum dalam firman-Nya, “Siapa saja yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-sekali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orangorang yang merugi” (QS. Ali Imran: 85). Semua 38

Panduan Shalat Lengkap

2.

3.

4.

5.

amalan orang kafir sia-sia, tidak berguna di akhirat kelak sebagaimana firman Allah, “dan Kami datangkan apa yang mereka lakukan kemudian Kami jadikan debu yang tertiup” (QS. al-Furqan: 23). Berakal sehat Disebutkan dalam sebuah hadits: Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pena itu diangkat (dosa itu dimaafkan) dari tiga golongan, orang yang tertidur hingga ia terbangun, anak kecil hingga ia menjadi besar, orang yang tidak waras hingga ia menjadi sadar” (HR. Tirmidzi). Tamyiz Yakni telah cukup umur, para ulama menyebutkan usia 7 tahun, yakni saat ia mulai bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Rasul bersabda, “Perintahlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka saat meninggalkan shalat ketika sudah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Masuk waktu shalat Allah berfirman, “Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. an-Nisa: 103). Suci dari hadas dan najis Abdullah bin Umar meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak diterima shalat salah seorang di antara kalian apabila berhadas hingga dia berwudu” (HR. Bukhari). Kemudian, mengenai suci dari najis, Jabir bin Samurah menuturkan, “Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang shalat yang mengenakan pakaian yang dikenakannya saat berhubungan dengan istrinya. Rasulullah saw. bersabda, ‘Boleh saja, kecuali apabila terdapat najis, hendaknya dia membasuhnya’” (HR. Ibnu Majah). Ada satu kisah di masa Rasulullah saw., suatu ketika ada seorang Arab desa yang kencing di dalam masjid, lalu orang-orang menghardiknya. Kemudian

Panduan Shalat Lengkap

39

Rasulullah saw. berkata, “Biarkanlah dia, dan siramkan di atas kencingnya seember air. Sesungguhnya kalian diutus sebagai orang yang memudahkan, bukan untuk menyulitkan” (HR. Bukhari). 6. Menutup aurat Kita diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang indah saat hendak shalat. Allah berfirman, “Hai anak Adam, kenakanlah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid” (QS. al-A’raf: 31). Apapun pakaian yang memenuhi syarat untuk shalat, selain suci dari najis adalah menutup aurat. Untuk aurat laki-laki itu batasnya dari pinggang ke bawah hingga paha. Dasarnya adalah pada hadits yang menceritakan, ketika Rasulullah saw. melihat shahabat Jarhad dengan keadaan paha tersingkap, beliau menegurnya, “Tutupilah pahamu, sebab ia adalah aurat.” Sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan menerima shalat seorang wanita yang tidak mengenakan tutup kepala” (HR. Abu Dawud). 7. Menghadap kiblat Allah berfirman, “Palingkan mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana pun kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya” (QS. al-Baqarah: 144). Rasulullah saw. bersabda, “... apabila kamu hendak mendirikan shalat, berwudhulah dengan sempurna, kemudian menghadaplah ke arah kiblat ” (HR. Bukhari dan Muslim). Jika seseorang hendak shalat, ia harus menghadap kiblat. Jika tidak berarti shalatnya tidak sah. Kecuali pada alasan-alasan tertentu yang membolehkan tidak harus menghadap kiblat, misalnya pada orang-orang yang sedang naik kendaraan. Dalam suatu hadits disebutkan: Amir bin Rabi’ah berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. shalat di atas kendaraannya, di arah kendaraannya menghadap.” Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. 40

Panduan Shalat Lengkap

B. Rukun Shalat Rukun shalat adalah gerakan dan ucapan yang membentuk shalat dan shalat tidak sah sehingga semuanya dilakukan. Jika ada satu rukun saja yang terlewati atau lupa tidak dikerjakan maka kita harus mengulang rakaat yang terlupa tadi dan melakukan sujud sahwi. Sujud sahwi dilakukan sebelum salam, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat lalu dia tidak mengetahui sudah berapa rakaat dia shalat, apakah tiga ataukah empat rakaat maka hendaklah dia mencampakkan keraguannya itu dan mendasarkan tindakannya kepada apa yang dia yakini. Kemudian hendaklah dia bersujud sebanyak dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia mengerjakan shalat lima rakaat maka sudah genaplah shalatnya, sedangkan jika dia mengerjakan shalat secara sempurna empat rakaat, maka itu akan menjadi penghinaan bagi setan.” Adapun bacaan sujud sahwi, tidak terdapat riwayat shahih dari Rasulullah saw. Sedangkan lafadz: “Subhana man layanamu wala yashu” hanya ditemukan di kitab Nihayatuz-Zain tulisan Syaikh Ibnu Nawawi al-Jawi dan kitab Hasyiah at-Tahawiyah ‘Ala Maraqil Falah karya Syaikh ath-Thahawi al-Hanafi. Namun dalam kitab tersebut tidak dicantumkan apakah bacaan tersebut berasal dari Rasulullah saw. atau tidak3. Maka yang benar bacaan sujud sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa. Rukun shalat terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: 1. Berdiri ketika mengerjakan shalat fardhu bagi yang mampu. Rasulullah saw. bersabda, “Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika kamu tidak mampu maka kerjakanlah dengan duduk, jika kamu tidak mampu maka kerjakanlah dengan berbaring” (HR. Bukhari). 3. www.syariahonline.com/new_index.php/id/14/cn/1009

Panduan Shalat Lengkap

41

2. Niat, yaitu ketetapan hati untuk mengerjakan shalat. Rasul bersabda, “Sesungguhnya semua amalan itu tergantung niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim). 3. Takbiratul ihram, dengan melafadzkan: Allahu akbar. 4. Membaca surat al-Fatihah pada setiap rakaat. 5. Rukuk. 6. Bangkit dari rukuk (iktidal). 7. Sujud di atas tujuh anggota badan. 8. Bangkit dari sujud. 9. Duduk di antara dua sujud. 10. Tuma’ninah dalam rukuk, sujud, duduk, maupun berdiri. Tuma’ninah secara istilah bermakna orang yang mengerjakan rukuk, sujud, duduk, atau berdiri itu harus mendiamkan anggota badannya hingga menjadi tenang terlebih dahulu, baru sesudah itu dilanjutkan dengan gerakan berikutnya. Rasul bersabda, “Apabila engkau berdiri untuk shalat maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadaplah ke arah kiblat dan bertakbirlah. Kemudian bacalah apa yang kau hafal dari Al-Qur’an. Kemudian rukuklah sehingga kamu tenang dalam melakukan rukuk, kemudian bangkitlah sehingga menjadi lurus dalam keadaan berdiri. Selanjutnya bersujudlah kamu sampai kamu tenang dalam kedaan sujud, kemudian angkatlah badanmu sehingga kamu tenang dalam keadaan duduk. Lantas bersujudlah kembali sehingga kamu tenang dalam keadaan sujud. Kerjakanlah itu pada seluruh rakaat shalatmu” (HR. Muslim). 11. Duduk tasyahud. 12. Bershalawat pada Nabi Muhammad saw. 13. Membaca salam. 14. Tertib, yakni seseorang harus urut dalam mengerjakan shalat sesuai dengan rukunnya. Tidak boleh membaca al-Fatihah dulu baru takbir, atau langsung sujud tanpa rukuk dan sebagainya. Apabila rukun shalat ditinggalkan karena lupa maka, g Apabila teringat apa rukun yang terlewatkan pada saat 42

Panduan Shalat Lengkap

g

g

mengerjakan rukun yang sama pada rakaat selanjutnya maka ia mengganti rakaat yang terlewat rukunnya tadi, dan dia melakukan sujud sahwi. Apabila teringat apa rukun yang terlewatkan sebelum mengerjakan rukun yang sama pada rakaat berikutnya maka ia wajib mengulangi rakaatnya, dimulai pada rukun mana yang ia terlupa, dan ia melakukan sujud sahwi. Apabila teringat telah meninggalkan rukun shalat setelah shalatnya selesai maka: 1. Apabila jeda waktunya tidak terlalu panjang maka ia wajib mengerjakan satu rakaat penuh dengan tasyahud akhir dan salam. 2. Apabila jeda waktu yang memisahkan antara shalat dengan saat ia teringat cukup panjang maka dia harus mengulangi shalatnya, sebab shalatnya telah batal.

C. Hal-Hal yang Wajib dalam Shalat Hal yang wajib dalam shalat adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam shalat, dan manakala ditinggalkan dengan sengaja maka shalat menjadi tidak sah dan batal. Namun jika ditinggalkan karena lupa dan sudah masuk ke rukun shalat, shalatnya tetap sah dan ia dapat meneruskan shalatnya akan tetapi wajib melakukan sujud sahwi. Adapun yang wajib dalam shalat adalah: 1. Membaca doa rukuk, doa i’tidal, doa sujud, doa duduk di antara dua sujud. 2. Membaca takbir perpindahan dari rukun satu ke rukun yang lainnya. 3. Tasyahud awal.

D. Tatacara Shalat Perlu disebutkan berikut ini tata cara shalat secara berurutan, sehingga shalat dapat dilakukan secara sempurna, yaitu: Panduan Shalat Lengkap

43

1. Takbiratul ihram Takbiratul ihram adalah pembuka shalat, yakni membaca Allahu akbar, sembari menatap ke arah tempat sujud. Shalat tidak sah apabila tidak diawali dengan takbiratul ihram. Ali bin Abi Thalib meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, “Kunci shalat adalah kesucian, pembukanya adalah takbir, dan penutupnya adalah salam” (HR. Tirmidzi). 2. Mengangkat tangan Mengangkat kedua tangan saat sebelum, sesudah, atau bersamaan dengan takbir merupakan sunah. Ada beberapa hadits yang menerangkan mengenai cara mengangkat tangan: sejajar dengan dua telinga, sejajar dua pundak, maupun setinggi dada. Masingmasing memiliki haditsnya yang shahih, kita boleh memilih salah satu. Dalam suatu riwayat disebutkan, “... Beliau mengangkat kedua tangan beliau hingga sejajar dengan telinga ...” (HR. Muslim). Dalam riwayat yang lain, “Apabila bertakbir, beliau menjadikan kedua tangan beliau sejajar dengan dua pundak beliau ...” ( HR. Bukhari). Juga di riwayat lainnya, “Wail bin Hujr berkata, ‘Aku mendatangi para shahabat maka aku lihat mereka mengangkat tangan mereka sampai ke dada mereka dalam shalat ...’” (HR. Abu Dawud). 3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan diletakkan di dada Wail bin Hujr berkata, “Aku shalat bersama Nabi saw. maka beliau meletakkan tangan beliau yang kanan di atas tangan beliau yang kiri di atas dada beliau” (HR. Ibnu Khuzaimah). 4. Membaca doa iftitah Setelah takbiratul ihram, disunahkan membaca doa iftitah. Abu Hurairah menuturkan, “Setelah bertakbir Rasulullah saw. diam sejenak sebelum membaca al-Fatihah. Saya lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah, ayah dan ibu saya sebagai tebusanmu! Apakah yang Anda baca ketika diam di antara takbiratul ihram dan bacaan AlQur’an?’ 44

Panduan Shalat Lengkap

Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku berdoa,

“Allaahumma baa’id bainii wabaina khathaayaaya kamaa baa’adta bainalmasyriqi walmaghrib. Allaahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqatstsaubul abyadhu minaddanas. Allaahummaghsilnii min khathaayaaya bitstsalji walmaa-i walbaradi”

(Ya Allah, jauhkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan jarak antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah diriku dari dosa-dosaku seperti pakaian putih yang dibersihkan dari noda. Ya Allah, sucikanlah diriku dari dosa-dosaku dengan air, salju, dan embun)’” (HR. Bukhari-Muslim). Doa iftitah juga boleh dengan doa lain yang diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah saw.:

“Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardhi haniifan musliman wa maa anaa minalmusyrikiin. Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiin laa syariikalahu wabidzaalika umirtu wa anaa minalmuslimiin”

(Aku hadapkan wajahku kepada Yang telah menciptakan langit dan bumi, dalam kondisi lurus kepada kebaikan, menyerahkan diri kepada Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah penyembelihanku (pengurbananku), hidupku, matiku, hanya untuk Allah Rabbul ‘alamin, tidak ada sekutu bagiNya, demikian aku diperintah dan Panduan Shalat Lengkap

45

aku termasuk orang orang yang menyerahkan diri). (HR. Muslim dan Tirmidzi) Atau seperti berikut ini: ‫ َوﻻ إِﻟَ َﻪ َﻏْﻴ ـ ُـﺮَك‬،‫ﱡك‬ َ ‫ـﺎﱃ َﺟﺪ‬ َ ‫ َوﺗَـ َﻌ ـ‬،‫ـﻚ‬ ْ ‫ َوﺗَـﺒَ ـ َـﺎرَك‬،‫ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َوِﲝَ ْﻤ ـ ـ ـ ِـﺪ َك‬ َ ‫اﲰُـ ـ ـ‬ َ َ‫ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧ‬

“Subhaanaka Allaahumma wabihamdika watabaarakasmuka wa ta’aalaa jadduka walaa Ilaaha ghairuka”

(Mahasuci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu, Mahaagung namaMu, Mahatinggi Kebesaran-Mu, tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan haq selain Engkau). (HR. Thabarani dan al-Hakim) 5. Membaca al-Fatihah Setelah membaca doa iftitah, membaca al-Fatihah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak sah shalat seseorang apabila tidak membaca ummul Qur’an (al-Fatihah)” (HR. Muslim). Setelah membaca al-Fatihah, disunahkan untuk membaca surat atau ayat-ayat dalam Al Qur’an yang mudah baginya. Pendapat yang rajih, membaca al-fatihah adalah rukun, baik imam, makmum atau shalat sendiri setiap rakaat. 6. Rukuk dengan mengangkat tangan setinggi pundak atau telinga Ketika memulai untuk rukuk, membaca takbir seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga. Dalam rukuk, telapak tangan melekat pada kedua lutut, badan bertumpu pada kedua tangan, dengan jari-jemari terbuka, sedangkan posisi kepala sejajar dengan punggung. Rukuk dilakukan dengan tuma’ninah seraya mengucap, ‫( ﺳﺒﺤﺎن رﰊ اﻟﻌﻈﻴﻢ‬subhaana rabbiyal ‘adziim) (Mahasuci Tuhanku yang Mahaagung), tiga kali agar lebih afdhal. Namun ada riwayat lain dari Aisyah yang menerangkan, sejak turunnya surat anNashr ( Idzaa jaa anashrullahi wal fath ) maka Rasulullah mengganti bacaan tasbihnya dengan bacaan, 46

Panduan Shalat Lengkap

‫ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ َرﺑـﱠﻨَــﺎ َوِﲝَ ْﻤـ ِـﺪ َك اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔـ ْـﺮ ِﱄ‬ َ َ‫ُﺳـ ْـﺒ َﺤﺎﻧ‬

“Subhanakallahumma rabbana wabihamdikallahummaghfirlii”

(Mahasuci Engkau, ya Allah Rabb kami, dan dengan pujian padaMu ya Allah, ampunilah aku). Boleh pula membaca doa berikut: ِ َ ‫ـﻚ أَﺳ ـﻠَﻤﺖ ﺧ َﺸــﻊ ﻟَـ‬ ‫ﺼ ـ ِﺮي‬ َ ‫ـﺖ َوﺑِـ‬ َ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬـ ﱠﻢ ﻟَـ‬ ُ ‫ـﻚ َآﻣْﻨـ‬ ُ ‫ـﻚ َرَﻛ ْﻌـ‬ َ َ‫ـﻚ ﲰَْﻌــﻲ َوﺑ‬ َ َ ُ ْ ْ َ ‫ـﺖ َوﻟَـ‬ ِ ِ ‫ﺼـ ـ ِـﱯ‬ َ ‫َوُﳐﱢـ ــﻲ َوﻋﻈَـ ــﺎﻣﻲ َو َﻋ‬ “Allaahumma laka raka’tu wabika aamantu walaka aslamtu khasya’a laka sam’ii wabasharii wamukhkhii wa’izhaamii wa’ashabii”

(Ya Allah, kepada-Mu aku rukuk, dengan-Mu aku beriman, kepadaMu aku pasrah, untuk-Mu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, dan uratku). (HR. Baihaqi, Abu ‘Awanah, Abu Dawud, Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa ini hadits hasan shahih) Ketiga bacaan ini boleh digunakan. Salah satu di antara ketiga doa tersebut wajib dibaca sekali, dan sunah diulang-ulang sampai tiga kali atau sepuluh kali, dan boleh lebih dari itu. 7. I’tidal (bangkit dari rukuk) Setelah rukuk, badan ditegakkan dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan pundak atau telinga sambil mengucap, ‫ﲰﻊ اﷲ ﳌﻦ ﲪﺪﻩ‬ “Sami’allahuliman hamidah”

(Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya) (HR. Bukhari). Setelah itu disunahkan untuk membaca,

Panduan Shalat Lengkap

47

“Allahumma rabbanaa lakalhamdu mil-ussamaawaati wamil-ul ardhi wamil-u maa syi‘ta min syai-in ba’du ahlatstsanaa-i walmajdi laa maani’a limaa a’thaita walaa mu’thiya limaa mana’ta walaa yanfa’u dzaljaddi minkaljaddu”

(Ya Allah, wahai Rabb kami, bagi-Mu segala pujian. Pujian sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki sesudah itu) (HR. Bukhari). 8. Sujud Setelah i’tidal, lalu bersujud seraya mengucap takbir tanpa mengangkat kedua tangan. Boleh meletakkan kedua lutut terlebih dahulu, atau meletakkan kedua tangan terlebih dahulu baru kedua lutut. Setiap jemari tangan dan kaki dalam posisi menghadap kiblat dan jemari tangan saling berhimpit. Dalam bersujud seseorang harus bertumpu pada tujuh anggota badan dalam sujud: kening, hidung, dua tangan, dua lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki. Bacaan yang disunahkan antara lain: ‫ﺳﺒﺤﺎن رﰊ اﻷﻋﻠــﻰ‬ “Subhaana rabiyal a’laa”

(Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi), sebanyak tiga kali atau lebih. Atau berdasarkan hadits dari Aisyah bisa juga membaca, ‫ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ َرﺑـﱠﻨَــﺎ َوِﲝَ ْﻤـ ِـﺪ َك اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔـ ْـﺮ ِﱄ‬ َ َ‫ُﺳـ ْـﺒ َﺤﺎﻧ‬ “Subhaanakallaahumma rabbanaa wabihamdika allaahummaghfirlii”

(Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan pujian pada-Mu ya Allah, ampunilah aku). Atau boleh membaca doa yang lainnya yang dibaca Rasulullah saw., di antaranya: 48

Panduan Shalat Lengkap

ِِ َ َ‫ﺖ َوﻟ‬ َ ِ‫ت َوﺑ‬ َ َ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻟ‬ ُ ‫ﻚ َﺳ َﺠ ْﺪ‬ ُ ‫َﺳـﻠَ ْﻤ‬ ُ ‫ﻚ َآﻣْﻨ‬ ُ‫ـﺠ َﺪ َو ْﺟ ِﻬـﻲ ﻟﻠﱠــﺬي َﺧﻠَ َﻘــﻪ‬ ْ‫ﻚأ‬ َ ‫ﺖ َﺳ‬ ِِ ْ ‫وﺻ ـ ﱠﻮرﻩ ﻓَﺄَﺣﺴــﻦ ﺻــﻮرﻩ ﻓَﺸ ـ ﱠﻖ ﲰﻌــﻪ وﺑﺼــﺮﻩ ﻓَـﺘﺒــﺎرَك اﻟﻠﱠــﻪ أَﺣﺴــﻦ‬ ‫ﲔ‬ َ ‫اﳋَــﺎﻟﻘ‬ ُ َ ْ ُ َ ََ َُ َ َ َ ُ َ َْ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ “Allahumma laka sajadtu wabika aamantu walaka aslamtu sajada wajhii lilladzii khalaqahu washawwarahu fa ahsana shuwarahu fasyaqqa sam’ahu wabasharahu fatabaarakallaahu ahsanul khaaliqiin”

(Ya Allah, kepada-Mu-lah aku sujud, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku pasrah, wajahku sujud kepada Dzat yang menciptakannya, memperbagus rupanya, membelah pendengarannya, penglihatannya, Mahaberkah Allah, sebaik-baik Pencipta). ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُ‫ َو َﻋﻼَﻧﻴَﺘَــﻪُ َوﺳ ـﱠﺮﻩ‬، ُ‫ َوأَﱠوﻟَــﻪُ َوآﺧـ َـﺮﻩ‬، ُ‫ دﻗﱠــﻪُ َوﺟﻠﱠــﻪ‬: ُ‫اﻟﻠﱠ ُﻬـ ﱠﻢ ا ْﻏﻔـ ْـﺮ ﱄ ذَﻧْـِـﱯ ُﻛﻠﱠــﻪ‬ “Allaahummaghfirlii dzanbii kullahu: diqqahu wajillahu, wa awwalahu wa aakhiruhu, wa’alaaniyatahu wasirrahu”

(Ya Allah, ampunilah aku akan dosaku semuanya: yang kecil, yang besar, yang pertama, yang akhir, yang tampak, yang tersembunyi). (HR. Muslim) ‫ رواﻩ ﻣﺴـ ــﻠﻢ‬. ‫وح‬ ِ ‫ب اﳌﻼَﺋِ َﻜ ـ ِـﺔ َواﻟ ـ ـﱡﺮ‬ ‫ﻮح ﻗُـ ـﺪﱡوس ر ﱡ‬ ٌ ‫ُﺳـ ـﺒﱡ‬ َ ٌَ “Subbuuhun qudduusun rabbulmalaa-ikati warruuhi”

(Mahasuci, Mahabebas dari segala cacat, Pemelihara malaikat dan ruh). (HR. Muslim) ِ َ ‫إﱐ أَﻋــﻮذُ ﺑِ ِﺮﺿـ‬ ُ‫ وأﻋُــﻮذ‬،‫ـﻚ‬ َ ‫ـﻚ ِﻣـ ْـﻦ ﻋُ ُﻘﻮﺑَﺘِـ‬ َ ِ‫ َوِﲟ َﻌﺎﻓَﺎﺗـ‬، ‫ﻚ‬ َ ‫ـﺨ ِﻄ‬ َ ُ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ ﱢ‬ َ ‫ـﺎك ﻣـ ْـﻦ َﺳـ‬ ِ ‫ ﻻَ أُﺣ‬،‫ﻚ‬ .‫ﻚ‬ َ ‫ﺖ َﻋﻠَﻰ ﻧـَ ْﻔ ِﺴ‬ َ ‫ﺼﻲ ﺛـَﻨَﺎءً َﻋﻠَْﻴ‬ َ ‫ﻚ ِﻣْﻨ‬ َ ِ‫ﺑ‬ َ ‫ﺖ َﻛ َﻤﺎ أَﺛْـﻨَـْﻴ‬ َ ْ‫ﻚ أﻧ‬ ْ “Allaahumma innii a’uudzubiridhaaka min sakhathika, wabima’aafaatika min ‘uquubatika wa a’uudzubika minka laa uhshii tsanaa-an ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika”

(Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, aku berlindung dengan-Mu Panduan Shalat Lengkap

49

dari Engkau, aku tidak bisa menghitung pujian untuk-Mu, Engkau sebagaimana memuji diri-Mu). (HR. Muslim) Saat bersujud, baik dalam shalat fardhu maupun sunah, seseorang boleh memohon kebaikan dunia dan akhirat sebab pada saat itulah seorang hamba berjarak paling dengan dengan Allah. Rasulullah saw. bersabda, “Jarak terdekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah saat dia sedang bersujud, oleh sebab itu perbanyaklah doa (ketika sujud)” (HR. Muslim). Dalam bersujud posisi lengan direnggangkan dari badan, demikian pula perut dari kedua paha, dan kedua paha dari betis, sedangkan kedua lengan terangkat. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tegakkanlah kamu dalam bersujud dan janganlah seorang di antara kalian mengulurkan kedua lengannya seperti anjing (mengulurkan kedua kakinya)” (HR. Bukhari). 9. Duduk di antara dua sujud Setelah bersujud, kepala diangkat seraya mengucap takbir lalu duduk dengan posisi kaki kiri di bawah pantat, dan menegakkan kaki kanan hingga jari-jari kaki kanan menghadap kiblat. Kedua tangan diletakkan di atas paha dengan jari-jemari tepat di atas lutut seraya membaca doa, ِ ‫اﺟﺒُـ ـ ـ ْـﺮِﱐ َو ْاﻫـ ـ ـ ِـﺪِﱐ َو ْارُزﻗْـ ـ ـ ِـﲏ‬ ْ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ـ ـ ﱠﻢ ا ْﻏﻔ ـ ـ ْـﺮ ِﱄ َو ْارﲪَْ ـ ـ ِـﲏ َو‬ “Allaahummaghfirlii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii”

(Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, tutupilah kekuranganku, beri aku petunjuk, dan karuniakan rezeki untukku) (HR. Abu Dawud). Atau membaca doa: ‫ب ا ْﻏ ِﻔـ ـ ْـﺮ ِﱄ‬ ‫ب ا ْﻏ ِﻔـ ـ ْـﺮ ِﱄ َر ﱢ‬ ‫َر ﱢ‬ “Rabbighfirlii rabbighfirlii”

(Wahai Rabbku, ampunilah aku, wahai Rabbku, ampunilah aku). 50

Panduan Shalat Lengkap

(HR Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim) 10. Sujud yang kedua Setelah duduk dan membaca doa lantas kembali sujud yang kedua dengan cara yang sama. 11. Bangkit berdiri untuk rakaat selanjutnya Setelah sujud yang kedua kemudian mengangkat kepala seraya bertakbir dan duduk sejenak. Duduk ini disebut dengan duduk istirahah. Hukumnya sunah. Dalam duduk ini tidak ada dzikir maupun doa, karena setelah duduk sejenak lantas berdiri. Lalu kembali membaca al-Fatihah dan surat yang mudah. 12. Duduk tasyahud awal Setelah rakaat kedua sampai pada sujud yang kedua, dilanjutkan dengan duduk tahiyyat awal. Duduk yang disebut dengan duduk iftirasy ini hanya dilakukan pada shalat-shalat dengan jumlah rakaat tiga dan empat. Sedangkan untuk shalat Subuh yang hanya dua rakaat, kita tidak melakukan duduk tahiyyat awal melainkan langsung duduk tahiyyat akhir. Cara duduk tahiyyat awal sama dengan cara duduk di antara dua sujud, yaitu kaki kiri di bawah pantat (diduduki), dan kaki kanan ditegakkan. Tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dan jarijemari dalam posisi menggenggam kecuali jari telunjuk yang diacungkan sebagai lambang pernyataan tauhid. Kemudian membaca,

Panduan Shalat Lengkap

51

“Attahiyyaatuth thayyibaatush shalawaatu lillaahissalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuhus salaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu anlaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuuluhu. Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shallaita ‘alaa aali ibraahiima wabaarik ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarakta ‘alaa aali ibraahiima fil ‘aalamiina innaka hamiidun majiid”

(Segala penghormatan, rahmat, dan kebaikan semata-mata hanya milik Allah. Semoga shalawat dan salam sejahtera, dan berkah Allah dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi. Salam sejahtera semoga tercurah atas diri kami dan atas para hamba Allah yang salih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas diri Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat atas keluarga Ibrahim dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia). Ada ulama yang berpendapat bahwa pada saat tasyahud awal bacaan di atas hanya dibaca sampai pada kalimat: “asyhadu anlaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh”.

Namun ada yang berpendapat pula bahwa setelah membaca syahadatain di atas, dianjurkan untuk melanjutkan dengan membaca shalawat atas nabi (berarti dibaca sampai akhir). 13. Duduk tasyahud akhir Duduk tasyahud akhir berbeda dengan duduk tasyahud awal. Ada tiga posisi dalam duduk yang disebut dengan duduk tawaruk ini. - melipat kaki kiri dalam keadaan terjulur ke arah kanan dan duduk di atas lantai, sedangkan kaki kanan ditegakkan. - melipat kedua kaki dan menjulurkannya ke arah kanan. 52

Panduan Shalat Lengkap

-

melipat kedua kaki dan menjulurkan kaki kanan, sedangkan kaki kiri dimasukkan di antara paha dan betis kanan. Ketiga cara duduk ini dicontohkan oleh Rasulullah saw. sehingga boleh dikerjakan dengan memilih salah satunya. Kemudian membaca shalat seperti pada bacaan shalawat tahiyyat awal. Setelah membaca shalawat di atas, disunahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dengan mengucap: ِ َ ِ‫اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ إِ ﱢﱐ أَﻋﻮذُ ﺑ‬ ِ ‫اب ﺟﻬﻨﱠﻢ وِﻣـﻦ َﻋـ َﺬ‬ ِ ‫اب اﻟْـ َﻘ ِْﱪ َوِﻣـ ْـﻦ ﻓِْﺘـﻨَـ ِـﺔ اﻟْ َﻤ ْﺤﻴَــﺎ‬ ُ ُ ْ َ َ َ َ ‫ﻚ ﻣ ْﻦ َﻋ َﺬ‬ ِ ‫واﻟْﻤﻤ‬ ‫ـﻴﺢ اﻟـ ﱠﺪ ﱠﺟ ِﺎل‬ ِ ‫ﺎت َوِﻣ ْﻦ َﺷﱢﺮ ﻓِْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟْ َﻤ ِﺴ‬ ََ َ “Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama wamin ‘adzaabilqabri waminfitnatil mahyaa walmamaati wamin syarri fitnatilmasiihiddajjaal”

(Ya Allah, sungguh aku mohon perlindungan pada-Mu dari siksa neraka, siksa kubur, fitnah kehidupan, dan kematian, serta fitnah alMasih Dajjal) (HR. Bukhari-Muslim). Lalu dilanjutkan dengan memanjatkan doa dan permohonan kebaikan dunia dan akhirat. Dan di antara doa-doa yang dicontohkan Nabi saw.: ِ ِ ْ ُ‫ـﻚ ِﻣــﻦ اﳉـ‬ ‫ـﻚ ِﻣـ ْـﻦ أ ْن أ َُرﱠد إِ َﱃ أ َْرذَ ِل‬ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ ﱢ‬ َ ‫ َوأﻋُــﻮذُ ﺑِـ‬، ‫ـﱭ َواﻟﺒُ ْﺨـ ِـﻞ‬ َ َ ‫إﱐ أَﻋــﻮذُ ﺑـ‬ ِ ‫ـﻚ ِﻣ ْـﻦ ﻓِْﺘـﻨَ ِـﺔ اﻟـ َﻘ ِْﱪ‬ َ ِ‫ َوأَﻋُﻮذُ ﺑ‬، ‫ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ‬ َ ِ‫ َوأﻋُﻮذُ ﺑ‬، ‫اﻟﻌُ ُﻤ ِﺮ‬ “Allaahumma innii a’uudzubika minaljubni walbukhli, wa a’uudzubika min an uradda ilaa ardzalil’umurii, wa a’uudzubika minfitnatiddunyaa, wa a’uudzubika minfitnatilqabri”

(Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil. Aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke umur pikun, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, aku berlindung kepadaMu dari fitnah kubur). (HR. Bukhari)

Panduan Shalat Lengkap

53

“Allaahummaghfirlii maa qaddamtu wamaa akhkhartu wamaa asrartu wamaa a’lantu wamaa asraftu wamaa anta a’lamu bihi minnii antalmuqaddimu wa antalmu-akhkhiru laa Ilaaha illa anta”

(Ya Allah, ampunilah aku apa-apa yang aku dahulukan, apa yang aku akhirkan, yang aku sembunyikan, yang aku tampakkan, yang aku berlebih-lebihan, dari apa yang Engkau lebih mengetahui dengannya dariku. Engkau yang mendahulukan, Engkau yang mengakhirkan, tidak ada Ilah kecuali engkau). (HR. Muslim) 14. Membaca salam Shalat ditutup dengan salam, yaitu mengucap:

‫اﻟﺴــﻼم ﻋﻠﻴﻜــﻢ ورﲪــﺔ اﷲ‬ “Assalamu’alaikum warahmatullah”

(Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah atas dirimu), seraya menoleh ke arah kanan, dan sekali lagi membaca: “Assalaamu’alaikum warahmatullah”, seraya menoleh ke arah kiri. Sebagian ulama berpendapat bahwa ucapan salam pertama dan kedua hendaknya ditambah dengan “wabarakaatuh” (dan semoga berkah Allah juga terlimpah atas dirimu).

E. Amalan Sunah dalam Shalat 1. 2. 3. 2. 3. 4.

Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram. Mengangkat kedua tangan saat rukuk. Mengangkat kedua tangan saat bangkit dari rukuk. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Memandang ke arah tempat sujud. Membaca doa iftitah. 54

Panduan Shalat Lengkap

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Membaca ta’awudz. Membaca basmalah. Mengucapkan amin. Membaca surat lain usai membaca al-Fatihah. Mengeraskan suara dalam shalat yang bacaannya jelas. Merendahkan suara dalam shalat yang bacaannya pelan. Meletakkan telapak tangan dengan jari terbuka di lutut pada saat rukuk. Meluruskan punggung saat rukuk. Bertasbih lebih dari sekali saat rukuk dan sujud. Beristighfar lebih dari sekali saat duduk di antara dua sujud. Membaca: “mil-ussamaawaati wamil-ul ardhi wamil-u maa syi‘ta min syai-in ba’du” (sesudah membaca “Rabbanaa wa lakal hamd” pada saat i’tidal). Meletakkan lutut terlebih dahulu sebelum kedua telapak tangan saat bersujud dan mengangkat kedua tangan dahulu saat bangkit dari sujud. Merenggangkan kedua lutut saat bersujud. Mengangkat kedua tangan dengan jari dirapatkan sejajar pundak atau telinga (pada takbiratul ihram). Menghadapkan jemari kaki ke arah kiblat pada saat bersujud. Duduk iftirasy pada tasyahud awal. Duduk tawaruk pada tasyahud akhir. Meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri. Sujud di atas tujuh anggota sujud. Menoleh ke kiri dan ke kanan saat mengucap salam. Duduk istirahat.

E. Amalan yang Mubah (Boleh)

1. Membaca lebih dari satu surat selain al-Fatihah. 2. Menegur imam, yakni jika imam melakukan kesalahan dengan Panduan Shalat Lengkap

55

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

ucapan subhanallah dengan suara keras. Ini berlaku untuk lelaki, sedangkan untuk perempuan cukup menepuk tangan. Mengenakan pakaian tertentu. Melipat sorban. Menyingkirkan binatang yang berbahaya. Membaca ayat awal, tengah, ataupun akhir surat dalam AlQur’an. Meludah. Meletakkan pandangan di depan tempat shalat. Membaca ta’awudz. Bersujud di atas baju atau sorban karena uzur. Membaca hamdallah saat bersin. Membalas salam dengan isyarat. Berjalan mendekati tabir shalat. Mengenakan terompah yang suci. Memohon perlindungan pada Allah dari setan.

F. Amalan yang Haram atau Makruh 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Menoleh ke kiri dan ke kanan tanpa ada keperluan. Menengadahkan pandangan mata ke atas. Memejamkan mata pada saat shalat tanpa ada keperluan. Memandang ke sesuatu yang dapat melalaikan diri. Shalat di tempat yang dapat mengganggu kekhusyukan. Berjongkok dan menjulurkan tangan saat bersujud. Mempermainkan anggota badan, pakaian, atau yang lainnya tanpa ada keperluan. Meletakkan kedua tangan di atas perut. Berkipas-kipas. Menggenggam jemari. Mendirikan shalat bertepatan dengan waktu makan. Shalat sambil menahan buang hajat.

56

Panduan Shalat Lengkap

13. Shalat dalam keadaan mengantuk. 14. Mengistimewakan tempat tertentu dalam masjid untuk shalat kecuali imam. 15. Mengulang al-Fatihah lebih dari sekali dalam satu rakaat. 16. Memakai penutup mulut dan menjulurkan pakaian hingga ke tanah (untuk laki-laki). 17. Memintal-mintal rambut atau pakaian dalam shalat. 18. Menyandarkan tubuh pada tangan dalam posisi duduk. 19. Mengusap-usap kening. 20. Sering menggoyang-goyangkan badan. 21. Shalat di tempat pembuangan sampah, di tempat penyembelihan ternak, di tengah jalan raya, di kamar kecil, di kandang hewan, dan di kuburan. 22. Menguap. 23. Shalat di belakang barisan yang tidak terisi. 24. Memberi syarat dengan kedipan mata, mengangkat alis, atau gerakan tangan tanpa ada keperluan yang mendesak.

G. Amalan yang Dilarang atau Membatalkan Apabila seseorang melakukan amalan yang dilarang dalam shalat maka shalatnya tidak sah alias batal. Amalan yang dilarang dalam shalat antara lain: 1. Sengaja mengucap salam. 2. Sengaja berbicara. 3. Tertawa terbahak-bahak. 4. Makan dan minum. 5. Banyak bergerak yang tidak mendesak. 6. Sengaja menambah jumlah rakaat atau gerakan shalat yang lainnya. 7. Meninggalkan rukun atau syarat sah shalat dengan sengaja tanpa alasan.

Panduan Shalat Lengkap

57

Bab V

Dzikir dan Doa Setelah Shalat

Selepas shalat, hendaknya jangan tergesa-

gesa meninggalkan tempat shalat untuk melakukan aktivitas lain, namun disunahkan untuk berdzikir dan berdoa terlebih dahulu. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang dzikir (ingat) kepada Allah dengan orang yang tidak dzikir (ingat) kepada Allah, bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dengan yang mati” (HR. Bukhari). Rangkaian dzikir dan doa seusai shalat yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. adalah sebagai berikut:

A. Membaca Istighfar 3 Kali Tsauban ra. berkata, “Adalah Rasulullah saw. jika selesai shalat membaca istighfar (astaghfirullahal’adzim) sebanyak 3 kali. (Ya Allah, Engkau AsSalam, dan daripada-Mu semua keselamatan, Mahaberkah Engkau Yang Mahamulia dan Mahabesar)” (HR. Muslim). 58

Panduan Shalat Lengkap

B. Membaca doa

ِْ ‫اﳉَـ َـﻼ ِل َو‬ ‫اﻹ ْﻛـ َـﺮِام‬ ْ ‫ـﺖ َذا‬ َ ‫ـﺖ اﻟ ﱠﺴ َـﻼ ُم َوِﻣْﻨ‬ َ ‫ـﻚ اﻟ ﱠﺴـ َـﻼ ُم ﺗَـﺒَ َﺎرْﻛـ‬ َ ْ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ أَﻧ‬

“Allahumma antas salam wa minkas salam, tabaarakta dzal jalaali wal ikraam.”

(Ya Allah, Engkau Dzat yang Maha memberi keselamatan. Darimu keselamatan, Mahaberkah Engkau, Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan). (HR. Muslim) ِ ِ ِ ِ ‫اﳉَـ ﱡﺪ‬ ْ ‫ﺖ َوَﻻ ﻳـَْﻨـ َﻔ ُـﻊ َذا‬ ْ ‫ـﻚ‬ َ ‫اﳉَـ ﱢﺪ ِﻣْﻨـ‬ َ ‫ﺖ َوَﻻ ُﻣ ْﻌﻄ َﻲ ﻟ َﻤﺎ َﻣﻨَـ ْﻌ‬ َ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻻ َﻣﺎﻧ َﻊ ﻟ َﻤﺎ أ َْﻋﻄَْﻴ‬ “Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita walaa mu’thiya limaa mana’ta walaa yanfa’u dzaljaddi minkaljaddu”

(Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau beri, tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau halangi, dan tidak bermanfaat harta seseorang darinya dari (siksaan-Mu). (HR. Bukhari)

“Laa Ilaaha illallahu wahdahulaa syariikalahu lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Laa haula walaa quwwata illaa billaahi laa Ilaaha illallaahu walaa na’budu illaa iyyaahu walahunni’matu walahulfadhlu walahutstsanaa-ul hasanu laa Ilaaha illallaahu mukhlishiina lahuddiina walaukarihal kaafiruun”

(Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk-Nya segala pujian, untuk-Nya segala kerajaan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. MilikNya segala kenikmatan, segala karunia. Milik-Nya segala pujian yang baik. Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah, (dengan) Panduan Shalat Lengkap

59

mengikhlaskan diin untuk-Nya, walaupun orang orang kafir tidak suka). (Ibnu Abi Syaibah dan Nasa’i)

C. Membaca Tasbih, Takbir, dan Tahmid 33 kali Abu Hurairah ra. berkata, “Orang-orang fakir miskin dari kalangan Muhajirin datang kepada Nabi saw., mengeluh dan berkata, ‘Orangorang kaya telah memborong semua pahala dan tingkat-tingkat tinggi serta kebahagiaan yang abadi, mereka shalat dan puasa sebagaimana kami shalat dan puasa, tetapi mereka mempunyai sisa-sisa harta untuk berhaji, berumrah, berjuang, dan sedekah.’ Maka sabda Nabi saw., ‘Sukakah aku ajarkan kepada kamu sesuatu yang dapat mengejar (pahala) orang-orang yang telah dulu dari kamu dan orang yang kemudian dan tidak ada orang yang lebih utama daripada kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatan kamu?’ Jawab mereka, ‘Baiklah, ya Rasulullah.’ Maka bersabda Nabi, ‘Kamu baca tasbih (subhanallah), takbir (Allahu akbar), dan tahmid (alhamdulillah) tiap selesai shalat masing-masing 33 kali’” (HR. Bukhari dan Muslim).

D. Membaca Tahlil Pelengkap Seratus

.‫اﳊَ ْﻤ ُـﺪ َوُﻫ َـﻮ َﻋﻠَـﻰ ُﻛ ﱢـﻞ َﺷ ْـﻲ ٍء ﻗَـ ِـﺪ ٌﻳﺮ‬ ْ ُ‫ـﻚ َوﻟَـﻪ‬ ُ ‫ﻳﻚ ﻟَـﻪُ ﻟَـﻪُ اﻟْ ُﻤ ْﻠ‬ َ ‫ﻻ إِﻟَـﻪَ إِﱠﻻ اﻟﻠﱠـﻪُ َو ْﺣ َـﺪﻩُ َﻻ َﺷـ ِﺮ‬ “Tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan, milik-Nya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.” (HR Imam Malik, Imam Ahmad, dan Abu ‘Awanah)

E. Membaca Ayat Kursi, Surat al-Ikhlas, al-Falaq, anNas. (HR. Nasa’i dan Thabrani) F. Membaca Doa-Doa “Rabb kamu telah berkata, ‘Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagimu.’” (QS. al-Mu’min: 60) Nabi juga bersabda, “Doa itu ibadah” (HR. Abu Dawud dan atTirmidzi). Berdoa memiliki adab-adab tertentu. Yakni dimulai dengan 60

Panduan Shalat Lengkap

basmallah karena basmallah berarti kita melakukan semuanya ini untuk Allah. Lalu ucapkan hamdallah, karena semua pujian memang hanya layak kita persembahkan untuk Allah. Lalu baca shalawat untuk nabi, karena atas jasa beliaulah kita umatnya ini bisa keluar dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yaitu iman dan Islam. Lantas berdoa dengan doa yang disunahkan. Beberapa macam doa yang biasa diucapkan oleh Rasulullah saw.: ‫ـﺎف َواﻟْــﻐِ َﲎ‬ َ ‫ﻚ ا ْﳍـُ َـﺪى َواﻟﺘﱡـ َﻘــﻰ َواﻟْ َﻌ َﻔـ‬ َ ُ‫َﺳ ـﺄَﻟ‬ ْ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ إِ ﱢﱐ أ‬ “Allaahumma innii as alukalhuda wattuqaa wal ‘afaafa walghinaa”

(Ya Allah, saya mohon kepada-Mu petunjuk [hidayat], dan ketakwaan, dan keluhuruan budi, dan kekayaan). (HR. Muslim) ‫اﻟﻠﱠ ُﻬـ ـ ـ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔ ـ ـ ْـﺮ ِﱄ َو ْارﲪَْ ـ ـ ِـﲏ َو َﻋ ـ ــﺎﻓِِﲏ َو ْارُزﻗْ ـ ـ ِـﲏ‬ “Allaahummaghfirlii warhamnii wa ‘aafinii warzuqnii”

(Ya Allah, ampunilah aku dan kasihanilah aku, selamatkanlah aku, dan berilah rezeki kepadaku). (HR. Muslim)

“Allaahumma innii zhalamtu nafsii zhulman kabiiran waqaala qutaibatu katsiiran walaa yaghfirudznuuba illa anta faghfirlii maghfiratan min ‘indika warhamnii innaka antalghafuururrahiim”

(Ya Allah, sungguh aku telah menganiaya diriku dengan penganiayaan yang banyak, dan tidak ada yang dapat mengampunkan dosadosa kecuali Engkau maka ampunkanlah aku dengan pengampunan yang langsung dari-Mu, dan kasihanilah aku. Sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). (HR. Bukhari dan Muslim) ِ ‫ـﻚ‬ َ ِ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ـ ﱠﻢ أ َِﻋـ ﱢـﲏ َﻋﻠَــﻰ ذ ْﻛ ـ ِﺮَك َو ُﺷ ـ ْﻜ ِﺮَك َو ُﺣ ْﺴ ـ ِﻦ ِﻋﺒَ َﺎدﺗـ‬ “Allaahumma a’inni ‘alaa dzikrika wasyukrika wahusni ‘ibaadatika”

Panduan Shalat Lengkap

61

(Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa dapat mengingat-Mu dan bersyukur pada-Mu, dan membaikkan ibadah untuk-Mu). (HR. Abu Dawud dan Nasa’i) ِ ‫رﺑـﱠﻨﺎ ﺗَـ َﻘﺒﱠﻞ ِﻣﻨﱠﺎ إِﻧﱠﻚ أَﻧْﺖ اﻟ ﱠﺴ ِﻤ‬ ِ ‫ﻴﻢ‬ َ ‫ﺐ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ إِﻧﱠ‬ َ ْ‫ـﻚ أَﻧ‬ َ َ ُ ‫ـﺖ اﻟﺘﱠـ ﱠﻮ‬ ْ ُ‫ﻴﻢ َوﺗ‬ ُ ْ ََ ُ ‫اب اﻟـ ﱠﺮﺣ‬ ُ ‫ﻴﻊ اﻟْ َﻌﻠ‬ “Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antassamii’ul ’aliimu watub ’alainaa innaka antattawwaabur rahiim”

(Wahai pemelihara kami, terimalah dari kami dan berilah ampun kepada kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Mahabelas kasih).

62

Panduan Shalat Lengkap

Shalat Jamaah

Shalat akan lebih afdhal jika dilakukan

secara berjamaah. “Dari Qabats bin asy-Syam al-Laitsi ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Shalatnya dua orang laki-laki yang diimami oleh salah seorang dari keduanya adalah lebih baik di sisi Allah daripada shalatnya empat orang secara sendiri-sendiri. Shalatnya empat orang dengan berjamaah lebih baik di sisi Allah daripada shalatnya delapan orang secara sendiri-sendiri. Dan shalatnya delapan orang yang diimami oleh salah seorang di antara mereka lebih baik di sisi Allah daripada shalatnya seratus orang secara sendiri-sendiri.” (HR. Al-Bazar dan Thabrani) Pendapat yang rajih bahwa hukum shalat berjamaah di masjid yang dikumandangkan adzan jika tidak ada uzur adalah wajib. Ini berdasarkan sabda Rasulullah saw., Panduan Shalat Lengkap

63

“Tiadalah tiga orang tinggal di suatu desa atau bukit yang tidak ditegakkan di tengah mereka shalat berjamaah, kecuali setan akan menguasai mereka. Maka wajib atas kalian menegakkan shalat berjamaah karena sesungguhnya serigala hanya akan memakan kambing yang sendirian yang berada jauh dari teman-temannya” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i). Selain itu, masih ada sabda Rasulullah saw. yang lain, “Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku sangat ingin memerintahkan untuk menyiapkan kayu bakar dan membakarnya, lalu menyuruh dikumandangkan adzan untuk shalat serta menyuruh seseorang untuk mengimami shalat, lantas aku berpaling menuju orang-orang yang tidak mau mengerjakan shalat berjamaah untuk membakar rumah-rumah mereka bersama-sama sekalian” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Malik dengan lafadz yang berbeda-beda). Selanjutnya, ada cerita tentang orang buta yang datang kepada Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah, pria buta itu berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya tidak ada orang yang menuntunku ke masjid.” Maka dia meminta Rasulullah saw. agar memberinya rukhsah atau keringanan baginya untuk mengerjakan shalat di rumahnya. Rasulullah pun memberikan keringanan baginya. Namun ketika dia beranjak pulang, Rasulullah saw. kembali memanggilnya. Beliau bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?” Dia menjawab, “Ya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Penuhilah panggilan adzan tersebut.” (HR. Muslim) Lebih jelas lagi adalah apa yang dituturkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra.:

64

Panduan Shalat Lengkap

“Barangsiapa suka bertemu Allah esok hari dalam kondisi muslim, hendaklah menjaga shalat-shalat tersebut di mana dikumandangkan adzan untuknya, karena Allah telah mensyariatkan untuk Nabi kalian sunahsunah petunjuk, dan shalat jamaah termasuk sunah yang membawa petunjuk, dan kalau kalian shalat di rumah-rumah kalian seperti shalatnya munafik ini kalian pasti meninggalkan sunah Nabi kalian, dan kalau kalian meninggalkan sunah Nabi kalian, pasti kalian sesat, dan tidaklah seseorang bersuci dan memperbagus sucinya, kemudian sengaja ke masjid, dari masjid-masjid ini, kecuali Allah tulis untuknya setiap langkah yang ia lakukan satu kebaikan dan diangkat satu derajat, serta dihapus satu kesalahan. Dan sungguh kami melihat, dan tidak ada yang absen ketinggalan dari shalat jamaah kecuali seorang munafik yang jelas diketahui kemunafikannya, dan sungguh ada seseorang yang dipapah oleh dua orang sampai diberdirikan di shaff.” (HR. Muslim)

A. Keutamaan Shalat Berjamaah Keutamaan shalat berjamaah antara lain, ganjarannya akan dilipatkan menjadi 25-27 kali lipat daripada shalat munfarid atau shalat sendirian. Ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar: dari Ibnu Umar ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Shalat berjamaah adalah 27 derajat lebih utama dibanding shalat sendirian” (HR. Malik, Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi). Shalat berjamaah menjadi penyebab terbebasnya sesorang dari neraka dan kemunafikan, dalam hadits dikatakan, “Siapa yang shalat empat puluh hari berjamaah, tidak ketinggalan takbiratul ihram, ditulis baginya dua kebebasan, bebas dari nifak, dan bebas dari neraka.” (HR Turmudzi, Baihaqi di Syu’abil Iman) Panduan Shalat Lengkap

65

Selain itu, masih ada keutamaan yang lain. Terdapat hadits yang menyebutkan bahwa orang yang selalu berkumpul di masjid dan menjadi ahli masjid maka malaikat akan menjadi sahabatnya. Jika ia sakit, malaikat akan menengoknya dan akan membantunya dalam setiap pekerjaannya. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menerangkan,

Rasulullah saw. bersabda, “Shalat seseorang dengan berjamaah dilipatgandakan 25-27 kali lipat dibandingkan dengan shalat di rumah atau di tokonya. Yang demikian itu karena apabila seseorang berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid semata-mata untuk melaksanakan shalat, maka tidaklah ia melangkah satu langkah, melainkan ditingkatkan baginya satu derajat, dan dihapuskan baginya satu kesalahan sehingga ia masuk masjid. Jika ia masuk masjid (dihitung) dalam shalat selama urusan shalat yang menahannya, dan malaikat selalu bershalawat untuknya selama ia berada di tempat shalatnya dan selama ia tidak berhadas: ‘Ya Allah, limpahkan kesejahteraan untuknya. Ya Allah, rahmatilah ia.’ Dan ia senantiasa dianggap shalat selama ia sedang menunggu shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim) Shalat berjamaah sudah bisa ditegakkan jika terdapat dua orang, yakni seorang menjadi imam, dan seorang menjadi makmum. 66

Panduan Shalat Lengkap

Setiap kali jumlah orang yang mengikuti jamaah bertambah maka semakin bertambah pula cinta Allah SWT kepadanya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Shalat yang dilakukan seseorang bersama satu orang temannya lebih banyak pahalanya daripada shalat yang ia kerjakan sendirian. Sedangkan shalat yang dilakukan seseorang bersama dua orang temannya adalah lebih banyak pahalanya daripada shalat yang dikerjakan bersama satu orang temannya. Yang lebih banyak jumlahnya lebih dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Baihaqi).

B. Berjamaah di Masjid Mengerjakan shalat berjamaah di masjid lebih utama. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya orang yang paling besar pahalanya di dalam shalat jamaah adalah yang paling jauh berjalannya menuju tempat shalat berjamaah (masjid) itu.” (HR. Muslim). Para wanita juga diberi hak untuk menghadiri shalat berjamaah di masjid, jika diyakini aman dari fitnah dan tidak dikhawatirkan terjadinya gangguan terhadap mereka. Hal ini berlandaskan sabda Rasulullah saw, “Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah dari masjid-masjid Allah, hendaklah mereka keluar dalam keadaan tanpa wewangian.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud) Jika datang ke masjid, hendaklah seseorang itu berjalan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa sebab dia akan mendatangi tempat pertemuan dirinya dengan Allah SWT. Dia tidak perlu tergesa-gesa meskipun dia tertinggal dari shalat jamaah. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Muslim, “Apabila kalian mendatangi shalat berjamaah maka wajib atas kalian bersikap tenang, apa yang kalian dapatkan maka kerjakanlah shalat, dan apa yang kalian tertinggal maka sempurnakanlah.” Lalu ketika sudah masuk masjid hendaknya mendahulukan kaki kanan saat memasukinya seraya berdoa: “Allahummaftah lii abwaaba rahmatik” (Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu). Panduan Shalat Lengkap

67

Kemudian setelah di dalam masjid, sebaiknya jangan langsung duduk, melainkan melakukan shalat sunah tahiyyatul masjid sebanyak dua rakaat. Ini berdasarkan hadits dari Rasulullah saw., “Apabila salah seorang di antara kalian masuk ke dalam masjid maka janganlah dia duduk sampai mengerjakan shalat sunah dua rakaat.” (HR. Muslim) Kehadiran imam yang telat tidaklah menjadi soal bagi seseorang yang menanti shalat, karena menanti shalat sama saja dengan shalat, ditambah lagi dengan tambahan doa dari para malaikat selama dia masih di dalam masjid dan belum berhadas. Bila iqamah telah dikumandangkan maka seseorang boleh saja berdiri di awal iqamah, di tengah, atau di akhir iqamah, sebab Rasulullah saw. tidak menentukan kapan seseorang harus berdiri saat iqamah. Tujuan iqamah adalah agar setiap orang bersiap-siap memulai shalat supaya tidak tertinggal takbiratul ihram bersama imam. Kemudian setelah berdiri bersama imam, hendaknya makmum meluruskan barisan shaf. Anas bin Malik meriwayatkan, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shafshaf itu sebagian dari sempurnanya shalat.’” (HR. Ibnu Majah)

C. Mengatur Shaf Hukum meluruskan barisan dalam shaf itu wajib, sebab tidak meluruskan shaf dalam shalat jamaah termasuk menyalahi perintah. Dari Nu’man bin Basyir, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian tidak meluruskan shaf kalian, niscaya Allah akan membuat kalian saling bermusuhan” (HR. Bukhari). Adapun cara mengatur shaf adalah sesuai dengan hadits Nabi sebagai berikut: Dari Anas dari Nabi saw. bersabda, “Dirikanlah shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku ini melihat kalian dari belakang punggungku.” Berkata Anas, “Dan seorang di antara kami menempelkan pundaknya dengan pundak temannya dan (menempelkan) sisi telapak kaki dengan sisi telapak kaki temannya.” 68

Panduan Shalat Lengkap

Sedangkan hadits dari Nu’man bin Basyir menerangkan, “Maka aku melihat seseorang menempelkan pundaknya dengan pundak sahabatnya, dan (menempelkan) lututnya dengan lutut sahabatnya, dan mata kakinya dengan mata kaki (sahabat)nya” (HR. Abu Dawud). Barisan shaf terdepan hendaknya dipenuhi terlebih dahulu untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan barisan shaf yang harus dipenuhi dulu adalah yang paling belakang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Muslim, “Barisan terbaik bagi kaum lelaki adalah yang terdepan, sementara yang terburuk adalah yang paling belakang. Barisan terbaik bagi wanita adalah yang paling belakang, sementara yang terburuk adalah yang terdepan.”

D. Tentang Bacaan Amin Dalam shalat jamaah Subuh, Maghrib, dan Isya, ketika imam selesai membacakan bacaan al-Fatihah dengan keras, makmum disunahkan untuk ikut membaca amin. Usahakan bacaan amin tersebut bersamaan dengan amin sang imam. Karena bacaan amin imam itu dibarengi dengan bacaan amin malaikat, padahal barangsiapa bacaan aminnya bersamaan dengan malaikat maka dosa-dosanya akan diampuni Allah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Jamaah: Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Apabila imam mengucapkan: ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliiin, maka ucapkanlah: aamin! Maka barangsiapa bertepatan ucapannya itu dengan ucapan para malaikat, diampunkan baginya apa-apa yang telah lewat dari dosanya.””

E. Masbuq (Tertinggal dari Shalat Jamaah) Masbuq adalah yang ketinggalan shalat berjamaah, sekalipun hanya ketinggalan takbiratul ihram. Seorang makmum masbuq saat memasuki shalat jamaah harus mengikuti apapun posisi imam pada saat itu baik pada saat rukuk, sujud, duduk, maupun berdiri. Hal ini disandarkan pada sabda Rasulullah saw., “Apabila salah seorang Panduan Shalat Lengkap

69

di antara kalian mendatangi shalat jamaah sedangkan imam sedang mengerjakan suatu rukun, hendaklah dia mengerjakan seperti apa yang dikerjakan oleh imam” (HR. Tirmidzi). Setelah imam salam maka ia menambah rakaat yang tertinggal. Meskipun ada beberapa rukun shalat yang tertinggal pada rakaat yang tertinggal, asal ia menambah rakaat yang kurang, ia tidak perlu sujud sahwi. Jika mendapati imam sudah rukuk sewaktu dia menyusul shalat maka ada dua pendapat dalam hal menggantinya: 1. Dia harus mengganti rakaat yang tertinggal sebelum imam rukuk tadi secara utuh sebab dia belum sempat membaca surat alFatihah dalam rakaat tadi. Berdasarkan hadits, “Laa shaalat liman lam yaqra’ bifaatihatil kitab” (tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihahnya kitab (surat al-Fatihah) (HR. Bukhari dan Muslim). Memang ada yang berpendapat bahwa makmum tidak perlu membaca al-Fatihah, berdasarkan ayat dalam Al-Qur’an, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah oleh kalian akan dia dan diamlah kalian agar kalian dibelaskasihani” (QS. al-A’raf: 203). Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Daruquthni, “Barangsiapa shalat di belakang imam maka sesungguhnya bacaan imam itu merupakan bacaan baginya.” Namun terdapat hadits dari ‘Ubadah bin Shamit yang menerangkan bahwa ketentuan itu berlaku kecuali untuk bacaan al-Fatihah. Dari Ubadah bin Shamit ra., berkata, “Adalah kami di belakang Rasulullah saw. pada shalat fajar/Subuh maka membacalah Rasulullah saw., dan beratlah atas beliau bacaan itu. Maka ketika sudah selesai beliau bersabda, ‘Barangkali kalian membaca (bacaan Al-Qur’an) di belakang imam kalian?’ Kami berkata, ‘Ya, ini (orang yang membaca), wahai Rasulullah!’ Beliau bersabda, ‘Janganlah memperbuat yang demikian, kecuali dengan Fatihahnya Kitab (surat al-Fatihah), karena sesungguhnya tidak 70

Panduan Shalat Lengkap

ada shalat bagi orang yang tidak membaca dengannya.’’’ Menurut Abu Hurairah ra. bacaan al-Fatihah untuk makmum ini cukup dirinya saja yang mendengar. Sebab Rasulullah saw. melarang makmum membaca dengan keras (jihar) di belakang Rasulullah saw. karena mengganggu imam. Larangan itu tidak berlaku untuk bacaan al-Fatihah, sebab tidak sah shalat seseorang tanpa bacaan al-Fatihah. 2. Pendapat yang rajih makmum tidak kehilangan rakaat ketika dia mendapatkan rukuknya imam. Apabila makmum masih mendapatkan imam dalam keadaan rukuk lalu dia bisa segera menyusul rukuk kemudian bangkit i’tidal bersama imam maka dia ditetapkan mendapatkan rakaat tersebut. Hal ini didasarkan pada kisah ketika Abu Bakrah mendapati Rasulullah saw. sedang rukuk, dia pun langsung rukuk sebelum sampai pada shaf. Usai shalat dia memberitahu Rasulullah saw. dan beliau bersabda, “Mudah-mudahan Allah menambahkan semangatmu dan jangan kamu ulangi lagi” (HR. Bukhari). Kenyataannya, Rasulullah saw. tidak memerintahkan Abu Bakrah untuk mengulangi rakaatnya yang dilakukan tanpa membaca alFatihah. Selanjutnya, bila makmum telah ketinggalan rakaat, dia diharuskan mengganti rakaat yang tertinggal tadi usai imam salam. Jadi, setelah imam salam, dia bangkit lagi untuk menyelesaikan rakaatnya yang kurang. Misal bila dia mendapati jamaah shalat Maghrib ketika imam sudah sampai pada rakaat terakhir, berarti dia mengganti dua rakaat yang awal.

Panduan Shalat Lengkap

71

Macam-Macam Shalat

A. Shalat Fardhu dan Waktunya Ubadah bin Shamit mengatakan: aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Ada lima shalat yang diwajibkan Allah pada hamba-Nya. Siapa saja yang mendirikan kelimanya tanpa meninggalkan satu pun karena meremehkan hak shalat yang lima itu maka dia telah berhak mendapat janji Allah untuk memasukkan dirinya ke surga. Siapa saja yang tidak mendirikan kelimanya maka dia tidak mendapat janji Allah. Jika berkehendak, Allah akan mengazabnya. Jika berkehendak, niscaya Dia akan mengampuninya” (HR. Abu Dawud). Perintah shalat yang lima itu sendiri ada sejarahnya. Pada saat isra’ mi’raj, Rasulullah saw. mendapatkan perintah shalat. Beliau diperintah72

Panduan Shalat Lengkap

kan Allah untuk menjalankan shalat 50 kali. Ketika Rasul turun dari sidratulmuntaha, Rasul bertemu dengan Nabi Musa yang merasa terkejut ketika mengetahui bahwa Muhammad saw. mendapatkan perintah untuk menjalankan shalat 50 kali. “Umatmu tidak akan kuat!” kata beliau. Lalu Nabi Musa menyuruh Rasulullah saw. untuk menghadap Allah lagi dan meminta keringanan. Rasulullah pun kembali menghadap Allah, dan perintah shalat tersebut dikurangi menjadi 5. Rasul turun lagi dan bertemu Nabi Musa kembali. Nabi Musa masih menyuruh Rasul kembali menghadap pada Allah dan meminta keringanan lagi. Begitulah seterusnya hingga akhirnya perintah shalat hanya tinggal 5 kali dalam sehari. Shalat fardhu diisyaratkan dalam Al-Qur’an Al-Karim dalam beberapa ayat, di antaranya: ِ ِ ‫أَﻗِ ِﻢ اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﱠﻤ‬ ‫ﺲ إِ َﱃ َﻏ َﺴ ِﻖ اﻟﻠﱠْﻴ ِﻞ َوﻗُـ ْـﺮآَ َن اﻟْ َﻔ ْﺠ ِﺮ إِ ﱠن ﻗُـ ْـﺮآَ َن اﻟْ َﻔ ْﺠ ِﺮ َﻛﺎ َن‬ ْ ‫ﺼ َﻼةَ ﻟـ ُـﺪﻟُﻮك اﻟﺸ‬ ‫ﻮدا‬ ً ‫َﻣ ْﺸـ ُـﻬ‬ “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. al-Isra’: 78) Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima: tergelincir matahari adalah waktu untuk shalat Dzuhur dan Asar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya. ِ ِ ِ ِ ‫ﻚ‬ ْ ‫ﱠﻬﺎ ِر َوُزﻟًَﻔـ ــﺎ ِﻣ َﻦ اﻟﻠﱠْﻴ ِﻞ إِ ﱠن‬ ‫َوأَﻗِـ ِﻢ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﱭ اﻟ ﱠﺴﻴﱢﺌَﺎت َذﻟ‬ َ ْ ‫اﳊَ َﺴـ ــﻨَﺎت ﻳُ ْﺬﻫ‬ َ ‫ﺼ َﻼ َة ﻃَـ ـ َـﺮ َِﰲ اﻟﻨـ‬ ِ ِ ‫ِ ﱠ‬ ‫ﻳﻦ‬ َ ‫ذ ْﻛـ ـ َـﺮى ﻟﻠـ ـﺬاﻛ ِﺮ‬ “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan dari malam. Sesungguhnya perbuatanperbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114) Shalat lima waktu secara lebih detail dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Waktu Dzuhur ialah bila matahari sudah 73 Panduan Shalat Lengkap

condong (ke barat) hingga bayang-bayang orang seperti tingginya, selama belum masuk waktu Asar. Akhir waktu Asar itu selama belum menguning matahari. Waktu shalat Maghrib hingga sebelum hilangnya awan (mega) merah. Waktu shalat Isya ialah hingga tengah malam. Waktu shalat Subuh dimulai dari terbit fajar hingga sebelum terbit matahari. Apabila matahari sudah terbit, berhentilah shalat sebab matahari itu terbit di antara sepasang tanduk setan” (HR. Muslim). Jadi, waktu Subuh ketika terbit fajar shadiq sampai menjelang terbit matahari, utamanya di awal waktu. Waktu dzuhur adalah ketika matahari tergelincir sampai bayang-bayang sama dengan bendanya. Waktu asar dimulai ketika bayangan benda melebihi bendanya dua kali lipat. Ini adalah waktu yang dibolehkan. Sementara waktu terpaksanya bagi yang mempunyai uzur adalah sampai menjelang matahari tenggelam. Waktu maghrib dimulai ketika terbenam matahari sampai hilangnya mega merah. Waktu isya dimulai sejak hilangnya mega merah sampai pertengahan malam, sedangkan pertengahan malam sampai menjelang fajar adalah waktu terpaksa bagi yang mempunyai uzur. Waktu afdhal Isya adalah sepertiga malam awal bagi yang dapat shalat berjamaah. Masing-masing dari shalat fardhu memiliki keutamaannya. Misalnya saja, shalat Subuh dan shalat Asar. Bukhari dan Muslim meriwayatkan: Abu Musa ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang shalat pada dua waktu yang dingin: Subuh dan Asar akan masuk surga.” Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang shalat Subuh sebelum terbit matahari dan shalat Asar sebelum terbenam matahari” (HR. Muslim). Disebutkan juga dalam sebuah hadits, “Barangsiapa meninggalkan shalat Asar maka rusak semua amalannya” (HR. Bukhari). “Siapa yang telah shalat Isya berjamaah, seolah-olah bangun setengah malam, dan siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka bagaikan shalat satu malam penuh.” 74

Panduan Shalat Lengkap

B. Shalat Jum’at Setiap lelaki yang sudah baligh, berakal sehat, merdeka, tidak sedang dalam perjalanan, dan tidak ada halangan, wajib mendirikan shalat Jum’at. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum’at maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. al-Jumu’ah: 9). Hari Jum’at mempunyai lima keistimewaan. Pertama, Allah menciptakan Adam. Kedua, menurunkan Adam ke bumi dan mematikan Adam. Ketiga, Allah akan mengabulkan permintaan kecuali yang haram. Keempat, saat kiamat datang. Kelima, malaikat, langit, bumi, angin, gunung, dan lautan semua welas dengan hari Jum’at. Ini didasarkan pada sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim: “Hari terbaik saat matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari itu, Allah SWT menciptakan Adam. Pada hari itu, dia dimasukkan surga dan pada hari itu pula dia keluar dari surga.” Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan, “Mandi hari Jum’at itu wajib bagi setiap yang bermimpi junub. Hendaknya dia bersiwak dan memakai wewangian apabila dia mampu.” Shalat Jum’at wajib dilakukan secara berjamaah di masjid. Hendaklah seseorang yang hendak ke masjid bersuci terlebih dahulu, membersihkan diri dari bau-bauan yang tidak sedap, membersihkan mulut, dan menggosok gigi agar bau mulut menjadi sedap. Selain itu, pakailah pakaian yang terindah. Begitulah sebagian dari etika mendatangi masjid. Disunahkan saat hari Jum’at membaca istighfar: ِ ِ ‫أ‬ ِ ِ ‫ب إِﻟَْﻴ ِـﻪ‬ ْ ُ ‫َﺳﺘَـ ْﻐﻔ ُﺮ اﷲَ اﻟﱠﺬي ﻻَ إﻟَﻪَ إﻻﱠ ُﻫ َﻮ اﳊَ ﱡﻲ اﻟ َﻘﻴﱡـ ْﻮُم َوأَﺗـُ ْـﻮ‬

“Astaghfirullaahalladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum wa atuubu

ilaih”

Imam Nawawi berkata, “Kami riwayatkan dari Ibnu Sunni, ‘Barangsiapa membaca istighfar tiga kali pada pagi di hari Jum’at, diampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.’” Panduan Shalat Lengkap

75

Fadhilah shalat Jum’at Shalat Jum’at jika dilaksanakan dengan sempurna, dengan mandi wajib sebelum berangkat, memakai wangi-wangian, berjalan dengan sakinah ke masjid, shalat sunah tahiyyatul masjid, mendengarkan khatib, dan tidak bergurau, akan menjadi penebus dosa sampai Jum’at berikutnya ditambah tiga hari. Hal itu berdasarkan hadits riwayat Imam Abu Dawud: “Siapa yang mandi pada hari Jum’at dan memakai pakaiannya yang paling bagus, dan memakai parfum jika ia punya, kemudian mendatangi Jum’at, tidak melangkahi leher orang, kemudian shalat apa yang Allah takdirkan untuknya, kemudian ia diam mendengarkan jika imamnya berdiri sampai selesai dari shalatnya, maka Jum’at itu menjadi penutup dosa antara Jum’at itu dan Jum’at sebelumnya.” Abu Hurairah berkata, “... dan tambah tiga hari.” Ia berkata, “Sesungguhnya satu kebaikan itu (pahalanya) sepuluh kali lipat” (HR. Abu Dawud dan Muslim dengan lafadz yang lebih pendek).

Syarat Sah Shalat Jum’at

1. Shalat Jum’at didirikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. 2. Shalat Jum’at didirikan secara berjamaah. 3. Shalat Jum’at wajib didahului dua khutbah.

Uzur yang Membolehkan untuk Tidak Shalat Jum’at Uzur tersebut terdiri dari yang bersifat umum, seperti hujan deras, hujan salju, udara dingin, banjir yang menghalangi seseorang untuk berjalan, dan uzur lainnya yang menjadi penghalang bagi seseorang untuk mendirikan shalat di masjid. Sedangkan uzur yang bersifat khusus adalah: 1. Sakit. 2. Ada bahaya yang mengancam keselamatan jiwa, harta benda, atau kehormatan. 3. Khawatir tertinggal dari rombongan perjalanan wajib atau mubah, termasuk khawatir tertinggal pesawat, kereta, atau mobil. 4. Bertelanjang karena tidak memiliki pakaian. 76

Panduan Shalat Lengkap

Syarat dan Rukun Khutbah Shalat Jum’at harus disertai dengan khutbah oleh khatib. Syarat khutbah Jum’at adalah sebagai berikut: 1. Berdiri bagi yang mampu berdiri (yakni khatibnya). 2. Suci dari hadas besar dan najis. 3. Dihadiri jumlah yang memenuhi sah shalat Jum’at. 4. Duduk di antara dua khutbah. 5. Dilakukan sebelum shalat. 6. Menutup aurat. 7. Mengangkat suara sehingga terdengar makmum. 8. Dilakukan tanpa jeda waktu. Adapun rukun khutbah adalah pertama, memanjatkan pujian kepada Allah. Kedua, bershalawat pada Nabi Muhammad saw. Ketiga, menyampaikan pesan takwa kepada Allah SWT. Keempat, mendoakan kaum muslimin, dan yang kelima adalah membaca beberapa ayat Al-Qur’an.

Adab mendengar khutbah Jum’at 1. Apabila seseorang tiba di masjid, dia tidak dibenarkan untuk menyerobot tempat di antara dua orang. 2. Berdiam diri dan menyimak khutbah. 3. Apabila hendak duduk, tidak selayaknya memerintahkan orang yang telah duduk untuk berdiri agar ia dapat duduk di tempat orang tersebut. Abdullah bin Umar menuturkan, “Rasulullah saw. melarang seseorang untuk memerintahkan orang lain berdiri sedangkan dia duduk di tempatnya.” (HR Bukhari) 4. Melampaui kepala orang lain yang sedang duduk di dalam masjid hukumnya makruh. 5. Memilih tempat yang dekat dengan imam, menghadap kepadanya saat dia berkhutbah, dan mengutamakan untuk berada di barisan pertama. Panduan Shalat Lengkap

77

6. Tidak dibenarkan untuk berbicara saat khatib berkhutbah. 7. Tidak dibenarkan mengganggu orang lain saat khatib sedang berkhutbah. 8. Tidak dibenarkan masuk masjid dengan mengucapkan salam saat imam sedang berkhutbah. 9. Dilarang berbuat sia-sia saat menyimak khutbah. 10. Tidak menoleh ke kiri dan ke kanan saat menyimak khutbah atau menyibukkan diri dengan melihat-lihat sekeliling. 11. Diperbolehkan berbicara untuk kebaikan sebelum dan setelah berkhutbah, atau pada jeda waktu antara dua khutbah.

C. Shalat Tarawih dan Shalat Witir Shalat tarawih adalah shalat malam yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Hukumnya adalah sunah. Rasul bersabda tentang keutamaan shalat ini. “Siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan kesabaran (mengharap ridha Allah) maka dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari). Adapun jumlah rakaat dan tata cara shalatnya, terdapat beberapa pendapat. 1. Sebelas rakaat dengan cara empat rakaat salam, kemudian dilanjutkan dengan witir. Hal ini berdasarkan hadits, “Aisyah menuturkan, ‘Rasulullah saw. tidak pernah menambah rakaat lebih dari sebelas rakaat pada bulan Ramadhan, tidak pula pada bulan selain Ramadhan. Beliau shalat empat rakaat maka jangan tanya akan bagus dan panjangnya (shalat tersebut). Kemudian shalat lagi empat rakaat maka jangan tanya akan bagus dan panjangnya (shalat tersebut), kemudian beliau shalat tiga rakaat ...’” (HR. Bukhari dan Muslim). 2. Sebelas rakaat dengan dua rakaat salam. Ada juga hadits yang menerangkan bahwa cara melakukan shalat tarawih adalah dengan dua rakaat salam, kemudian dilanjutkan dengan witir. Ini berdasarkan hadits, “Dari Ibnu Umar ra. berkata bahwa bersabda Rasulullah saw., ‘Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat maka 78

Panduan Shalat Lengkap

apabila kamu khawatir akan datang waktu Subuh maka shalatlah satu rakaat sebagai witir dari shalat’” (HR. Bukhari dan Muslim). 3. Menurut Abu Abdillah (Imam Ahmad), shalat tarawih di malam Ramadhan adalah dua puluh rakaat. 4. Imam Malik berpendapat shalat tarawih adalah tiga puluh enam rakaat. Adapun tentang shalat witir, Rasulullah saw. bersabda, “Shalat witir itu hak atas setiap muslim. Siapa saja yang ingin mendirikan lima rakaat maka hendaknya dia mendirikannya. Siapa saja yang ingin tiga rakaat maka hendaknya dia mendirikannya dan siapa yang ingin hanya satu rakaat maka hendaknya dia mendirikannya” (HR. Abu Dawud). Shalat dilakukan di malam hari, afdhalnya adalah penghujung malam, sebagaimana penuturan Aisyah, “Rasulullah shalat witir setiap malam dan beliau selesai shalat di penghujung malam” (HR Bukhari). Jika sulit untuk bangun malam maka bisa dilakukan di awal malam. Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang takut tidak terbangun di akhir malam, hendaknya dia shalat witir pada awalnya. Sementara itu, seseorang yang berkemauan untuk bangun di akhir malam, hendaknya shalat witir di akhir malam, sebab shalat di akhir malam itu disaksikan (para malaikat) dan itu lebih utama” (HR. Bukhari Muslim). Shalat witir dilakukan sekali dalam satu malam. Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada dua witir dalam satu malam” (HR. Abu Dawud). Rasulullah juga bersabda, “Jadikanlah shalat witir itu sebagai penutup bagi shalat kalian di malam hari” (HR. Bukhari). Doa usai shalat witir adalah seperti hadits yang diriwayatkan Abu Dawud sebagai berikut: ِ ِ‫ﺳﺒﺤﺎ َن اﻟْﻤﻠ‬ ِ ‫ﻚ اﻟْ ُﻘﺪ‬ ‫ﱡوس‬ َ َ ُْ “Subhaanal malikil qudduus”

Maha suci Raja yang Maha Suci.

Panduan Shalat Lengkap

79

Kemudian juga doa sebagai berikut,

“Allaahumma innii a’uudzu biridhaaka min sakhathika wabimu’aafaatika min ‘uquubatika wa a’uudzubika minka laa ahshii tsanaaan ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika”

(Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, aku berlindung dengan-Mu dari Engkau, aku tidak bisa menghitung pujian untuk-Mu, Engkau sebagaimana memuji diri-Mu) (HR. Ibnu Abi Syaibah dan An-Nasa’i).

D. Shalat Id Shalat Id adalah shalat yang dilakukan di hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Hukumnya adalah sunah muakad. Abdullah bin Abbas mengatakan, “Aku shalat Id bersama Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Semuanya mendirikan shalat Id sebelum khutbah” (HR. Bukhari). Ibnu Qudaimah mengatakan, “Umat muslim sepakat bahwa shalat Id itu diperintahkan.” Shalat Id dilakukan secara berjamaah di tempat yang lapang, baru jika hari hujan bisa dilakukan di dalam masjid. “Dari Abu Sa’id alKhudri berkata bahwa Rasulullah saw. keluar pada hari Adha dan Fitri ke mushalla, lantas shalat” (HR. Bukhari dan Muslim). Mushalla di sini maksudnya tempat shalat di lapangan luas. Ibnu Qudamah mengatakan, “Sunahnya adalah mendirikan shalat Id di lapangan di luar masjid, sebab Rasulullah saw. shalat di luar masjid, demikian pula para khulafaurasyidin. Hal ini berkedudukan seperti kesepakatan, sebab setiap tahun selama beberapa masa umat muslimin mendirikan shalat Id di luar masjid.”

80

Panduan Shalat Lengkap

Tatacara Shalat Id 1. Shalat Id terdiri dari dua rakaat. 2. Dimulai dengan takbiratul ihram, kemudian diikuti dengan tujuh takbir. 3. Rakaat kedua dimulai dengan lima takbir selain takbir yang menandai perpindahan (takbir intiqal). Saat takbir diperintahkan untuk mengangkat kedua tangan, tetapi sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa hal itu tidak diperintahkan. 4. Membaca pujian kepada Allah dan memanjatkan shalawat kepada Nabi saw. di antara masing-masing takbir termasuk bagian yang diperintahkan. Doa yang dibaca adalah:

‫ واﳊﻤـﺪ ﷲ ﻛﺜـﲑاً وﺻـﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠـﻰ ﻧﺒﻴﻨـﺎ ﳏﻤــﺪ وﻋﻠــﻰ آﻟــﻪ وﺻــﺤﺒﻪ‬،‫اﷲ أﻛـﱪ‬

ً‫وﺳ ــﻠﻢ ﻛﺜ ـﲑا‬

“Allahu akbar walhamdulillaahi katsiira wa shallallaahu ’alaa nabiyyinaa muhammad wa ’alaa aalihi washahbihi wa sallama katsiira”

(Allah Mahabesar, segala puji hanya milik Allah dengan pujian yang banyak. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam yang banyak atas Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para shahabatnya). 5. Usai menyempurnakan takbir, diperintahkan membaca al-Fatihah kemudian pada rakaat pertama membaca surat al-A’la, dan pada rakaat kedua membaca surah al-Ghasiyah. Atau, pada rakaat pertama membaca surat Qaf dan pada rakaat kedua membaca surat al-Qamar. 6. Selanjutnya, menyempurnakan rakaat seperti pada rakaat dalam shalat-shalat lainnya tanpa ada perbedaan.

Adzan dan Iqamah dalam Shalat Id Dalam shalat Id tidak ada adzan dan iqamah. Dalam hadits diterangkan: Panduan Shalat Lengkap

81

“Abdullah bin Abbas dan Jabir bin Abdullah menuturkan bahwa tidak ada adzan pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Bukhari). Kemudian Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, “Apabila Rasulullah saw. tiba di tempat shalat, beliau memulai shalat tanpa didahului adzan atau iqamah. Selain itu, tidak pula ada seruan: ashshalaatu jamiah (mari kita shalat berjamaah).”

Khutbah Idul Fitri Setelah salam, imam berkhutbah di hadapan para jamaah shalat dengan menghadap ke arah mereka, dengan tetap duduk di tempat semula. Imam memulai khutbahnya dengan memuja dan memuji Allah atau dengan bertakbir. Imam berkhutbah dalam posisi berdiri. Waktu khutbah Id berbeda dengan khutbah Juma’t, di mana khutbah Id dilakukan setelah shalat, sedangkan khutbah Jum’at dilakukan sebelum shalat. Dari Jabir bin Abdillah berkata, “Nabi berdiri pada hari Idul Fitri lantas beliau shalat. Beliau memulai shalat kemudian khutbah. Tatkala selesai, beliau mendatangi kaum wanita, mengingatkan mereka, dan beliau bersandaran dengan tangan Bilal, dan Bilal menghamparkan pakaiannya di mana para wanita melemparkan sedekah” (HR. Bukhari).

Berangkat dan Pulang dari Shalat Id Kaum muslimin disunahkan untuk datang ke tempat shalat dengan berjalan kaki, tenang, khusyuk, dan menempuh jalan yang berbeda dengan jalan yang akan dilalui waktu pulang. Dari Jabir berkata, “Adalah Nabi saw. jika pada hari Id, berjalan dengan jalan yang berbeda antara pulang dan perginya” (HR. Bukhari). Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyampaikan petunjuk Rasulullah saw. tentang shalat Id sebagai berikut, “Rasulullah saw. datang ke tempat shalat dengan berjalan kaki, dengan menempuh jalan yang berlainan. Berangkat melewati satu jalan dan pulang melalui jalan lain.”

82

Panduan Shalat Lengkap

Perkara Makan Sebelum Keluar Shalat Id Disunahkan untuk makan dulu sebelum berangkat shalat Idul Fitri. Dari Anas ra., dia berkata, “Biasanya Rasulullah saw. tidak pergi shalat Idul Fitri sehingga beliau makan beberapa biji kurma” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang lain disebutkan, “Sesungguhnya beliau makan beberapa biji kurma , tiga, atau lima atau tujuh biji, atau lebih dari itu dengan jumlah ganjil” (HR. Ibnu Hibban dan Hakim dari Uqbah bin Humaid). Sedangkan untuk shalat Idul Adha disunahkan untuk tidak makan terlebih dahulu hingga waktu menyembelih.

“Adalah Rasulullah jika di hari Idul Fitri tidak keluar (rumah) sehingga makan, dan di hari Nahar ( Idul Adha) tidak makan sehingga menyembelih” (HR. Baihaqi dan Ahmad).

E. Shalat Jenazah Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah, yakni kewajiban muslim menjadi gugur jika sudah ada muslim lain yang telah melakukannya. Mayat yang wajib dishalati adalah yang muslim. Adapun orang yang mengaku Islam tetapi tidak pernah shalat maka ia kafir dan tidak perlu dishalati.

Tatacara Shalat Jenazah 1. Imam, makmum, atau orang yang shalat sendirian disunahkan untuk berdiri di posisi kepala jika jenazahnya lelaki atau posisi tengah jika jenazahnya wanita. 2. Makmum berdiri di belakang imam dan paling sedikit membentuk tiga barisan sesuai sunah. “Jenazah yang dishalati (dengan jumlah jamaah) tiga shaf maka dia berhak mendapatkan pahala dan surga Allah” (HR. Tirmidzi). Panduan Shalat Lengkap

83

3. Dimulai dengan takbiratul ihram yang dilanjutkan dengan berta’awudz, membaca bismillah, serta al-Fatihah tanpa doa iftitah dan tanpa membaca surat apapun sesudah al-Fatihah. 4. Takbir kedua bershalawat pada Rasulullah saw. seperti bacaan shalawat pada duduk tasyahud. 5. Takbir ketiga disunahkan untuk mendoakan si jenazah yang dishalatkan. Selanjutnya, bertakbir untuk yang keempat kali, berdiam sejenak lalu salam. 6. Pada takbir ketiga disunahkan untuk berdoa seperti yang diajarkan Rasulullah saw dengan niat yang ikhlas. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian mendirikan shalat jenazah maka berdoalah dengan niat yang ikhlas untuknya” (HR. Abu Dawud). Di antara doa yang dibaca adalah sebagai berikut.

“Allaahummaghfir lihayyinaa wamayyitinaa washaghiirinaa wakabiirinaa wadzakarinaa wa-untsaanaa wasyaahidinaa waghaaibinaa. Allaahumma man ahyaitahu minnaa fa-ahyihi ‘alal iimaani waman tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal islaam. Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa tudhillanaa ba’dahu”

(Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan yang mati, yang kecil di antara kami dan yang dewasa, yang laki-laki dan yang perempuan, yang hadir dan yang tidak hadir. Ya Allah, orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkanlah di atas iman, dan orang yang Engkau wafatkan di antara kami, wafatkanlah atas Islam. Ya Allah, jangan engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami setelahnya). (HR. Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i dari Abu Hurairah)

84

Panduan Shalat Lengkap

“Allaahummaghfirlahu warhamhu wa’fu ‘anhu wa’aafihi wa akrim nuzulahu wawassi’ mudkhalahu waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin wanaqqihi minalkhathaayaa kamaa yunaqqatstsaubul abyadhu minaddanas. Wa abdilhu daaran khairaan mindaarihi waahlan khairan min ahlihi wazaujan khairan minzaujihi waqihi fitnatalqabri wa’adzaabannaar”

(Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, muliakan kedatangannya, luaskanlah tempat masuknya, basuhlah dia dengan air, es, dan embun, bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran, gantilah untuk dia tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, gantilah untuknya keluarga yang lebih baik dari keluarganya, jagalah dia dari fitnah kubur dan adzab neraka). (HR. Muslim) 7. Salam.

F. Shalat Sunah Rawatib Shalat sunah rawatib adalah shalat sunah yang mengiringi shalat wajib. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat sunah rawatib terdiri atas sepuluh rakaat: - dua rakaat sebelum dan sesudah shalat Dzuhur, - dua rakaat sesudah Maghrib, - dua rakaat sesudah Isya, - dan dua rakaat sebelum Subuh. Pendapat tersebut berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin Umar yang mengatakan, “Aku hafal dari Rasulullah saw. sepuluh rakaat selain yang wajib: dua rakaat sebelum dan sesudah Dzuhur, Panduan Shalat Lengkap

85

dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum Subuh” (HR. Ahmad). Sedangkan pendapat ulama lain mengatakan bahwa sunah rawatib yang diperintahkan berjumlah 12 rakaat. Pendapat ini berdasarkan pada hadits riwayat Aisyah yang mengatakan, “Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum Dzuhur, dua rakaat sebelum Subuh” (HR. Bukhari). Shalat sunah rawatib ini adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan yang terjadi pada shalat fardu. Dari Umi Habibah berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa shalat dua belas rakaat sunah, bukan faridhah, niscaya Allah bangunkan untuknya rumah di surga.’” (HR. Nasa’i dan Baihaqi)

Jeda Antara Shalat Fardhu dan Shalat Rawatib Disunahkan menyelingi antara shalat fardhu dengan shalat sunah rawatib ba’diyah atau qabliyah dengan cara berpindah posisi atau dengan cara berbicara. Muawiyah menuturkan, “Apabila kamu shalat Jum’at maka janganlah kamu mengikutinya dengan shalat lain hingga kamu berbicara atau keluar (dari masjid), karena Rasulullah saw. memerintahkan kami agar tidak menyambung shalat yang satu dengan yang lain sehingga kita berkata-kata atau keluar (dari masjid)” (HR. Muslim). Seorang shahabat Rasulullah saw. menuturkan, “Ketika Rasulullah saw. selesai mendirikan shalat Asar, seorang lelaki berdiri untuk shalat (lain). Melihat maksud orang tersebut, Umar bin Khathab mengatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya para ahlul kitab itu binasa karena mereka tidak memberi batas antara shalat mereka yang satu dengan shalat yang lain.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Benar (apa yang dilakukan) Umar bin Khathab’” (HR. Ahmad).

G. Shalat Fajar Shalat Fajar adalah shalat sunah rawatib yang paling ditekankan, yakni shalat dua rakaat sebelum shalat Subuh. Aisyah menuturkan: “Tidak pernah Rasulullah saw. menekankan shalat sunah melebihi dua rakaat Fajar” (HR. Bukhari). Aisyah juga meriwayatkan: Rasulullah bersabda, “Dua rakaat Fajar lebih baik daripada dunia dan segala isinya” (HR. Bukhari). 86

Panduan Shalat Lengkap

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian meninggalkan dua rakaat Fajar walaupun kalian dikejar (musuh) yang berkuda” (HR. Ahmad).

H. Shalat Dhuha Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilaksanakan pada saat Dhuha, yakni saat matahari sudah bersinar terang (sekitar pukul 6.30-07.00 pagi) hingga saat matahari naik, kira-kira pukul 11.00 siang. Untuk lebih jelasnya, biasanya dalam kalender yang terdapat jadwal imsakiyah, waktu dhuha dicantumkan. Disyariatkannya shalat Dhuha didasarkan pada hadits Nabi berikut ini:

“Abu Hurairah ra. berkata, ‘Kekasihku Rasulullah saw. berpesan kepada saya supaya berpuasa tiga hari tiap bulan, dan shalat dua rakaat Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.’” (HR. Bukhari dan Muslim) Abu Hurairah ra. mengatakan di dalam dua kitab Shahih bahwa dia (Abu Hurairah) pernah dinasihati oleh Rasulullah saw. agar tidak meninggalkan dua rakaat Dhuha. (Subulus Salam, h. 68) Jumlah rakaat shalat Dhuha bisa dua, empat, atau delapan, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Aisyah ra., dia berkata, “Biasanya Rasulullah saw. shalat Dhuha empat rakaat dan beliau tambah sebanyak yang Allah kehendaki.”

Keutamaan Shalat Dhuha Abu Dzar ra. berkata: bersabda Nabi saw., “Pada tiap pagi ada kewajiban untuk tiap-tiap persendian itu sedekah. Dan tiap tasbih itu sedekah dan tiap tahlil itu sedekah, dan tiap tahmid itu sedekah, dan tiap takbir itu sedekah, dan menganjurkan kebaikan itu sedekah, dan mencegah mungkar itu sedekah, dan cukup menggantikan semuanya Panduan Shalat Lengkap

87

itu dengan dua rakaat shalat Dhuha.” (HR. Muslim) Al-Bazzar meriwayatkan hadits dari Tsauban, “Bahwa Rasulullah saw. suka sekali shalat pada tengah hari. Lalu Aisyah berkata, ‘Wahai Rasulullah saw., Engkau senang sekali shalat pada waktu ini?’ Beliau bersabda, ‘Pada waktu ini dibukakan pintu-pintu langit dan Allah SWT. pada waktu seperti ini memandang kepada hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Dan shalat ini (shalat dhuha) satu shalat yang selalu dipelihara oleh Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.’” Dari Ibnu Umar ra. dia berkata, “Pernah aku katakan kepada Abu Dzar, wahai pamanku, nasihatilah saya.” Abu Dzar berkata, “Engkau telah meminta kepadaku, sesuatu tentang yang pernah aku minta kepada Rasulullah saw. Lalu beliau bersabda, ‘Jika engkau shalat dhuha dua rakaat, niscaya engkau tidak tercatat di antara orang-orang yang lalai, jika engkau shalat empat rakaat niscaya engkau tercatat di antara orangorang yang ahli ibadah, jika engkau shalat enam rakaat, niscaya engkau tidak tertimpa dosa, jika engkau shalat delapan rakaat niscaya engkau tertulis diantara orang-orang yang tenang, dan jika engkau shalat dua belas rakaat, niscaya dibangunkan bagimu rumah di surga.’”

I. Shalat Qiyamullail (Tahajud) Shalat tahajud hukumnya adalah sunah muakadah, berdasarkan atas dalil Al-Qur’an, As-Sunah, dan Ijmak. Allah berfirman, “Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat terpuji” (QS. al-Isra: 79). Allah juga berfirman tentang keutamaan shalat tahajud, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tamantaman (surga) dan di mata-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)” (QS. adz-Dzariyat: 15-18). Shalat tahajud dilakukan pada malam hari, afdhalnya di akhir 88

Panduan Shalat Lengkap

malam. Allah berfiman, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu …” (QS. al-Muzammil: 1-4).

Adab Shalat Tahajud

1. Berniat hendak mendirikan shalat tahajud menjelang tidur. “Siapa yang menghampiri peraduannya dengan berniat bangun untuk shalat tahajud, tetapi dia tetap terlelap tidur hingga Subuh maka akan dicatat baginya (pahala) apa yang dia niatkan, sedangkan tidurnya adalah sedekah dari Rabbnya.” (HR. Nasa’i) 2. Mengusap muka dan bersiwak saat terbangun dari tidur. 3. Memulai shalat tahajud disunahkan dengan mengerjakan dua rakaat pendek sebagaimana dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah saw. Aisyah menuturkan, “Apabila Rasulullah bangun untuk shalat tahajud, beliau memulai shalatnya dengan dua rakaat pendek” (HR. Muslim). 4. Disunahkan untuk membiasakan diri melaksanakan shalat tahajud walaupun sedikit. Aisyah meriwayatkan: Rasululah saw. bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang ditekuni meskipun sedikit” (HR. Muslim). 5. Shalat tahajud hendaknya didirikan di rumah. Zaid menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Kalian hendaknya mendirikan shalat di rumah kalian, sebab sebaik-baik shalat (sunah) seseorang adalah yang didirikan di rumahnya kecuali shalat fardhu” (HR. Bukhari). 6. Membangunkan anggota keluarga untuk diajak shalat. Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah saw. bersabda, “Allah menyayangi seorang lelaki yang bangun tengah malam untuk shalat kemudian membangunkan istrinya dan sang istrinya pun ikut shalat. Apabila si istri enggan, si suami hendaknya memercikkan air ke wajahnya. Dan Allah menyayangi seorang wanita yang bangun tengah malam untuk shalat kemudian membangunkan suaminya dan sang suami pun ikut shalat. Apabila Panduan Shalat Lengkap

89

7.

8. 9.

10.

si suami enggan, si istri hendaknya memercikkan air ke wajahnya” (HR. Nasa’i). Apabila seseorang mengantuk, selayaknya beristirahat agar kantuknya hilang. Aisyah meriwayatkan: Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian mengantuk, hendaknya dia tidur sehingga kantuknya hilang. Karena apabila dia shalat dalam keadaan mengantuk, bukannya beristigfar boleh jadi justru memaki diri sendiri” (HR. Muslim). Mengerjakan shalat witir sebagai penutup shalat tahajud. ‘Abdullah bin Umar meriwayatkan: Rasulullah saw. bersabda, “Jadikanlah witir sebagai akhir kalian di malam hari” (HR. Muslim). Orang yang shalat tahajud boleh memilih antara membaca dengan suara keras atau dengan suara pelan. Abdullah bin Abi Qais—seorang penduduk Basrah—menuturkan, “Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Bagaimana cara Rasulullah membaca ayat Al-Qur’an? Dengan pelan atau dengan bersuara?’ Aisyah menjawab, ‘Keduanya pernah dilakukan Rasulullah. Beliau pernah membaca perlahan dan pernah pula dengan bersuara’” (HR. Tirmidzi). Hendaknya bacaan Al-Qur’an tersebut secara tartil (perlahan-lahan) sebagaimana firman-Nya, “… dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan …” (QS. al-Muzammil: 4). Hendaknya banyak berdoa. Doa shalat malam adalah sebagai berikut:

90

Panduan Shalat Lengkap

“Allaahummalakal hamdu anta qayyimussamaawaati wal ardhi waman fiihinna walakalhamdu laka mulkussamaawaati wal ardhi waman fiihinna walakalhamdu anta nuurussamawaati wal ardhi wamanfiihinna walakalhamdu anta malikussamawaati wal ardhi walakalhamdu antalhaqqu wawa’dukalhaqqu waliqaa-uka haqqun waqauluka haqqun waljannatu haqqun wannaaru haqqun wannabiyyuuna haqqun wamuhammadun shallallaahu ‘alaihi wasallama haqqun wassaa’atu haqqun. Allaahumma laka aslamtu wabika aamantu wa’alaika tawakkaltu wa ilaika anabtu wabika khaashamtu wa ilaika haakamtu faghfirlii maa qaddamtu wamaa akhkhartu wamaa asrartu wamaa a’lantu antalmuqaddimu wa antalmu-akhkhiru laa ilaaha illaa anta au laa ilaaha ghairuka walaahaula walaaquwwata illaa billaah”

(Ya Allah, milik-Mu segala pujian, Engkau Yang Maha Mengurusi langit dan bumi dan siapa yang ada di dalamnya. Segala pujian milik-Mu. Milik-Mu segala kerajaan langit dan bumi, milik-Mu segala pujian. Engkau cahaya langit dan bumi dan siapa yang di dalamnya, milik-Mu segala pujian. Engkau raja langit dan bumi, milik-Mu segala pujian. Engkau adalah yang haq, janji-Mu haq, bertemu dengan-Mu adalah benar, ucapan-Mu adalah benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, nabi-nabi itu benar, Muhammad saw. benar, kiamat itu benar. Ya Allah, kepada-Mu aku pasrah, dengan-Mu aku beriman, atas-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku kembali, denganMu aku berdebat, kepada-Mu aku berhakim, maka ampunilah apa yang aku dahulukan, dan apa yang aku akhirkan, apa yang aku sembunyikan, apa yang aku tampakkan. Engkaulah yang mendahulukan, Engkaulah yang mengakhirkan. Tidak ada Ilah kecuali Engkau, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah).

Panduan Shalat Lengkap

91

J. Shalat Gerhana “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah pula bersujud kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. Fushshilat: 37) Gerhana adalah salah satu di antara sekian banyak tanda kekuasaan Allah SWT, untuk menakuti hamba-Nya dan agar tampak siapa yang bertaubat di antara mereka. Fenomena alam tersebut menunjukkan bahwa matahari dan bulan itu mutlak berada dalam genggaman Allah. Bayangkan saja apabila Allah menjadikan matahari gelap, lantas Allah tidak lagi mengembalikannya, padahal kita tahu betapa berharganya matahari bagi kehidupan manusia. Karena itu, Rasulullah memerintahkan untuk berbuat sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari bencana, antara lain: mendirikan shalat, berdoa, beristighfar, bersedekah, membebaskan budak, dan melakukan amal salih lainnya yang menunjukkan kepatuhan dan ketundukan kita kepada Allah. Dulu di masa hidup Rasulullah saw., saat terjadi gerhana matahari, Rasulullah saw. keluar dari rumah dan bergegas menuju ke masjid dengan tergopoh-gopoh sembari menyarungkan selendangnya lantas shalat bersama para shahabatnya. Rasulullah saw. adalah orang yang paling belas kasihan pada umatnya sehingga Rasul shalat dan bergegas memerintahkan orang-orang untuk membanyakkan istighfar, karena Allah telah berjanji tidak akan mengazab hamba-Nya yang mau bertaubat. Shalat gerhana, baik gerhana matahari (kusuf) maupun gerhana bulan (khusuf) hukumnya sunah muakkadah baik bagi laki-laki maupun perempuan. Rasulullah saw. memerintahkan pengerjaan shalat dengan sabda beliau, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari sekian banyak ayat Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana akibat kematian seseorang atau hidupnya. Jika kalian melihat gerhana itu maka berdoalah kepada Allah, ucapkanlah takbir, bersedekahlah, dan kerjakanlah shalat” (HR. Bukhari). 92

Panduan Shalat Lengkap

Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah sejak gerhana mulai tampak pada salah satu dari dua sumber cahaya yaitu matahari dan bulan, hingga gerhana selesai. Rasulullah saw. bersabda, ِ ِ ‫ﻓ ـِﺈذا رأَﻳـﺘــﻢ ﻛﺴــﻮف أ‬ ِ ‫ـﻒ‬ َ ‫ﺼ ـﻠﱡﻮا َو ْاد ُﻋ ـﻮا َﺣ ـ ﱠـﱴ ﻳَـْﻨ َﻜﺸ ـ‬ َ َ‫َﺣــﺪﳘَﺎ ﻓ‬ َ َ ُ ُ ْ ُْ َ َ َ “Apabila kalian menyaksikan satu di antara keduanya gerhana maka shalatlah sampai (bulan atau matahari) menjadi terang ... “ (HR. Abi Bakrah).

Tatacara Shalat Gerhana •

• • •

Dilakukan dengan berjamaah. Hendaknya orang-orang segera berkumpul ke masjid tatkala terjadi gerhana. Lantas bersama imam mengerjakan shalat gerhana, tanpa adzan dan iqamah. Dalam suatu riwayat hadits diceritakan bahwa boleh diserukan kalimat: “ash-shalaatu jaami’ah”. “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw., seseorang menyerukan ashashalaatu jaami’ah.” (HR. Bukhari) Dua rakaat. Baik shalat gerhana matahari maupun gerhana bulan dilakukan dalam dua rakaat. Imam mengeraskan bacaan. Imam memimpin shalat dan mengeraskan bacaan al-Fatihah dan bacaan surat, baik dalam rakaat yang pertama maupun yang kedua. Memperpanjang waktu berdiri, rukuk, dan sujud. Ibnu Abbas ra. berkata, “Matahari tertutup pada masa Rasulullah saw. maka beliau shalat, dan berdiri dengan berdiri yang panjang (lama), semisal (lamanya) bacaan surat al-Baqarah. Kemudian rukuk dengan rukuk yang panjang ....” (HR. Bukhari) Empat rukuk dan empat sujud. Aisyah ra. menuturkan, “Suatu kali di masa hidup Rasulullah saw. terjadi gerhana matahari. Rasulullah saw. keluar menuju masjid, berdiri dan bertakbir. Orang-orang berbaris (dan shalat) di belakangnya. Rasulullah membaca surat yang amat panjang, kemudian bertakbir dan rukuk panjang. Lalu mengangkat kepala dan mengucapkan: Rabbanaa wa lakal hamd. Rasulullah saw. berdiri lagi, membaca

Panduan Shalat Lengkap

93

surat amat panjang, tetapi lebih pendek daripada yang pertama, kemudian bertakbir untuk rukuk panjang tetapi lebih pendek daripada rukuk yang pertama dan mengucapkan: sami’allaahu liman hamidahu, rabbanaa wa lakal hamd . Setelah itu, beliau bersujud. Pada rakaat kedua, Rasulullah mengerjakan hal yang sama dengan rakaat pertama sehingga sempurna empat rukuk dan empat sujud .... “ (HR. Muslim) Tidak diwajibkan untuk mengadakan khutbah namun imam disunahkan untuk memberikan nasihat. Setelah shalat selesai, imam disunahkan untuk menyampaikan pesan dan nasihat, memperingatkan para jamaah agar tidak lalai menjalankan perintah Allah, serta memerintahkan mereka agar mem-perbanyak doa dan istighfar seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

K. Shalat Istisqa’ Shalat Istisqa’ dilakukan saat kemarau panjang dan mengharap turunnya hujan. Disunahkan untuk banyak beristighfar karena bencana yang menimpa suatu bangsa, termasuk kekeringan, bisa jadi disebabkan karena kezaliman yang mereka lakukan. Dari Ibnu Umar ra., dia berkata, “Tidak dikuranginya takaran oleh suatu kaum kecuali mereka dihukum dengan terjadinya musim paceklik, kurangnya bahan pangan, kecurangan penguasa atas mereka, dan tidaklah mereka mencegah pengeluaran zakat hartanya, kecuali dicegah turunnya hujan pada mereka dari langit.” (HR. Ibnu Majah) Shalat Istisqa’ hukumnya sunah muakkadah, berdasarkan atas contoh dari Rasulullah saw. ‘Ubadah meriwayatkan dari kakeknya, “Rasulullah saw. keluar untuk shalat Istisqa’. Beliau menghadap kiblat, memindahkan selendangnya lalu shalat.” Waktu pelaksanaan shalat Istisqa’ sama seperti waktu pelaksanaan shalat Id, berdasarkan penuturan dari Aisyah ra.,”Rasulullah saw. keluar ketika bulatan matahari yang pipih sudah tampak.” Disunahkan bagi imam untuk mengumumkan waktu pelaksanaan shalat Istisqa’ kepada masyarakat, lalu menyeru mereka untuk bertaubat dari segala maksiat dan membebaskan diri dari segala 94

Panduan Shalat Lengkap

kezaliman. Imam juga disunahkan untuk menganjurkan para jamaahnya agar berpuasa, bersedekah kepada fakir miskin, meninggalkan perbuatan dosa, karena perbuatan dosa adalah penyebab kekeringan dan kemarau panjang, sebagimana taat adalah sebab munculnya kebaikan dan berkah.

Tatacara Pelaksanaan •

Dilakukan dengan berjamaah. Imam dan makmum keluar bersama-sama menuju tempat shalat sebagaimana ketika shalat Id dalam keadaan tunduk, rendah hati, dan khusyuk. Abdullah bin Abbas menuturkan, “Rasulullah saw. keluar dengan baju yang sangat sederhana seraya tunduk dan merendah hingga beliau tiba di tempat shalat ...” (HR. Tirmidzi). Dalam al-Mughni dijelaskan bahwa mengumandangkan adzan dan iqamah tidaklah diperintahkan (dalam shalat Istisqa’). Sedang sebagian ulama berpendapat disunahkan untuk menyeru dengan ucapan ash-shalaatu jaami’ah (mari kita shalat berjamaah). Dikerjakan dalam dua rakaat. Sebagaimana shalat Id, shalat Istisqa’ dilakukan dalam dua rakaat namun hanya dengan satu khutbah saja. Pada rakaat pertama imam disunahkan untuk membaca surat al-A’la, sementara pada rakaat kedua disunahkan untuk membaca surah al-Ghasiyah. Khutbah dan memindahkan selendang. Ada dua pendapat dalam hal khutbah dan memindahkan selendang pada shalat Istisqa’: 1) Khutbah dan memindahkan selendang dilakukan sebelum shalat dilaksanakan. Pendapat ini juga didasari dari hadits Abdullah bin Zaid yang menuturkan, “Rasulullah saw. keluar untuk shalat Istisqa’. Beliau menghadap kiblat sambil memanjatkan doa kemudian memindahkan letak selendangnya lalu shalat dua rakaat dengan bacaan yang dikeraskan” (HR. Bukhari). 2) Khutbah dan memindahkan selendang dilakukan sesudah

Panduan Shalat Lengkap

95

• •

shalat dilaksanakan. Setelah shalat, imam menghadapkan dirinya ke arah para jamaah kemudian menyampaikan nasihat yang isinya permohonan ampun (istighfar) kepada Allah. Kemudian imam berdoa dan makmum mengamini. Selesai berdoa, imam kembali menghadap ke arah kiblat kemudian memindah letak selendangnya dari yang semula kanan di pindah ke kiri, atau dari yang semula kiri dipindahkan ke kanan. Kemudian para makmum juga mengikuti perbuatan imam tersebut. Semua itu didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Nabi saw. keluar suatu hari untuk mengerjakan shalat Istisqa’. Beliau mengimami kami shalat dua rakaat tanpa adzan maupun iqamah, kemudian berkhutbah kepada kami dan berdoa kepada Allah. Beliau membalik wajahnya ke arah kiblat seraya mengangkat kedua tangan beliau, lalu membalik letak selendangnya, yang di sebelah kanan dipindah ke kiri dan yang sebelah kiri dipindah ke kanan” (HR. Abu Dawud, diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Baihaqi). Dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan membacakan ayat-ayat yang memerintahkan untuk istighfar. Di antara doa Istisqa’ yang diajarkan Rasulullah saw. adalah yang diriwayatkan Jabir bin Abdillah ra., “Banyak orang yang menghadap Rasulullah saw. sambil menangis. Beliau lantas berdoa: ِ ‫ﺎﺟ ًﻼ َﻏﻴـﺮ‬ ِ ‫اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ اﺳ ِﻘﻨﺎ َﻏﻴﺜﺎ ﻣﻐِﻴﺜﺎ ﻣ ِﺮﻳﺌﺎ ﻣ ِﺮﻳﻌﺎ ﻧَﺎﻓِﻌﺎ َﻏﻴـﺮ ﺿﺎ ﱟر ﻋ‬ ‫آﺟ ٍﻞ‬ َ َ َ ْ ً ً َ ً َ ً ُ ًْ َ ْ ُ َْ “Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan marii-an marii’an naafi’an ghaira dhaarrin ’aajilan ghaira aajilin”

(Ya Allah, siramilah kami dengan hujan yang banyak, yang melepaskan dahaga dan menyuburkan, yang bermanfaat dan tidak mendatangkan marabahaya, yang segera dan tidak ditunda). (HR. Abu Dawud) Sementara dalam riwayat yang lain disebutkan: Amru bin Syuaib meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, “Apabila Rasulullah 96

Panduan Shalat Lengkap

saw. berdoa Istisqa’, beliau mengucapkan, ِ ‫ـﺖ‬ َ ‫ـﻚ َواﻧْ ُﺸـ ْـﺮ َر ْﲪَﺘَـ‬ َ ‫ـﺎد َك َوﺑـَ َﻬﺎﺋِ َﻤـ‬ َ ‫اﺳـ ِـﻖ ﻋﺒَـ‬ َ ‫َﺣـ ِﻲ ﺑـَﻠَـ َـﺪ َك اﻟْ َﻤﻴﱢـ‬ ْ ‫ـﻚ َوأ‬ ْ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬـ ﱠﻢ‬ “Allaahummasqi ’ibaadaka wabahaa imaka wansyur rahmataka waahyii baladakalmayyiit”

(Ya Allah, siramilah para hamba-Mu, binatang ternak-Mu, sebarkanlah rahmat-Mu, dan hidupkanlah negeri-Mu yang mati).” (HR. Abu Dawud) Apabila hujan turun, setiap orang disunahkan untuk menyambutnya pada kesempatan pertama agar tubuh tersiram hujan sambil mengucapkan, ‫ﺻﻴﱢﺒًﺎ ﻧَﺎﻓِ ًﻌــﺎ‬ ْ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬ َ ُ‫اﺟ َﻌ ْﻠﻪ‬ “Allaahummaj’alhu shayyiban naafi’an”

(Ya Allah, semoga ini hujan yang mendatangkan manfaat). (HR. Bukhari)

L. Shalat Istikharah Istikharah berarti meminta pilihan. Shalat istikharah adalah shalat yang dilakukan ketika sedang ingin menentukan pilihan atau sedang dalam keadaan bingung untuk memutuskan sesuatu. Shalat istikharah dikerjakan dalam dua rakaat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Jabir ra., “Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada kami istikharah dalam segala urusan kami sebagaimana ia mengajarkan sesuatu surat dari Al-Qur’an maka Nabi saw. bersabda, ‘Apabila salah seorang di antara kamu akan mengerjakan sesuatu, hendaklah ia shalat dua rakaat’ (sunah) ...” (Bukhari). Shalat ini dapat dilakukan kapan saja asalkan bukan pada waktu-waktu yang dilarang mengerjakan shalat. Dari hadits tersebut juga dikatakan bahwa “Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada kami istikharah dalam segala urusan kami.” Jadi, sebenarnya shalat istikharah pun dapat dilakukan meskipun kita tidak sedang dalam keadaan bingung. Sebab shalat istikharah adalah shalat untuk memohon kepada Allah agar diberikan pilihan Panduan Shalat Lengkap

97

yang terbaik untuk kita. Untuk itu, akan lebih baik apabila dalam segala urusan, kita pun memohon yang terbaik kepada Allah.

Doa yang Dipanjatkan Pada Saat Shalat Istikharah Doa istikharah yang tercantum dalam hadits riwayat Jabir ra. adalah sebagai berikut,

“Allaahumma innii astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhiim fa innaka taqdiru walaa aqdiru wata’lamu walaa a’lamu wa anta ‘allaamulghuyuub. Allaahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amra khairun lii fii diinii wama’aasyii wama’aadii wa’aaqibati amrii faqdurhulii wayassirhulii wabaariklii fiihi. Allaahumma wa inkunta ta’lamuhu syarran lii fii diinii wama’aasyii wama’aadii wa’aaqibati amrii fashrifnii ‘anhu washrifhu ‘annii waqdirlilkhaira haitsu kaana tsumma radhdhiniibihi”

(Ya Allah, saya minta pilihan-Mu menurut pengetahuan-Mu, dan saya mengharap dengan kekuasaan-Mu dan saya mohon karunia-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahakuasa dan saya tidak kuasa. Dan Engkau yang mengetahui sedang aku tidak mengetahui. Engkau, ya Allah, mengetahui segala hal yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagiku di dalam agamaku dan penghidupanku, serta akibatnya baik yang segera maupun yang akhir maka takdirkanlah bagiku dan mudahkanlah untukku, kemudian berkatilah bagiku di dalamnya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku dalam agamaku dan akhir penghidupanku serta akibatnya, yang segera atau yang terakhir maka hindarkanlah dia dariku, dan jauhkanlah 98

Panduan Shalat Lengkap

dia dariku. Dan tentukanlah yang baik untukku, bagaimanapun adanya). Setelah membaca doa ini, kemudian hendaknya menyebutkan urusan yang dimaksud, misalnya, ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa si fulan adalah jodoh saya, maka permudahkanlah urusannya … dan seterusnya.

L. Shalat Hajat Shalat hajat adalah shalat yang dilaksanakan untuk meminta pertolongan Allah SWT, dalam mendapatkan suatu kebutuhan. Caranya dengan berwudhu secara sempurna, kemudian shalat dua rakaat selain shalat fardhu. Shalat hajat bisa dilakukan pada semua waktu kecuali waktu yang dilarang shalat. Pada akhir shalat, baik sebelum salam atau setelah salam, membaca doa berikut ini.

“Laa ilaaha illallahul haliimulkariimu subhaanallaahi rabbil ‘arsyil ‘azhiim alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin. Allaahumma innii as-aluka muujibaati rahmatika wa’azaa-ima maghfiratika walghaniimata min kulli birri wassalaamata minkulli itsmin as-aluka allaa tada’alii dzanban illaa ghafartahu walaa hammaan illaa farrajtahu walaa haajatan hiya laka ridhan illaa qadhaitahaa”

(Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Mahaaris, Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy Yang Agung, segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu hal-hal yang membawa rahmat-Mu, dan hal-hal yang mengantarkan ampunan-Mu, ghanimah dari segala kebajikan, keselamatan dari segala dosa. Aku mohon kepada-Mu jangan Engkau biarkan untukku dosa kecuali Engkau ampuni, dan kesusahan kecuali Engkau singkap, dan kebutuhan kecuali Engkau tunaikan). Panduan Shalat Lengkap

99

quruyS hanuS talahS .M gnaroeses akiJ .irahatam tibret haletes nakukalid gnay talahs utiaY tapmet naklaggninem kadit naidumek ,hubuS talahs haamajreb nad irahatam tibret iapmas hallA adapek rikizdreb kutnu ayntalahs gnay akam ,taakar aud talahs ,kabmot aud iggnites irahatam haletes .anrupmes nagned harmu nad ijah alahap naktapadnem aynnakukalem :stidah malad anamiagabeS

hallurkizdreb kudud naidumek haamajreb hubuS talahs gnay apaiS“ ijah alahap aynigab ,taakar aud talahs naidumek ,irahatam tibret iapmas 4 ”.anrupmes ,anrupmes ,anrupmes ,harmu nad

dijsaM lutayihaT talahS .N kusam akitek nakukalid gnay talahs halada dijsam lutayihat talahS ini talahs rasaD .dijsam adapek natamrohgnep akgnar malad dijsam nagnaj dijsam kusam akitek gnaroeses raga ibaN hatnirep halada .taakar aud talahs aggnihes kudud iapmas bitawar hanus talahs malad kusam idaj asib ini taakar aud talahS muleb nad dijsam kusam gnaroeses akij aggnihes ,kaltum talahs uata taakar aud talahs nakukalem aynah aid aynkiabes ,rajaF hanus talahs talahs mulebes talahs nakukalem kutnu gnaralem ibaN anerak ,ajas nakukal aid gnay talahs ,naikimed nagneD .taakar aud irad hibel hubuS .dijsam lutayihat hanus sugilakes rajaF hanus talahs kusamret hadus ek igrep naidumek ,hamur id rajaF hanus nakukalem ai ualak ilauceK ulud hayihat hanus talahs halkadneh dijsam kusam akitek akaM .dijsam :halada dijsam lutayihat talahs lilad nupadA .kudud mulebes

.birahg nasah stidah atakreb uaileb nad 985 .oN izdimriT .RH .4

100

Panduan Shalat Lengkap

ِ ِ ِ ِ ْ ‫ﺼ ـﻠﱢﻲ رْﻛـ َـﻌﺘَـ‬ ‫ﲔ‬ َ ‫إ َذا َد َﺧـ َـﻞ أ‬ ْ ‫َﺣ ـ ُﺪ ُﻛ ْﻢ اﻟْ َﻤ ْﺴــﺠ َﺪ ﻓَـ َـﻼ َْﳚﻠـ‬ َ َ َ ُ‫ـﺲ َﺣـ ﱠـﱴ ﻳ‬ “Jika seorang di antara kalian masuk masjid janganlah duduk sehingga shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari)

“Dari Abi Qatadah as-Salamani sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, ‘Jika seorang di antara kalian masuk masjid, hendaklah rukuk dua rakaat sebelum duduk.’” (HR. Bukhari)

O. Shalat Sunah Thawaf Umar bin Khathab ketika selesai melakukan thawaf, beliau mendekati maqam Ibrahim dengan mengatakan, “Alangkah inginnya kalau maqam Ibrahim dijadikan mushala.” Kemudian turunlah ayat yang menyambut keinginan Umar, yaitu fiman Allah, “Dan jadikanlah maqam Ibrahim sebagai mushala ...” dan sejak itu, disunahkan setelah thawaf shalat dua rakaat. Pada rakaat pertama setelah al-Fatihah membaca al-Kafirun, dan pada rakaat kedua membaca al-Ikhlash.

P. Shalat Sunah Jum’at Shalat sunah Jum’at adalah empat rakaat di masjid dengan dua salam, atau empat rakaat yaitu dua rakaat di masjid dan dua rakaat setelah sampai rumah. Atau cukup dua rakaat di rumah. ِ ِ ِ ِ ْ ‫ـﺠ َﺪﺗَـ‬ ‫ﲔ‬ ْ ‫ﺻـﻠﱠﻰ‬ َ ‫ﺼـ َـﺮ‬ ْ ‫ـﺠ َﺪ َﺳـ‬ َ ْ‫اﳉُ ُﻤ َﻌـﺔَ اﻧ‬ َ ‫َﻋ ْﻦ ﻧَﺎﻓ ٍﻊ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒﺪ اﻟﻠﱠـﻪ أَﻧﱠـﻪُ َﻛـﺎ َن إِذَا‬ َ ‫ف ﻓَ َﺴـ‬ ِ ِ ِ ُ ‫ـﺎل َﻛــﺎ َن رﺳـ‬ ‫ـﻚ‬ َ ‫ِﰲ ﺑـَْﻴﺘِـ ِـﻪ ﰒُﱠ ﻗَـ‬ َ ‫ﺼــﻨَ ُﻊ ذَﻟـ‬ ْ َ‫ﺻـﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠــﻪُ َﻋﻠَْﻴــﻪ َو َﺳـﻠﱠ َﻢ ﻳ‬ َ ‫ـﻮل اﻟﻠﱠــﻪ‬ َُ “Dari Nafi’ dari Abdullah, jika beliau telah shalat Jum’at, beliau berpaling lantas shalat dua rakaat di rumahnya, kemudian berkata, ‘Adalah Rasulullah melakukan hal itu.’” (HR. Muslim)

Panduan Shalat Lengkap

101

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang shalat setelah shalat Jum’at, hendaklah shalat empat rakaat.” Ibnu Yunus berkata, “Jika Anda shalat Jum’at, shalatlah setelahnya empat rakaat.” Ayahku berkata kepadaku, “Wahai anakku, jika engkau shalat di masjid dua rakaat, kemudian datang ke tempat tinggal atau rumah, shalatlah dua rakaat.” (HR. Abu Dawud No. 956) Disunahkan agar seseorang tidak langsung shalat sunah ketika selesai shalat Jum’at, melainkan diselingi dengan berbicara kepada jamaah lain. Hal itu memiliki hikmah agar shalat Jum’at dijadikan sebagai sarana silaturahmi di antara kaum muslimin.

Q. Shalat Sunah Pengantin Abdullah bin Mas’ud ra. menganjurkan pengantin yang baru selesai akad nikah untuk melakukan shalat dua rakaat dan setelah itu si pengantin laki-laki memegang ubun-ubun pengantin putri dan berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan dia di atasnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan dia di atasnya.”

102

Panduan Shalat Lengkap

“Seorang laki-laki datang dari Bajilah kepada Abdullah dan berkata, ‘Sesungguhnya aku menikahi seorang gadis yang masih perawan, dan aku takut kalau dia membenciku.’ Abdullah berkata, ‘Sesungguhnya keakraban itu dari Allah dan kebencian dari setan untuk menjadikan dia membenci apa yang dihalalkan oleh Allah untuknya. Maka jika engkau masuk kepadanya, perintahkan supaya dia shalat di belakangmu dua rakaat.’” A’masy berkata, “Aku sebutkan hal itu ke Ibrahim. Dia berkata bahwa Abdullah berkata, ‘Katakanlah: ya Allah, berkahilah untukku dalam keluargaku, dan berkailah untuk mereka pada diriku, berikan mereka rezeki dariku, dan berikan aku rezeki dari mereka, ya Allah kumpulkanlah antara kami selama Engkau kumpulkan kami dalam kebaikan, dan pisahkan antara kami jika Engkau pisahkan kepada kebaikan.’”(HR. Thabarani).

R. Shalat Taubat Shalat taubat adalah shalat yang dilakukan orang yang ingin bertaubat kepada Allah karena suatu dosa. Caranya adalah berwudhu dengan baik, kemudian melakukan shalat dua rakaat atau empat rakaat, kemudian istighfar kepada Allah SWT. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakar ash-Shiddiq ra.

“Tidaklah seseorang melakukan dosa, kemudian bangun berwudhu, kemudian shalat, lantas minta ampun kepada Allah SWT, kecuali Allah ampuni. Lantas beliau membaca ayat ini: ‘dan orangorang yang jika melakukan kekejian atau menganiaya dirinya, mengingat Allah, lantas minta ampun untuk dosa-dosa mereka, dan siapakah yang mengampuni dosa kecuali Allah? dan mereka tidak Panduan Shalat Lengkap

103

terus-menerus atas apa yang mereka lakukan, sedang mereka mengetahui.’” (HR. Turmudzi No. 408, dan beliau berkata hadits ini hasan) Hadits ini ada kelemahannya. Tetapi terdapat hadits lain yang menjadi saksi, dari shahih Bukhari riwayat Utsman bin Affan yang mengatakan, “Barangsiapa berwudhu dengan wudhu saya ini, kemudian shalat dua rakaat dan tidak membisikkan sesuatu pada dirinya pada waktu shalat, diampuni dosa yang telah lalu.” Shalat taubat disepakati disukainya oleh mazhab yang empat dan difatwakan kebolehannya oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah. Adapun istighfar dapat diucapkan dengan bacaan: astaghfirullahal

‘adzim, atau dengan sayyidul istighfar yaitu: “Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wawa’dika mastatha’tu a’uudzubika min syarri maa shana’tu abuu-ulaka bini’matika ‘alayya wa abuu-u laka bidzanbii faghfirlii fa innahu laa yaghfirudzdzunuuba illaa anta”

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau ciptakan aku, dan aku adalah hambaMu, dan aku di atas perjanjian-Mu, dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung dengan-Mu dari kejahatan apa yang aku perbuat. Aku mengakui dengan nikmat-Mu atasku. Aku mengakui dengan dosaku maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR. Bukhari)

104

Panduan Shalat Lengkap

Shalat dalam Keadaan Tertentu

A. Shalat bagi Musafir Islam memberikan konsep rukhsah* berupa pengurangan porsi atau pembebasan seseorang dari kewajiban beribadah pada kondisi tertentu. Tujuannya adalah agar seorang hamba senantiasa dapat melaksanakan kewajibannya kepada Allah. Dalam perjalanan, seorang musafir tentunya akan mendapati kesulitan dan merasakan kelelahan, sehingga Islam memandang perlu untuk memberikan kemudahankemudahan dalam ibadah sebagai wujud dari kebesaran dan toleransi ajaran Islam. Keringanan-keringanan yang didapatkan oleh musafir antara lain: 1. Boleh menyederhanakan shalat wajib berjumlah empat rakaat menjadi dua rakaat. *Rukhsah: keringanan

Panduan Shalat Lengkap

105

2. Tidak berpuasa Ramadhan dengan meng-gantinya di hari lain. 3. Mengusap khuf* selama tiga hari tiga malam terhitung sejak saat pertama kali mengusap. 4. Gugurnya perintah mendirikan shalat sunah rawatib. Namun untuk shalat sunah Fajar, tahajud, Dhuha, tahiyyat masjid, dan shalat sunah lainnya masih tetap dianjurkan bagi para musafir.

Shalat Qashar dan Shalat Jamak Allah berfirman, “Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kalian mengqashar shalat jika kalian takut diserang orang-orang kafir” (QS. an-Nisa: 101). Menjamak artinya menggabungkan 2 shalat. Jika dilakukan di awal waktu (misalnya shalat Dzuhur dijamak dengan Ashar dan dikerjakan di waktu Dzuhur) disebut jamak taqdim. Sedangkan jika dilakukan di akhir waktu (jamak Dzuhur dan Ashar dikerjakan di waktu Ashar) disebut jamak ta’khir. Sedang meng-qashar adalah meringkas shalat, yakni shalat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat.

1. Syarat Shalat Qashar a. Perjalanannya memenuhi kriteria safar. b. Perjalanannya bersifat mubah atau perjalanan taat. Adapun perjalanan maksiat tidak diberikan rukhsah. Perjalanan yang dilakukan musafir terdiri atas lima jenis:  Perjalanan yang haram. Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk melakukan perbuatan yang diharamkan, misalnya untuk membeli narkoba.  Perjalanan yang makruh. Misalnya, orang yang bepergian jauh seorang diri.  Perjalanan yang mubah. Misalnya, orang bepergian untuk mencari hiburan. *

Khuf: terompah yang terbuat dari kulit

106

Panduan Shalat Lengkap

Perjalanan yang wajib. Misalnya, orang yang melakukan perjalanan untuk pergi haji, umrah, atau jihad.  Perjalanan yang sunah. Misalnya, orang yang bepergian untuk kepentingan haji yang kedua kalinya. c. Benar-benar telah meninggalkan kampung halaman. 

2. Alasan yang Membolehkan Shalat Jamak a. Safar. b. Hujan lebat. “Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. menjamak shalat Maghrib dan Isya pada suatu malam saat turun hujan deras.” (HR. Baihaqi)

3. Shalat yang boleh dijamak atau diqashar    

Shalat yang boleh diqashar: Dzuhur, Asar, dan Isya. Shalat yang tidak boleh diqashar: Maghrib dan Subuh. Shalat yang boleh dijamak: Dzuhur dengan Asar, dan Maghrib dengan Isya. Shalat yang tidak boleh dijamak: Subuh.

B. Shalat bagi Orang Sakit Tatacara shalat orang yang sakit adalah sebagai berikut: 1. Orang yang sakit harus bersuci dengan air terlebih dahulu guna menghilangkan hadas besar dan kecil. Bersuci merupakan syarat sah shalat. Apabila ada halangan dalam menggunakan air (misalnya bila terkena air maka sakitnya bisa bertambah parah, dan sebagainya) maka dia boleh bertayamum. 2. Membersihkan pakaian dan badan dari najis. Apabila tidak mampu, ia boleh shalat dengan keadaan yang ada. Shalatnya tetap sah dan tidak wajib mengulang. 3. Shalat di atas tempat yang suci. Apabila tidak memungkinkan, dia boleh shalat di mana saja. Shalatnya tetap sah dan tidak wajib mengulang. Panduan Shalat Lengkap

107

4. Apabila keadaan memungkinkan, si sakit diperintahkan untuk mendirikan shalat dalam posisi berdiri meskipun tidak dalam keadaan tegak. Dia juga boleh bersandar pada dinding atau bertumpu pada tongkat. Apabila tidak mampu berdiri dan jika dipaksakan mengalami kesulitan (misalnya akan memperparah sakitnya atau dapat menunda kesembuhannya) maka dia boleh shalat dalam posisi duduk bersila. “Aisyah ra. pernah melihat Rasulullah saw. shalat dalam keadaan duduk bersila” (HR. anNasa’i). Selain itu, dia juga boleh shalat dalam posisi duduk tasyahud, atau dalam posisi yang paling mudah baginya. Keadaan demikian ini tidak mengurangi sedikit pun bagian pahala dari Allah. Abu Hurairah menuturkan, “Acap kali aku mendengar Abu Musa al-Asy ‘ari berkata, ‘Apabila salah seorang di antara kalian menderita sakit atau sedang bepergian maka akan dicatat baginya (pahala amal ibadah) seperti yang dia kerjakan dalam keadaan sehat dan tidak dalam perjalanan’” (HR. Bukhari). Rasulullah saw pernah bersabda, “Shalatlah dengan berdiri. Jika kamu tidak mampu, shalatlah dengan duduk. Jika kamu tetap tidak mampu, shalatlah dengan berbaring” (HR. Bukhari). 5. Apabila si sakit tidak mampu duduk atau jika memaksakan diri untuk duduk maka dia akan mendapatkan kesulitan maka dia boleh shalat dengan berbaring menghadap kiblat. Rukuk dan sujudnya dapat dilakukan dengan isyarat. Isyarat sujud diupayakan lebih rendah daripada rukuk. Yang paling afdhal adalah dengan berbaring sambil memiringkan tubuh ke sisi kanan, dan apabila tidak sanggup menghadap kiblat, dia boleh menghadap ke arah manapun.

C. Shalat dalam Keadaan Takut (Khauf) Shalat khauf adalah shalat yang dilakukan ketika keadaan sedang gawat, misalnya saja pada saat perang. Shalat itu dilakukan dengan cara berjamaah yang sedikit berbeda, tujuannya agar bisa tetap mengawasi pergerakan musuh atau bahaya.

108

Panduan Shalat Lengkap

Tatacara Shalat Khauf 1. Saat musuh berada di posisi yang tidak searah dengan kiblat  Pasukan dikelompokkan menjadi dua bagian.  Ketika kelompok pertama shalat bersama imam, kelompok kedua menghadap ke arah musuh dalam keadaan siaga guna menghadang serangan.  Selesai melaksanakan rakaat pertama dan ketika imam berdiri untuk rakaat berikutnya, kelompok pertama menyelesaikan rakaat shalat sendiri-sendiri.  Seusai shalat, mereka menggantikan posisi kelompok kedua yang selanjutnya shalat bersama dengan imam, yang dengan sengaja memanjangkan rakaat kedua, lalu menyelesaikan rakaat ketiganya bersama kelompok kedua.  Ketika imam duduk tasyahud dan sebelum salam, kelompok kedua bangkit dari sujud dan berdiri menyelesaikan rakaat kedua. Mereka menyusul imam pada duduk tasyahud dan mengakhiri shalat dengan salam bersama imam. Tatacara shalat khauf yang demikian ini adalah sebagaimana yang diterangkan oleh firman Allah, “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka maka hendaknya segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamudan menyandang senjata. Kemudian, apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan shalat), maka hendaknya mereka berpindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat lalu hendaklah mereka shalat bersamamu dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.” (QS. an-Nisa’: 102) Karena posisi kelompok kedua lebih berbahaya di hadapan musuh, maka Allah SWT. memerintahkan mereka untuk bersiap siaga dengan menyandang senjata. Panduan Shalat Lengkap

109

2. Saat musuh berada di posisi searah dengan kiblat  Berbaris dalam dua shaf.  Barisan pertama sujud bersama imam, sedangkan berisan kedua berdiri menghadap musuh.  Imam menyelesaikan sujud dan bangkit berdiri bersama barisan pertama, sedangkan barisan kedua bersujud lalu berdiri.  Barisan kedua bergeser ke depan dan barisan barisan pertama bergeser ke belakang menempati posisi barisan kedua.  Rukuk dan i’tidal bersama-sama.  Imam sujud bersama barisan pertama yang semula berada pada barisan kedua pada rakaat pertama, sedangkan barisan kedua berdiri menghadap musuh.  Imam bangkit dari sujud dan diikuti oleh barisan pertama, lantas barisan kedua menyusul bersujud  Salam bersama imam. Shalat khauf dapat dilaksanakan jika peperangan tidak sedang berkecamuk. Namun, apabila datang waktu shalat sementara ketika itu pertempuran sengit sedang berlangsung sehingga tidak memungkinkan penerapan cara shalat khauf di atas, maka setiap orang atau kelompok boleh shalat sesuai kondisi dan kemampuannya karena shalat tidak boleh ditunda. Jadi, boleh melakukan shalat sambil menghindari musuh. Tidak harus dalam posisi menghadap kiblat, juga rukuk dan sujud dilakukan hanya dengan isyarat sambil memukul musuh. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an. “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya) maka shalatlah sambil berjalan atau berkendara.” (QS. al-Baqarah: 239) Hal yang sama juga berlaku bagi orang yang khawatir akan datangnya ancaman dari orang jahat, bahaya banjir, tsunami, binatang buas, atau kebakaran. Demikian juga bagi orang 110 Panduan Shalat Lengkap

yang ditawan musuh dan mengkhawatirkan keselamatan jiwanya jika musuh mengetahui bahwa ia sedang shalat. Ketika itu, dia boleh shalat sesuai keadaan dan kemampuannya: dengan berdiri, berjalan, duduk, berbaring, menghadap kiblat atau tidak, bepergian atau tidak, serta dengan rukuk dan sujud atau cukup dengan memberi isyarat.

Shalat Khauf Pada Waktu Maghrib Ibnu Hajar mengatakan, “Sejumlah hadits yang berbicara tentang tatacara pelaksanaan shalat khauf tidak terdapat satupun yang memaparkan tentang tatacara melaksanakan shalat khauf untuk shalat Maghrib.” Sebagian ulama mengemukakan sebagai berikut: imam mendirikan shalat bersama kelompok yang pertama sebanyak dua rakaat dan kelompok tersebut menyempurnakan shalatnya sendirisendiri dengan hanya membaca al-Fatihah. Kemudian imam melanjutkan satu rakaat terakhir bersama kelompok yang kedua dan kelompok yang kedua ini menyempurnakan dua rakaat lainnya secara sendiri-sendiri dengan membaca al-Fatihah dan surat. Apabila imam duduk tasyahud, dia memperpanjang waktu duduknya hingga datang kelompok kedua lalu imam berdiri. Kelompok yang pertama berdiri setelah tasyahud awal untuk menyempurnakan rakaat ketiga kemudian salam. Setelah itu, imam berdiri sedangkan kelompok kedua melaksanakan takbiratul ihram dan masuk shalat bersama imam. Apabila imam selesai mengerjakan seluruh rakaat dan duduk tasyahud, kelompok kedua berdiri dan menyempurnakan shalatnya.

Menyandang Senjata Saat Shalat Khauf Diperbolehkan menyandang senjata pada saat mendirikan shalat khauf, bahkan hukumnya adalah wajib. Allah berfirman, “... Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu dan menyandang senjata.” Bahaya yang akan menimpa kaum Panduan Shalat Lengkap

111

muslimin akibat ketidaksiapan pasukan dalam membawa senjata merupakan kelemahan yang harus diwaspadai. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kelompok yang pertama untuk memanggul senjata, sedangkan kelompok kedua waspada dan memanggul senjata pula. Persenjataan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah untuk pertahanan diri. Karena dalam keadaan shalat, mereka tidak mungkin menyerang musuh. Sudah semestinya, ukuran dan berat senjata yang dipanggul tidak mengganggu kekhusyukan dalam shalat.

112

Panduan Shalat Lengkap

Agar Shalat Menjadi Sarana Efektif Mentarbiyah Diri

Shalat bukan hanya sekadar ibadah ritual

yang kosong dari makna, melainkan sebagai sarana bermunajat, berdoa, bertaqarrub kepada Allah, sehingga orang yang shalat secara benar akan menjadi orang rabbani, yang terhindar dari hubbu dunya (cinta dunia) dan menjadi orang yang kuat dalam perjuangan. Shalat sekaligus juga sebagai sarana mentarbiyah diri dalam memiliki seluruh sifat yang baik dan melepaskan diri dari sifat yang buruk, sebagaimana Allah berfirman mengenai fungsi shalat: “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. Allah juga berfirman dalam surat al-Ma’arij: 19-35 ketika menyifati orang yang shalat:

Panduan Shalat Lengkap

113

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apaapa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang memercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanatamanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” Orang yang shalat secara benar adalah orang yang khusyuk dalam shalatnya, yang sangat kuat imannya terhadap hari akhirat, menepati janji, memelihara kehormatan, menunaikan zakat, menjaga amanah, dan tegak dengan kesaksian. Inilah jiwa rabbani yang produktif. Agar peran shalat menjadi efektif dan diterima oleh Allah serta menjadi sarana pembinaan diri maka perlu ditingkatkan pelaksanaan shalatnya, yaitu: a. Dilaksanakan secara istiqamah, tepat waktu, dengan berjamaah. b. Dilaksanakan dengan serius dan semangat, tidak dengan bermalas-malasan seperti orang munafik yang Allah berfirman: “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit” (QS. an-Nisa’: 4). c. Dilaksanakan dengan penuh khusyuk dan khudzu’ 114

Panduan Shalat Lengkap

Khusyuk adalah merendahkan diri, tenang, dan sikap hati untuk menerima kebenaran. Sedangkan khudhu’ adalah ketundukan hati dalam menerima perintah dan larangan Allah SWT. Allah SWT menceritakan arti khusyuk dalam firman-Nya: ِ ‫ِ ِﱠ‬ ‫اﳊَـ ـ ﱢﻖ‬ ْ ‫ﻳﻦ آَ َﻣﻨُـﻮا أَ ْن َﲣْ َﺸ ـ ـ َـﻊ ﻗُـﻠُﻮﺑـُ ُﻬ ْﻢ ﻟِـ ِـﺬ ْﻛ ِﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوَﻣــﺎ ﻧَـ َـﺰَل ِﻣ َﻦ‬ َ ‫أَ َﱂْ ﻳَﺄْن ﻟﻠﺬ‬ ِ‫ﱠ‬ ِ ‫ﺖ‬ َ َ‫ﺎب ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒ ُﻞ ﻓَﻄ‬ ْ ‫ﺎل َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ُﻢ ْاﻷ ََﻣ ُﺪ ﻓَـ َﻘ َﺴ‬ َ َ‫ﻳﻦ أُوﺗـُ ـﻮا اﻟْﻜﺘ‬ َ ‫َوَﻻ ﻳَ ُﻜﻮﻧـُ ـﻮا َﻛﺎﻟﺬ‬ ِ َ‫ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وَﻛﺜِ ـ ــﲑ ِﻣْﻨـﻬﻢ ﻓ‬ ‫ﺎﺳـ ُﻘﻮ َن‬ ْ ُ ٌ َ ْ ُُ “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orangorang yang sebelumnya telah diturunkan alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orangorang yang fasik.” (QS. al-Hadid: 16) Khusyuk juga dapat bermakna ikhbat yang berarti tunduk dan patuh sebagaimana Allah firmankan: ِ ِ ِ ‫اﻟﱠ ِﺬ‬. ‫وﺑ ﱢﺸـ ِﺮ اﻟْﻤﺨﺒِﺘِﲔ‬ ِ ‫ـﺖ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ واﻟ ﱠ‬ ‫ﻳﻦ َﻋﻠَﻰ َﻣﺎ‬ َ ُْ ََ َ ْ ُ ُ ْ ‫ﻳﻦ إ َذا ذُﻛـ َـﺮ اﻟﻠﱠﻪُ َوﺟﻠَـ‬ َ ‫ﺼـ ــﺎﺑ ِﺮ‬ َ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ـﺎﻫ ْﻢ ﻳـُْﻨﻔ ُﻘﻮ َن‬ ‫َﺻﺎﺑـَ ُﻬ ْﻢ َواﻟْ ُﻤﻘﻴﻤــﻲ اﻟ ﱠ‬ ُ ‫ﺼ َﻼة َوﳑﱠـ ـ ــﺎ َرَزﻗْـﻨَ ـ‬ َ‫أ‬ “… dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang, dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.” (QS. al-Hajj: 34-35) Shalat yang dilaksanakan dengan khusyuk adalah shalat yang dilakukan dengan penuh ketawadhu’an dan ketundukan kepada Allah SWT, sehingga kalimat yang diucapkan dan gerakan yang dilakukan keluar dari hati dan pikiran yang terefleksikan dalam sikap dan perbuatan. Panduan Shalat Lengkap

115

Pahala dari shalat seseorang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kekhusyukannya. “Amar bin Yasir ra. meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya laki-laki setelah selesai melakukan shalat ia akan mendapat pahala sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau seperdua.’’ (HR. Abu Dawud dan Nasa’i) Maksudnya adalah sejauhmana ia ikhlas dan khusyuk dalam shalat, sejauh itu pulalah pahala yang akan ia dapatkan. Sehingga ada sebagian orang yang mendapat sepersepuluh bagian, ada yang mendapat setengahnya, dan seterusnya. Khusyuk adalah ilmu yang pertama kali dicabut dari bumi, sehingga banyak orang yang shalat tetapi sedikit yang khusyuk. Oleh karenanya sedikit sekali pengaruh shalat dalam kehidupan. ِ ‫ﻋﻦ ﻋــﻮ‬ ِ َ ‫ أَ ﱠن رﺳ ـ‬،‫ﻚ اﻷَ ْﺷﺠﻌِﻲ‬ ٍ ِ‫ف ﺑﻦ ﻣﺎﻟ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳـﻠﱠ َﻢ ﻧَﻈََﺮ إِ َﱃ‬ ‫َ ﱢ‬ َ ‫ـﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬ َ َُ َْ ْ َ ِ ‫ﺎل‬ ُ ‫ ﻳـُ َﻘ‬،‫ﺼﺎ ِر‬ َ ‫ ﻓَـ َﻘ‬،"‫" َﻫ َﺬا أ ََوا ٌن ﻳُـ ْـﺮﻓَ ُﻊ اﻟْﻌِْﻠ ُﻢ‬:‫ﺎل‬ َ ‫ ﻓَـ َﻘ‬،‫اﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎء ﻳـَ ْﻮًﻣﺎ‬ َ ْ‫ﺎل ﻟَﻪُ َر ُﺟ ـ ٌـﻞ ﻣ َﻦ اﻷَﻧ‬ ٍِ ِ ِ َ ‫ ﻳﺎ رﺳ ـ‬:‫ﻴﺪ‬ ‫ﺎل‬ َ ‫ ﻓَـ َﻘ‬, ‫ـﻮب؟‬ ُ ‫ﻟَﻪُ ِزﻳَـ‬ َ ‫ ﻳُـ ْـﺮﻓَ ُﻊ اﻟْﻌ ْﻠ ُﻢ َوﻗَـ ْﺪ أَﺗَـْﻴ‬،‫ـﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬ ُ ‫ﺖ َوَو َﻋْﺘ ــﻪُ اﻟْ ُﻘﻠُـ‬ ُ َ َ ‫ـﺎد ﺑﻦ ﻟَﺒ‬ ِ ِ ُ ‫رﺳ ـ‬ ،"‫ﻚ ِﻣ ْﻦ أَﻓْـ َﻘ ِﻪ أ َْﻫ ِﻞ اﻟْ َﻤ ِﺪﻳﻨَ ِﺔ‬ َ ُ‫َﺣ َﺴﺒ‬ ُ ‫"إِ ْن ُﻛْﻨ‬:‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳـﻠﱠ َﻢ‬ ْ‫ﺖﻷ‬ َ ‫ـﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬ َُ ِ ِ َ‫ﻮد واﻟﻨﱠﺼـ ــﺎرى َﻋﻠَﻰ ﻣﺎ ِﰲ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬﻢ ِﻣﻦ ﻛِﺘ‬ ،‫ﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ َ ُ‫ﰒُﱠ ذَ َﻛـ َـﺮ ﻟَﻪ‬ ْ ْ َ َ َ َ ‫ﺿﻼﻟَﺔَ اﻟْﻴَـ ُﻬ‬ ِ ٍ ‫ﻳﺚ ﻋــﻮ‬ ِ ِ ِ ‫ أَﻻ‬, ‫ف‬ َ ‫ ﻓَـ َﻘ‬،‫ف‬ ٌ ‫ﺻ َﺪ َق َﻋـ ْـﻮ‬ َ ‫ﻴﺖ َﺷﺪ‬ ُ ‫ﻓَـﻠَﻘ‬ َ :‫ﺎل‬ ْ َ ‫ﱠاد ﺑﻦ أ َْو ٍس ﻓَ َﺤ ﱠﺪﺛْـﺘُﻪُ ﲝَ ـ ــﺪ‬ ِ ِ ‫ ﻻ ﺗَ ــﺮى ﺧ‬،‫اﳋ ُﺸ ـ ـ ــﻮع‬ . ‫ﺎﺷ ًﻌﺎ‬ َ َ‫ﻚ ﻳُـ ْـﺮﻓَ ُﻊ؟ ﻗ‬ َ ‫ُﺧـ ِـﱪُ َك ﺑِـﺄَﱠوِل ذَﻟ‬ ْ‫أ‬ ُ ُْ :‫ﺎل‬ َ َ Dari Auf bin Malik al-Asyja’i sesungguhnya Rasulullah saw. suatu hari melihat ke langit dan bersabda, “Ini waktunya ilmu diangkat.” Seorang dari Anshar berkata kepada beliau, namanya Ziad bin Lubaid, “Wahai Rasulullah, bagaimana ilmu diangkat, sedang engkau telah datang, dan ilmu telah dipahami oleh hati?” Rasulullah bersabda, “Sungguh aku menyangka engkau adalah orang yang paling paham dari penduduk Madinah.” Kemudian beliau menyebutkan kesesatan Yahudi dan Nashara padahal di tangan mereka ada kitab Allah. Lantas aku bertemu Syaddad bin Aus dan aku ceritakan tentang hadits Auf, 116

Panduan Shalat Lengkap

dia berkata, “Auf benar, maukah aku ceritakan apa yang pertama kali diangkat?” Dia berkata, “Khusyuk, engkau tidak lihat: orang yang khusyuk.” (HR. Hakim, Thabrani, dan lain-lainnya) Dalam hadits disebutkan bahwa banyak orang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus. Banyak orang bertahajud, tetapi tidak menghasilkan apa-apa dari shalatnya kecuali letih dan kantuk.

A. Kiat-Kiat Menggapai Kekhusyukan Kekhusyukan bisa didapatkan dengan memerhatikan adabadab zahir dan batin: 1. Berusaha menghilangkan segala hal yang mengganggu konsentrasi hati dan pikiran. Buang air dulu ketika ingin buang air, jangan sampai shalat sambil menahan buang air. Rasulullah bersabda, “Janganlah seorang di antara kalian shalat dalam kondisi menahan dua hajat: berak atau kencing.” Termasuk yang mengganggu kekhusyukan adalah kondisi lapar sementara makanan sudah disediakan, maka hendaklah ia makan dulu baru shalat. Menghilangkan pandangan yang menggoda konsentrasi, sebagaimana Rasulullah saw. memerintahkan agar Aisyah ra. menyingkirkan kelambu yang gambarnya menggoda Nabi saw. dalam shalatnya. Termasuk disini adalah suara gaduh yang menghalangi konsentrasi. 2. Berwudhu secara sempurna dan mendatangi masjid di waktu awal, sehingga berangkat shalat dalam kondisi tenang dan masuk dalam shalat pun dalam kondisi tenang. 3. Berdiri dengan tenang dan diam, tidak banyak bergerak kecuali terpaksa. Allah SWT berfirman, “Dan berdirilah shalat dengan tenang.” 4. Mengetahui arti dari bacaan-bacaan di dalam shalat Mengerti arti bacaan shalat merupakan syarat mutlak untuk dapat khusyuk, sebab seseorang tidak akan hadir hati dan pikirannya serta berinteraksi dengan apa yang dibacanya kecuali jika Panduan Shalat Lengkap

117

memahami artinya. Maka Allah SWT. melarang orang yang mabuk untuk shalat, karena ia tidak akan memahami apa yang dibacanya. Demikian juga melarang orang yang sangat mengantuk untuk shalat karena tidak memahami yang dibaca. Untuk itu, seseorang harus belajar memahami bacaan shalat. 5. Menghadirkan hati dan pikiran dalam shalat, mengikuti dan meresapi setiap kata yang dibaca, dan meyakini bahwa ia berbicara dengan Allah dalam shalatnya, begitupun meyakini bahwa Allah menjawab bacaan al-Fatihahnya. Jika melewati ayat rahmat, mohon rahmat Allah, dan jika melewati ayat azab, mohon perlindungan Allah darinya. Rasulullah saw. bersabda dalam hadits Qudsy, “Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. bersabda, “Siapa yang shalat tidak membaca Ummul Kitab, ia cacat tidak sempurna.” Dikatakan kepada Abu Hurairah, “Kita di belakang imam, ia berkata: bacalah dalam dirimu, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku bagi shalat itu antara Aku dan hambaKu dua bagian, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba-Ku membaca: alhamdulillahi rabbi ‘aalamin, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku,’ dan jika ia membaca: ar-rahmaan ar rahiim, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku menyanjung-Ku,’ dan jika ia membaca: maaliki yaumiddin, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan Aku,’ dan waktu yang lain berfirman: ‘Hamba-Ku telah menyerahkan kepadaKu,’ jika hamba-Ku membaca: iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, Allah berfirman, ‘Ini antara aku dan hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta,’ dan jika hamba-Ku membaca: ihdinas syirathal mustaqim …. Allah berfirman, ‘Dan ini untuk hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta. (HR Muslim) Menghadirkan hati seakan ia melihat Allah atau menghadirkan hati bahwa Allah melihat gerak-geriknya dan hatinya dalam shalat. Allah berfirman: “Dan Allah melihatmu ketika engkau berdiri. Dan gerak-gerikmu dalam sujudmu.” (QS. asy-Syu’ara’: 218-219) 6. Menundukkan pandangan. Sebelumnya sudah menjadi kebiasaan Rasulullah saw. memandang 118

Panduan Shalat Lengkap

7. 8.

9.

10.

ke langit ketika shalat, sambil menunggu malaikat pembawa wahyu. Begitulah Rasulullah saw. sebelumnya dalam shalat. Akan tetapi, setelah turun ayat, “Sesungguhnya beruntung-lah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya” (QS. al-Mu’minun: 1-2). Maka Rasulullah saw. mulai memandang ke bawah ketika shalat. Mengenai ayat di atas, Abdullah bin Umar ra. berkata, “Para shahabat jika mereka berdiri untuk shalat tidaklah melihat ke sana-kemari, mereka betul-betul tawajjuh dalam shalat. Pandangan mereka selalu tertuju kepada tempat sujud mereka. Mereka sangat memahami ayat ini sehingga dapat sangat tawajjuh kepada Allah SWT. Ali ra. ditanya oleh seseorang, ‘Khusyuk itu apa?’ Maka beliau menjawab, ‘Khusyuk itu di dalam hati (maksudnya mentawajjuhkan hati kita dalam shalat). Yang termasuk dalam khusyuk adalah tidak berpikiran ke sana-kemari.’” Syaikh Mujaddid al-Fatsani dalam kitabnya menuliskan bahwa agar shalat kita dapat menjadi lebih khusyuk, hendaknya memusatkan pandangan mata kita ke arah sujud ketika berdiri, ke arah kaki ketika rukuk, ke arah hidung ketika sujud, dan ke arah tangan ketika duduk. Menghilangkan segala pemikiran duniawi ketika memasuki shalat, dan berniat munajat kepada Allah SWT. Menghadirkan keagungan Allah SWT, luasnya kasih-sayangnya, serta rendahnya diri di hadapan Allah SWT. Zaenal Abidin, cucu Rasulullah saw. setiap kali berwudhu wajah beliau pucat, ketika ditanya beliau menjawab, “Kepada siapa saya akan menghadap?” Mengikhlaskan shalat hanya untuk Allah. Abul ‘Aliyah ra. mengatakan, “Hendaklah ada 3 hal dalam shalat, yaitu ikhlas kepada Allah, takut kepada Allah, dan mengingat Allah. Apabila dalam shalat tidak ada ketiga hal ini, maka bukan shalat namanya.” Menghadirkan rasa takut kepada Allah. Ibnu Abbas ra. berkata, “Orang yang khusyuk adalah orang yang takut kepada Allah dan orang yang shalat dengan tenang.” Qatadah ra. berkata, “Hati yang khusyuk adalah hati yang takut

Panduan Shalat Lengkap

119

kepada Allah dan menundukkan matanya ke bawah.” Dalam hadits yang lain, Abu Darda menyebutkan, “Saya mendengar dari Rasulullah saw., beliau bersabda, ‘Beribadahlah kepada Allah seolah-olah Dia benar-benar berada di hadapanmu dan jika kamu tidak bisa merasa seolah-olah kamu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Pernah Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki yang shalat sambil menyisiri jenggotnya dengan tangannya. Rasulullah saw. bersabda, “Kalau saja hatinya khusyuk maka seluruh anggota badannya akan diam tenang.” 11. Memanjangkan rakaat shalat. Jabir ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Shalat yang paling afdhal adalah yang panjang rakaatnya.” 5 Banyak hadits yang menceritakan bahwa shalat Rasulullah saw. dilakukan dalam rakaat yang panjang sehingga kaki beliau bengkak-bengkak karena rakaat yang panjang. Namun Rasulullah saw. juga menasihati kita agar lama shalat sesuai dengan kadar kekuatan kita. Pernah ada seorang shahabat wanita yang shalat sambil mengikat dirinya dengan tali. Maksudnya agar dapat shalat dengan rakaat-rakaat yang panjang, namun ketika Rasulullah melihat hal itu, beliau melarangnya. Yang jelas, bagaimanapun juga shalat dengan rakaat yang lebih panjang itu lebih afdhal dan lebih baik, juga lebih membantu kita agar dapat khusyuk. 12. Berpikir bahwa shalat yang dilakukannya itu adalah shalatnya yang terakhir. Ketika seseorang telah mengetahui bahwa umurnya tinggal beberapa waktu lagi, ia akan lebih sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu karena hal tersebut mungkin akan menjadi hal terakhir yang dapat dilakukannya. Rasulullah bersabda, “Shalatlah kamu seolah-olah itu adalah shalatmu yang terakhir, atau shalat seolah-olah setelah ini tidak ada kesempatan lagi untuk shalat.”

5. (HR. Ibnu Abi Syaibah, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

120

Panduan Shalat Lengkap

B. Beginilah Shalat Nabi dan Para Shahabat Aisyah ra. bercerita, “Rasulullah saw. sering berbincang-bincang dengan kami, tetapi jika tiba waktu shalat, beliau akan pergi seolaholah tidak kenal dengan kami. Beliau benar-benar akan menyibukkan diri dengan Allah SWT.” Aisyah ra. berkata, “Rasulullah saw. bangun untuk shalat malam sehingga pecah-pecah kakinya. Maka saya bertanya, ‘Mengapakah engkau berbuat demikian, ya Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang kemudian?’ Jawab Nabi saw., ‘Tidakkah layak aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?’” Rasulullah saw. telah menjadikan shalat bagi beliau sebagai penyejuk mata, maka beliau bersabda, “Kalian akan dijadikan mencintai dua hal dari dunia: minyak wangi dan wanita, dan shalat telah dijadikan penyejuk mataku” (HR. Hakim dan Baihaqi). Maka setiap kali beliau merasa sedih, beliau beristirahat dengan shalat dengan mengatakan, “Wahai Bilal istirahatkanlah saya dengan shalat.” Ubaid bin Umair pernah berkata kepada Aisyah ra., “Tolong ceritakan sesuatu yang paling menakjubkan dari Rasulullah saw. sebagaimana yang engkau lihat.” Beliau berkata, “Pada suatu malam, Rasulullah berkata kepadaku, ‘Wahai Aisyah, biarkan aku beribadah kepada Rabbku.’ Aku berkata, ‘Aku suka dekat denganmu, dan aku suka apa yang membuatmu senang.’ Maka beliau berwudhu dan shalat, kemudian tak henti-hentinya menangis sampai jenggot beliau basah. Lantas menangis sampai tikar beliau basah, dan terus menangis sampai tanah basah dengan air mata beliau. Demikian sampai Subuh, dan Bilal datang memberitahu datangnya waktu Subuh, dan ketika melihat beliau menangis Bilal berkata, ‘Bukankah telah diampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?’ Beliau menjawab, ‘Apa tidak pantas saya menjadi hamba yang bersyukur.’” (HR. Ibnu Hibban) Salah seorang shahabat Rasulullah saw. berkata, “Pernah pada suatu malam aku pergi ke masjid Nabawi. Aku melihat Panduan Shalat Lengkap

121

Rasulullah saw. saat itu sedang shalat sehingga timbul keinginan di dalam hatiku untuk shalat. Maka mulailah aku berdiri di belakang Rasulullah saw. Ketika itu, Rasulullah saw. sedang membaca surat al-Baqarah. Aku berpikir, mungkin di ayat yang ke-100 Rasulullah saw. akan rukuk. Tetapi Rasulullah saw. ternyata tidak berhenti, maka aku pun mulai berpikir, mungkin Rasulullah saw. akan berhenti pada ayat yang ke-200. Tetapi di sini pun Rasulullah saw. tidak berhenti maka aku pun berpikir lagi, mungkin Rasulullah saw. akan berhenti setelah menyelesaikan surat al-Baqarah. Ketika telah menyelesaikan surat tersebut, Rasulullah saw. membaca Allahumma lakal hamdu beberapa kali. Kemudian Rasulullah saw. melanjutkan membaca surat Ali Imran. Aku berpikir, mungkin Rasulullah saw. akan rukuk setelah selesai membaca surat ini. Setelah selesai membaca surat ini, Rasulullah saw. membaca Allahuma lakal hamdu tiga kali. Kemudian Rasulullah saw. meneruskan membaca surat al-Ma’idah. Setelah menyelesaikan surat al-Ma’idah, barulah Rasulullah saw. rukuk dan membaca subhanaana rabbiyal adzim. Kemudian Rasulullah saw. sujud dan membaca subhaana rabbiyal a’laa serta beberapa doa lain yang tidak dapat saya pahami. Setelah itu beliau memulai rakaat yang kedua dengan membaca surat alAn’am, dan aku sudah mulai malas mengikuti shalat beliau ….” Berkata Anas bin Malik, “Tidaklah aku shalat di belakang seorang pun sesudah zaman Rasulullah saw. yang lebih menyerupai shalatnya Rasulullah saw. daripada pemuda ini, yaitu Umar bin Abdul Aziz.” Berkata Anas, “Maka kami mengira-ngirakan dalam rukuknya sepuluh bacaan tasbih, dan dalam sujudnya sepuluh bacaan tasbih.” Di dalam kitab Bahjatun Nufus diceritakan tentang seorang shahabat Rasulullah saw. yang sedang menunaikan shalat tahajud dan melihat seorang pencuri yang datang mencuri kudanya, tetapi beliau tidak menghentikan shalat. Keesokan harinya orang-orang bertanya, “Mengapa tidak Anda tangkap pencuri itu?” Beliau menjawab, “Shalat yang sedang aku kerjakan itu lebih berharga daripada kudaku.” 122

Panduan Shalat Lengkap

Terdapat satu kisah mengenai shahabat Ali ra. yang sangat masyhur, ketika beliau terkena anak panah pada paha dalam suatu peperangan, dan anak panah tersebut dikeluarkan ketika beliau sedang shalat. Awalnya orang-orang berusaha untuk mengeluarkan anak panah tersebut, tetapi tidak dapat dicabut walaupun sudah berulangkali dicoba. Karena rasa sakit yang beliau derita, di antara para shahabat kemudian bermusyawarah dan mengambil keputusan bahwa anak panah akan dicabut ketika beliau sedang shalat. Maka ketika beliau sedang shalat dan sedang sujud, orang-orang berusaha mencabut anak panah tersebut dengan sekuat tenaga. Setelah selesai shalat beliau melihat orang-orang berkumpul di sekelilingnya. Beliau bertanya, “Apakah kalian berkumpul untuk mencabut anak panah itu?” Ketika beliau diberitahu bahwa anak panah itu sudah dicabut, beliau mengatakan bahwa beliau tidak merasakannya sewaktu anak panah tersebut dicabut. Masih tentang Ali ra., jika waktu shalat telah tiba, air mukanya akan berubah, tubuhnya akan bergetar. Seseorang bertanya kepada beliau tentang penyebabnya. Beliau menjawab, “Sekarang waktunya untuk menunaikan amanat yang langit dan bumi tidak mampu untuk memikulnya, begitu pula gunung-gunung. Saya pun tak tahu, apakah saya mampu untuk menunaikannya (shalat).” Umar bin Khathab ra. dalam shalat-shalat Subuhnya selalu membaca surat-surat Al-Quran yang panjang-panjang. Kadangkadang ia membaca surat al-Kahfi, Thaha, dan surat lainnya. Ia membaca Al-Quran sambil menangis terisak-isak sehingga suara tangisnya terdengar hingga beberapa shaf ke belakang. Demikian pula dalam shalat-shalat tahajudnya, kadang-kadang ia terus membaca ayat-ayat Al-Quran sambil menangis sehingga ia terjatuh dan sakit. Abu Ubaidah bin Jarrah ra. pernah mengimami shalat dan setelah selesai beliau berkata kepada jamaahnya, “Setan telah menggodaku. Di dalam hatiku dimasukkan olehnya perasaan bahwa sayalah yang paling bagus di antara kalian. (Oleh karena itu) saya Panduan Shalat Lengkap

123

tidak akan shalat mengimami kalian lagi, untuk yang akan datang.” Masih banyak sekali kejadian dan kisah-kisah mengenai shalat Rasulullah saw. dan para shahabatnya, serta orang-orang salih setelah masa para shahabat yang tidak dapat dituliskan satu per satu dalam buku ini. Hakikat shalat kita adalah kita sedang bercengkerama dengan Allah dan berbincang-bincang dengan Allah. Namun bila kita lalai dalam shalat maka sama saja seperti kita bicara tanpa kita ketahui apa yang kita bicarakan dengan Allah. Shalat kita hanya akan menjadi kebiasaan saja dan perbuatan kita tidak sesuai dengan lafadz-lafadz dalam bacaan shalat kita. Jika sewaktu kita mengigau dalam tidur maka orang lain mengacuhkan kita, demikian pula dalam shalat kita. Shalat yang tidak benar dan tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh tidak akan memberikan manfaat apa-apa untuk kita. Allah pun akan berpaling dari kita. Untuk itu, sangatlah penting bagi kita mengerjakan shalat dengan penuh perhatian dan menyesuaikan tingkah laku dengan semua perkataan yang kita ucapkan dalam shalat.

124

Panduan Shalat Lengkap

Daftar Pustaka

Al Qur'anul Karim. Abdullah bin Baz, Abdul Aziz & Al Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 1423-2002 M. Tuntunan Thaharah dan Shalat. Maktab Kerjasama untuk Dakwah dan Penyuluhan Para Pendatang: Rabwah Riyadh. Al Asqalani, Ibnu Hajar. Tarjamah Bulughul Maram. Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. 2006. Fiqih Ibadah. Solo: Media Insani. Al Kahlani, Muhammad bin Ismail. 1991. Terjemahan Subulus salam II, Hadits-hadits Hukum. Surabaya: Al Ikhlas. Al Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakariya. 2000. Himpunan Fadhilah Amal. Yogyakarta: Ash-Shaff. Al Khudhari, Muhammad. 1989. Nuurul Yaqiin. Bandung: Sinar Baru. An Nawawi, Abu Zakaria. 1976. Terjemahan Riadhus Shalihin I. Bandung: Al Ma'arif. Panduan Shalat Lengkap

125

An Nawawi, Abu Zakaria. 1976. Terjemahan Riadhus Shalihin II. Bandung: Al Ma'arif. Ath Thayyar, Abdullah. 2006. Ensiklopedia Shalat. Jakarta: Maghfirah Pustaka. Sabiq, Sayyid. 2006. Fiqih Sunah Jilid 1. Jakarta: Pena Pundi Aksara. Sabiq, Sayyid. 2006. Fiqih Sunah Jilid 2. Jakarta: Pena Pundi Aksara

126

Panduan Shalat Lengkap

Penuntun Dzikir dan Doa Karya : Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc.,M.A. Ukuran

: 14.5 × 20.5 cm

Buku ini penting dipelajari oleh setiap umat Islam agar dapat mengamalkan dzikir dan doa sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan AsSunah, selamat dari kotoran bid’ah. (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, Pengasuh Pon. Pes. Al -Mukmin Ngruki)

Doa adalah senjata terampuh bagi seorang mukmin, terutama di masa krisis seperti sekarang ini, karena ia mampu menembus batas yang tak mampu ditembus oleh siapapun. Para pendoa ibarat pemburu yang meluncurkan anak panah ke arah objek agar mengenainya dengan tepat lagi dahsyat. Bagaimana agar doa terlantun dengan powerfull sehingga karenanya sampai kepada Allah dan membawa hasil? Buku ini insya Allah memandu Anda untuk menuju doa yang berbobot dan berkekuatan penuh. (Ustadz Bukhari Yusuf, Lc., M.A. Sekum Dewan Syariah Pusat PKS) Panduan Shalat Lengkap

127

Indahnya Tawakal Karya

: Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc.,M.A.

Ukuran

: 11.5 × 17.5 cm

Buku ini berusaha meluruskan pemahaman kita tentang makna tawakal sebenarnya. Tawakal bukanlah sedikit beramal namun mengharapkan balasan sebesar-besarnya, bukan juga berpangku tangan tanpa pernah berusaha. Sebagaimana pesan Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Amr bin Umayah. “Aku berkata kepada Rasulullah saw., ‘Saya lepaskan untaku dan kau bertawakal.’ Beliau bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakallah.’” Dan jika seorang hamba telah bertawakal maka yang berikutnya adalah menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pencipta.

128

Panduan Shalat Lengkap