Penyakit hiv bisa bertahan berapa lama

Penyakit hiv bisa bertahan berapa lama

Penyakit hiv bisa bertahan berapa lama
Lihat Foto

Shutterstock/PENpics Studio

Ilustrasi HIV/AIDS, HIV dan AIDS, perbedaan HIV dan AIDS

KOMPAS.com - Salah satu kekhawatiran penderita ketika terkena human immunodeficiency virus (HIV) yakni apakah penyakitnya bisa sembuh.

Melansir Avert, HIV adalah virus yang menyerang sel sistem daya tahan tubuh. Virus ini dapat berkembang biak dan menghancurkan sebagian sel darah putih yang dikenal dengan sel CD4.

Ketika sel CD4 banyak yang rusak dan HIV di dalam tubuh terus berbiak, sistem daya tahan tubuh pengidap HIV bakal melemah.

Baca juga: Pengidap HIV/AIDS Merasa Bugar, Dokter: Jangan Putus Obat

Apakah orang yang terkena HIV bisa sembuh?

Melansir WebMD, Orang yang terkena HIV tidak bisa sembuh. Tapi, dengan minum obat anti-retro viral (ARV) setiap hari seumur hidup, infeksi HIV bisa dikendalikan.

Setelah rutin minum obat HIV, jumlah HIV di dalam tubuh bisa ditekan. Apabila pengidap HIV juga menjalani gaya hidup sehat, tidak menutup kemungkinan mereka bisa berumur panjang.

Tak hanya itu, dengan rutin minum obat ARV, penderita juga bisa meminimalkan penularan HIV kepada orang lain.

Perlu diketahu, terkadang ketika minum obat HIV penderita merasakan efek samping seperti mual, diare, susah tidur, mulut kering, sakit kepala, mudah lelah, dan tubuh terasa nyeri. 

Tapi jangan khawatir. Efek samping ini bisa diminimalkan dan manfaat minum obat ARV lebih besar daripada risikonya. 

Baca juga: Gejala HIV pada Pria dan Wanita

Kapan orang yang terkena HIV perlu minum obat?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), setiap orang yang sudah dinyatakan terkena HIV perlu segera menjalani terapi obat ARV.

Selain minum obat HIV, konsultasikan kondisi medis yang dirasakan dengan penyedia layanan kesehatan.

Sampaikan riwayat penyakit lain, obat lain yang dikonsumsi, berapa lama merasakan gejala HIV, kondisi pasangan, dan program hamil jika pengidap HIV menghendaki memiliki keturunan.

Baca juga: 5 Ciri-ciri Infeksi HIV pada Kulit

Apa yang terjadi dengan orang yang terkena HIV tapi tidak minum obat?

HIV dapar merusak sistem daya tahan tubuh secara bertahap. Apabila dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit HIV bisa berkembang menjadi acquired immune deficiency syndrome (AIDS).

Ketika infeksi HIV sudah berkembang menjadi AIDS, penderita rentan mengalami infeksi oportunistik yang bisa berdampak fatal bagi kesehatan.

Selain itu, tanpa obat HIV, risiko penularan HIV pada orang lain juga meningkat.

Baca juga: 4 Perbedaan HIV dan AIDS yang Perlu Diketahui

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penyakit hiv bisa bertahan berapa lama

Sangat wajar untuk bertanya-tanya, berapa lama Anda bisa hidup dengan HIV. Dan jawabannya sederhana walaupun tidak sesederhana itu. Sejatinya dengan kemajuan dalam terapi antiretroviral (ARV), orang dengan HIV (ODHIV) saat ini memiliki harapan umur hidup yang sama dengan mereka yang tidak memiliki HIV — jika pengobatan dimulai lebih awal dan ARV diminum setiap hari sesuai petunjuk.

Jumlah CD4 seseorang pada awal pengobatan tetap menjadi salah satu indikator harapan hidup ODHIV, di mana ketika seseorang memulai pengobatan ketika jumlah CD4 di bawah 200, dapat mengurangi sebanyak 15 tahun dari kehidupan seseorang.

Gia Carangi, Supermodel Pertama Yang Meninggal Karena AIDS

Seorang ODHIV berusia 20-an misalnya, yang disiplin melakukan terapi HIV dapat memiliki harapan hidup hingga usia 70-an, seperti yang dilansir dari situs verywellhealth.

Faktor-Faktor Yang Mengurangi Harapan Hidup

Tetapi itu tidak berarti bahwa ODHIV “bebas” melakukan apa saja — meski sudah menjalani terapi ARV — yang berkaitan dengan pola hidup sehat. Ya, ada beberapa faktor yang dapat mengurangi harapan umur ODHIV di mana faktor tersebut berada di luar kontrol kita. Dan, bahkan bagi mereka yang mampu mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi, risiko penyakit tidak terkait HIV seperti kanker dan penyakit jantung, lebih berisiko mendatangkan kematian di mana ini juga dialami oleh mereka yang tidak terinfeksi HIV.

Faktor-faktor yang tidak bisa kontrol atau kita ubah seperti ras dan orientasi seksual, juga berpengaruh terhadap harapan hidup ODHIV. Sebagai contoh, tingkat kemiskinan yang tinggi di komunitas Afrika-Amerika, dikombinasikan dengan kurangnya akses terhadap kesehatan dan stigma HIV yang tinggi, kerap membuat mereka “lalai” dan “abai” terhadap pengobatan HIV. Menurut penelitian dari Bloomberg Public School of Health, orang Afrika-Amerika yang hidup dengan HIV rata-rata memiliki hidup 8,5 tahun lebih sedikit daripada ODHIV yang berkulit putih.

Faktor-faktor yang bisa kita kontrol memiliki hubungan sebab-akibat yang dampaknya tidak main-main, misalnya kepatuhan pengobatan terkait langsung dengan perkembangan penyakit. Sehingga semakin kurang kepatuhan seorang ODHIV untuk melakukan terapi ARV, semakin besar juga risiko mereka terhadap resistensi obat dan kegagalan pengobatan. Dan setiap kegagalan sama dengan kehilangan lebih banyak pilihan perawatan.

Jumlah CD4 seseorang pada awal pengobatan tetap menjadi salah satu indikator harapan hidup ODHIV, di mana ketika seseorang memulai pengobatan ketika jumlah CD4 di bawah 200, dapat mengurangi sebanyak 15 tahun dari kehidupan seseorang.

ODHIV perokok juga kehilangan lebih banyak harapan akan umur panjang karena risiko kematian akibat merokok adalah dua kali lebih tinggi daripada ODHIV non perokok. Bahkan seorang perokok yang tidak terinfeksi HIV, diperkirakan kehilangan 12 tahun usia hidup mereka.

Para pengguna narkoba suntikan juga menderita kerugian, baik dalam hal penyakit terkait HIV dan tidak terkait HIV. Faktor yang berkontribusi paling kuat adalah kepatuhan terapi ARV yang buruk dan koinfeksi hepatitis C. Para ahli mengatakan, harapan hidup bagi pengguna narkoba suntikan adalah 20 tahun lebih rendah daripada semua kelompok ODHIV lainnya.

Masih banyak yang percaya virus HIV bisa menular lewat sentuhan atau pun gigitan nyamuk.

Minimnya edukasi yang benar tentang cara penularan HIV/AIDS membuat banyak orang menjauhi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), bahkan takut untuk bersalaman atau tinggal serumah.

Baca Juga: Berapa Lama HIV Baru Menunjukkan Gejala?

Kondisi tersebut membuat ODHA seringkali mendapat diskriminasi dan dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya.

Padahal, penularan HIV/AIDS hanya bisa terjadi lewat cara yang terbatas, yaitu hubungan seksual, berbagi jarum suntik, terpapar produk darah atau cairan tubuh, dan penularan dari ibu hamil positif HIV ke bayinya.

Bagaimana dengan kemampuan Human immunodeficiency virus (HIV) bertahan di luar tubuh, semisal di permukaan benda yang terpapar darah ataupun cairan semen?

Dalam kondisi spesifik, HIV bisa bertahan di luar tubuh selama berjam-jam, bahkan harian, jika suhu, kelembaban, paparan sinar matahari, dan tingkat keasamannya tepat. Walau hal itu mungkin saja, tetapi sangat jarang bisa terjadi.

Yang harus diingat, walau pun HIV bisa bertahan di luar tubuh, bukan berarti orang yang menyentuh atau terpapar darah dan cairan yang terinfeksi.

Kemungkinan terjadinya penularan HIV yang berada di luar tubuh bisa terjadi jika cairan tersebut masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seksual, berbagi jarum suntik, atau penularan dari ibu ke bayi.

Tidak hanya itu, virusnya juga hanya bisa masuk lewat penetrasi kulit atau jaringan mukosa di vagina dan anus. Sebaliknya, goresan atau abrasi di kulit tidak termasuk penetrasi yang bisa menyebabkan infeksi HIV.

HIV juga tidak bisa hidup di air liur, keringat, atau pun air mata, karena adanya enzim tertentu yang menghambat pertumbuhan virus ini.

Walau demikian, jika kita merasa tidak tenang dan khawatir karena terpapar oleh cairan tubuh ODHA, sebaiknya konsultasikan dengan dokter, konselor, atau pun tenaga kesehatan yang bergerak di bidang HIV/AIDS. Jika perlu lakukan tes HIV untuk memastikannya.

Baca Juga: Apa Saja Gejala HIV di Kulit dan Penyebabnya?

Masih punya pertanyaan seputar HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi? Kamu ‎bisa langsung ‎‎berkonsultasi ke Halo DKT dengan menghubungi nomor Whatsapp Halo DKT ‎‎0811-1-326459 ‎atau ‎melalui link berikut: https://bit.ly/halodktwhatsapp pada hari Senin ‎hingga Jumat pukul ‎‎09.00 – ‎‎16.30 WIB. Tak perlu ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, ‎sebab segala ‎informasi yang kamu ‎sampaikan akan dijamin kerahasiaannya.