Pola lantai yang dipergunakan dalam tari piring adalah

Tari Piring. Sumber: Platform Kebudayaan Kemendikbud

Pola lantai tari piring merupakan salah satu aspek yang penting dan wajib untuk diperhatikan. Terutama ketika akan menampilkan tarian yang selalu hadir pada setiap acara resmi masyarakat Minangkabau seperti upacara adat, pernikahan, pagelaran seni, dan banyak lagi.

Tarian yang dikenal sampai mancanegara ini memiliki pola yang harus diikuti oleh para penarinya. Pola lantai merupakan pola garis lintasan lantai yang mengatur bagaimana pergerakan dan perpindahan para penari ketika sedang menampilkan tari piring, agar menghasilkan gerakan yang rapi dan indah.

Penampilan Tari Piring. Sumber: Wikimedia Commons

Ada enam pola lantai yang digunakan dalam tari piring. Ada pola vertikal, pola horizontal, pola spiral, pola lingkaran besar, pola lingkaran kecil, dan juga pola berbaris.

Pada pola vertikal, penari akan bergantian dalam bergerak maju dan mundur mengikuti alunan lagu. Lalu pada pola horizontal, penari akan memindahkan tubuhnya ke samping. Pola spiral sendiri digunakan untuk memberikan kesan lembut yang menggunakan lebih dari satu garis lingkaran.

Setelah itu, para penari yang memegang piring di tangannya akan membentuk dua pola lingkaran, yaitu pola lingkaran besar dan kecil, yang pada akhirnya akan membentuk satu garis lurus di akhir pertunjukan tari piring.

Dilansir dari platform kebudayaan milik Kemendikbud, penari yang menggunakan pola tari piring biasanya ditampilkan dengan jumlah ganjil. Ada tiga sampai tujuh penari yang menarikan tarian yang memiliki nama lain tari piriang ini. Jangan salah, tari piring tidak hanya ditampilkan oleh perempuan saja, namun juga para laki-laki.

Pertunjukan Tari Piring. Sumber: Wikipedia Commons

Untuk mendukung pola dalam tarian, tari piring juga memiliki sekitar 20 gerakan. Wah, banyak sekali, ya! Di antara gerakan tersebut ada gerak mencangkul, gerak menyiang, gerak menyemai, gerak mencabut benih, bertanam, menyabit padi, mengambil padi, manggampo padi, menganginkan padi, mengirik padi, menumbuk padi, gotong royong, dan menampih padi dan banyak lagi.

Gerakan tari piring memang seperti menggambarkan pertanian karena pada awalnya tarian ini merupakan tarian rasa syukur untuk hasil panen yang melimpah.

Nah bagaimana, tertarik mempelajari pola lantai tari piring beserta gerakannya?

Pola lantai yang dipergunakan dalam tari piring adalah

Creative commons/Andipsp11

Apa saja pola lantai dalam tari piring khas Sumatra Barat?

Bobo.id - Tari piring adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Sumatra Barat. 

Penari tari piring biasanya akan membawa satu piring di tangan dan menarikannya mengikuti pola lantai tertentu. 

Pola lantai merupakan pola garis lintasan lantai yang mengatur bagaimana pergerakan dan perpindahan para penari agar menghasilkan gerakan yang rapi dan indah. 

Pada materi kelas 5 SD Tema 8, teman-teman akan belajar tentang bagaimana pola lantai dalam tarian daerah.

Kali ini kita akan belajar tentang bagaimana pola lantai dalam tari piring, ya. 

Tarian khas Minangkabau yang dikenal sampai mancanegara ini memiliki pola yang harus diikuti oleh para penarinya, lo.  

Pola Lantai Tari Piring

Ada enam pola lantai yang digunakan dalam tari piring. 

Ada pola vertikal, pola horizontal, pola spiral, pola lingkaran besar, pola lingkaran kecil dan juga pola berbaris. 

Baca Juga: Contoh Soal dan Pembahasan tentang Menarikan Lagu Ondel-Ondel

Pada pola vertikal, penari tari piring akan bergantian untuk bergerak maju dan mundur mengikuti alunan lagu. 

Lalu pada pola horizontal, penari akan memindahkan tubuhnya ke samping. 

Pada pola spiral dimaksudkan untuk memberikan kesan lembut yang menggunakan lebih dari satu garis lingkaran.

Setelah itu, penari yang membawa piring di tangannya akan membentuk dua pola lingkaran, lo. 

Pola itu adalah pola lingkaran besar dan kecil, yang pada akhirnya akan membentuk satu garis lurus di akhir pertunjukan tari piring.

Uniknya setelah semua gerakan dilakukan, para penari akan melempar piringnya ke lantai sampai pecah.

Mereka harus berjalan pada pecahan piring, yakni beling tajam. Namun tenang saja, tidak akan menimbulkan luka pada kaki kok. 

Tahukah teman-teman, keunikan ini tidak ditemukan pada tari tradisional lain, lo. 

Dilansir dari platform kebudayaan kemendikbud, penari yang menggunakan pola tari piring biasanya ditampilkan dengan jumlah ganjil.

Baca Juga: Tari Turuk Langgai: Properti Tari, Makna, dan Gerakannya, Materi Kelas 5 SD Tema 5

Ada tiga sampai tujuh penari yang menarikan tarian yang memiliki nama lain tari piriang ini.

Jangan salah, tari piring tidak hanya ditampilkan oleh perempuan saja, namun juga para laki-laki, lo. Menarik, bukan?

Makna Tari Piring

Selain pola lantai tari piring, makna tarian ini juga menarik untuk diketahui, lo. 

Masyarakat Minangkabau percaya kalau tari piring merupakan wujud rasa syukur setelah para dewa mengabulkan doa untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah. 

Ritual kemudian dilakukan dengan membawa sesaji berbentuk makanan yang dimasak secara bergotong royong dari hasil bumi untuk diletakkan pada piring.

Piring-piring itu dibawa dengan tangan dan ditarikan dengan gerakan yang energik (berenergi).

Setelah agama Islam mulai masuk dan berkembang, tari piring mengalami pergeseran fungsi dan makna. 

Kini, tari piring menjadi sekedar hiburan di perhelatan besar saja. 

Baca Juga: Cari Jawaban Materi Kelas 6 SD/MI Tema Menuju Masyarakat Sejahtera, Gagasan Pokok Teks ‘Ragam Tarian Indonesia'

Adapun acara yang dimaksud seperti penobatan gelar, ritual kematian, pesta perkawinan, hingga penyambutan tamu agung.

Nah itu tadi pembahasan tentang pola lantai tari piring dan maknanya. 

(Sumber foto: Creative Commons/Andipsp11)

Tonton video ini, yuk!

----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Pola lantai yang dipergunakan dalam tari piring adalah

Mengenal Pola Lantai Tari Piring: Ini Gerakan Dasarnya - Tari Piring (Brandont Production)

Tari piring adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Sumatera Barat. Pola lantai tari piring pun banyak dipelajari.

Suara.com - Tari piring adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Sumatera Barat. Pola lantai tari piring pun banyak dipelajari. Tari khas Minangkabau ini menggunakan piring sebagai pusat atraksinya. Penari Tari Piring biasanya akan membawa satu piring di tangan dan menarikannya mengikuti pola lantai tertentu.

Kini, tari piring tak hanya berkembang di tanah Minang. Tarian ini dipentaskan di seluruh penjuru nusantara untuk acara adat pernikahan dan dunia untuk memperkenalkan budaya Indonesia. Jika ingin belajar tarian ini, Anda perlu tahu pola lantai tari piring.

Seperti semua tarian, jika ingin mempelajari tari piring maka mulailah dengan mempelajari pola lantainya. Seperti dilansir dari berbagai sumber, pola lantai adalah garis lintasan tarian yang menentukan gerakan tarian.

Terdapat enam pola lantai tari piring yang perlu diketahui yakni spiral, berbaris, lingkaran besar dan kecil, vertikal, dan horizontal. Desain spiral yang menggunakan lebih dari satu garis lingkaran yang searah pada anggota badan memberikan kesan lembut dan elegan.

Baca Juga: Daftar Suku Bangsa di Indonesia yang Terbesar dan Terkenal Hingga Mancanegara

Masing-masing penari juga menempati posisi yang membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil. Mereka bergerak maju dan mundur berdasarkan pola lantai vertikal, serta bergerak ke samping berdasarkan pola lantai horizontal.

Uniknya setelah semua gerakan dilakukan, para penari akan melempar piringnya ke lantai sampai pecah. Mereka harus berjalan pada pecahan piring, yakni beling tajam, namun tidak akan menimbulkan luka pada kaki. Keunikan ini tidak ditemukan pada tari tradisional lain.

Selain pola lantai tari piring, filosofi tarian juga menarik untuk diketahui. Masyarakat Minangkabau percaya Tari Piring adalah wujud rasa syukur setelah para dewa mengabulkan doa untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah.

Ritual kemudian dilakukan dengan membawa sesaji berbentuk makanan yang dimasak secara bergotong royong dari hasil bumi untuk diletakkan pada piring. Piring-piring itu dibawa dengan tangan dan ditarikan dengan gerakan yang dinamis.

Agama Islam di Minangkabau kemudian membawa akulturasi budaya pada tari piring. Tari Piring tidak lagi digunakan untuk menyembah para dewa ketika musim panen seperti sebelumnya.

Baca Juga: Kemeriahan Festival Pesona Minangkabau

Fungsi tari piring pun berubah sebagai sarana dakwah yang ditampilkan pada upacara keagamaan atau di pusat-pusat keramaian. Sekian penjelasan singkat tentang pola lantai tari piring, tarian khas Minangkabau.