Pohon konflik merupakan alat analisis konflik dengan gambar sebuah pohon untuk membantu mengurutkan isu- isu pokok suatu konflik dengan cara mengindentifikasikan tiga hal yaitu inti suatu masalah, mengetahui sebab-sebab awal terjadinya konflik dan dampak yang muncul sebagai akibat dari konflik yang terjadi. Show Apa itu peta konflik? Pemetaan konflik merupakan alat atau teknik untuk membantu dalam menganalisa dan memecahkan konflik. Apa itu Segitiga SPK?Segitiga SPK (Sikap-Perilaku-Konteks) adalah salah satu model alat bantu untuk menganalisis konflik berdasarkan sikap, perilaku, dan konteks dari masing-masing pihak yang bertikai. Apa itu analisis konflik? Analisis konflik merupakan gambaran menyeluruh tentang keadaan, pola intensitas, dan karakter masyarkat meliputi kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan 19 Page 2 20 upaya bina damai. Apa saja unsur unsur konflik?Unsur-unsur konflik terdiri atas :
Apa tujuan pemetaan konflik? Pemetaan konflik bertujuan untuk melihat hubungan di antara berbagai pihak secara lebih jelas, sehingga dapat diidentifikasi awal konflik dan tindakan yang akan dilakukan dalam memecahkan konflik. Langkah langkah penggunaan alat bantu peta konflik adalah?Langkah-langkah analisis konflik menggunakan peta konflik sebagai berikut.
Jelaskan apa itu analisis konflik dan mengapa hal itu penting? Analisis konflik merupakan bagian dari proses belajar masyarakat dalam membangun kesadaran kritis dan kapasitas untuk mengidentifikasi, menelaah dan merumuskan aksi bersama berkaitan isu-isu (membangun kapasitas). Apa saja unsur unsur konflik yang perlu dianalisis?Unsur dalam Konflik antara lain:
https://www.youtube.com/watch?v=jzUIG3Hsmvc
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
Konflik merupakan sesuatu yang melekat dalam kehidupan manusia, ketika berinteraksi, berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak dalam berbagai kondisi dan peristiwa. Analisis konflik dalam konteks pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk menelaah, menemukan dan memformulasikan kondisi masyarakat secara komprehensif dalam kerangka program pembangunan mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Konflik adalah mengenai persepsi dan pengertian orang-orang mengenai kejadian, kebijakan dan institusi. Analisis konflik membantu para pemangku kepentingan untuk mempertimbangkan kembali perspekstif mereka, yang lebih sering sangat dipengaruhi oleh emosi, salah-pengertian, asumsi, kecurigaan dan ketidakpercayaan. Dalam situasi-situasi konflik, emosi dapat dengan mudah mengalahkan logika dan kenyataan. Karena itu penting untuk membedakan opini dari fakta. Analisis konflik bukan kegiatan penelusuran yang berdiri sendiri tetap berkaitan erat dengan elemen dan tugas pokok pengembangan dan pola pengelolaan konflik secara berkelanjutan. Analisis Konteks Analisis konflik merupakan gambaran menyeluruh tentang keadaan, pola intensitas, dan karakter masyarkat meliputi kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan upaya bina damai. Kajian dinamika konflik adalah serangkaian kegiatan pengumpulan, pengolahan dan formulasi data keadaan masyarkat yang meliputi pemahaman konteks, interaksi, intervensi, pelaku, masalah dalam rangka perumusan program pembangunan.
Mengapa Analisis Konflik Diperlukan ? Persoalan pembangunan membutuhkan situasi dan kondisi stabil. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan adanya kondisi kondusif dan terkendali. Pembangunan akan sulit dilaksanakan, jika kondisi masyarakat dalam situasi krisis dan anomali (ketidakpastian). Pembangunan itu sendiri membutuhkan infrastruktur yang kuat karena aktivitas yang dilaksanakan sangat kompleks dan memiliki pengaruh yang luas terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Semakin maju kebutuhan dan harapan masyarakat dalam memperbaiki kehidupannya, maka semakin cepat pula proses perubahan yang herus dilakukan. Pemahaman yang benar tentang situasi dan keadaan suatu masyarakat akan membantu dalam memetakan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Terutama berkaitan dengan situasi dan keadaan masyarakat menyangkut hubungan sosial. sumber daya, nilai-nilai yang telah terbangun, pendapatan masyarakat, sistem distribusi, kebijakan, pengaruh global dan penyebab ketidakstabilan yang mungkin terjadi dan dapat menghambat proses pembangunan itu sendiri. Semakin banyak para pendamping atau juru damai memahami kondisi nyata wilayah kerjanya, semakin sedikit kemungkinan terjadi kesalahan dalam menyusun rencana kerja dan tindakan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan program. Di sisi lain, semakin besar peluang bagi fasilitator untuk berperan dan bekerjasama dengan para para pemangku kepentingan secara efektif. Manfaat kegiatan identifikasi dan analisis konflik bagi fasilitator diantaranya :
Maksud dan Tujuan Kajian terhadap konflik berhubungan erat dengan upaya pemerintah daerah dalam membangun harmonisasi antarpemangku kepentingan dan pencegahan konflik dalam pelaksanaan pembangunan. Kajian konflik dimaksudkan untuk menggambarkan secara keseluruhan tentang pola kekuatan hubungan antarkelompok, kerentanan sosial, kohesivitas kelompok, serta faktor-faktor pendorong dan penghambat perdamaian sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan dan strategi program. Secara khusus kegiatan ini bertujuan:
Hasil yang Diharapkan Kajian konflik dalam proses perencanaan dapat membantu tim perencanaan khususnya Bappeda untuk mengenal kondisi sosiogeografis, budaya, sejarah perkembangan daera (profil daerah) yang berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini perlu diintegrasikan dalam kegiatan kajian daerah dan penyusunan profil daerah agar dihasilkan dokumen perencanaan yang komprehensif dan peka terhadap konflik. Perencanaan daerah harus mampu mendorong upaya bina damai dan mencegah terjadinya konflik pada saat pelaksanan program. Dengan demikian, perencana harus memiliki kemampuan untuk memformulasikan kebijakan dan arah pembangunan secara berkelanjutan, diterima oleh masyarakat dan meminimalisasi konflik di masa depan akibat keterbatasan sumber daya, sejarah konflik, perbedaan kepentingan, diskriminasi dan kesenjangan dalam masyarakat. Secara khusus kajian dinamika konflik menghasilkan hal-hal sebagai berikut;
Prinsip-Prinsip dalam Analisis Konflik Analisis konflik didasarkan pada pandangan bahwa masyarakat memiliki struktur dan tingkat yang sangat kompleks dan membutuhkan kerangka kerja komprehensif untuk memahami masalah, persepsi, pertentangan antara kelompok, sumber daya, kelembagaan dan membangun aksi bersama dalam masyarakat. Oleh kerena itu, dibutuhkan pedoman berupa prinsip-prinsip yang disepakati bersama berdasarkan informasi yang lengkap. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis konflik.
Karakteristik informasi dan data yang dikumpulkan akan berbeda pada setiap kasus. Kerapkali informasi yang lebih banyak lebih baik daripada lebih sedikit, namun tidak semua informasi relevan, valid, dapat dipercaya atau berguna dalam penarikan kesimpulan. Kebutuhan informasi perlu dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya waktu, tenaga ahli, dan sumberdaya. Pembatasan definisi dan metodologi perlu dilakukan dalam melakukan analisis konflik agar terhindar dari penyimpulan—keputusan yang tidak tepat. Analisis Konflik sebagai Proses Analisis konflik bukan merupakan suatu tujuan atau target akhir dalam persoalan konflik. Analisis konflik merupakan bagian dari proses belajar masyarakat dalam membangun kesadaran kritis dan kapasitas untuk mengidentifikasi, menelaah dan merumuskan aksi bersama berkaitan isu-isu (membangun kapasitas). Untuk mewujudkan proses pembelajaran, analisis konflik harus dijalankan secara partisipatif. Melalui pertukaran informasi, orang kemungkinan besar menjadi fokus pada masalah nyata dalam proses negosiasi. Meskipun demikian, orang-orang kemungkinan akan menjadi berhati hati dalam pengungkapan beberapa jenis informasi. Secara praktis analisis konflik dilakukan pada beberapa tahap penting sebagai berikut; Langkah 1 – Persiapan dan perencanaan. Persiapan dilakukan untuk menentukan kerangka acuan dan karakteristik tugas tim yang akan melakukan pengumpulan data dan informasi penting tentang konflik. Kerangka acuan berisi panduan kerja dalam melakukan analisis mencakup ruang lingkup kegiatan penelusuran, tujuan, output, metodologi, waktu, dan rencana biaya. Disamping itu ditetapkan pula pelaku yang terlibat dalam proses penyusunan draft dan pengumpul data. Disarankan kombinasi tim paling tidak terdiri dari unsur masyarakat (orang atau kelompok yang terlibat dalam konflik, tenaga ahli atau fasilitator dan pelaku lainnya yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengkaji informasi sekunder yang tersedia dan mengembangkan ide, gagasan dan asumsi awal mengenai konflik. Langkah ke 2 – Sosialisasi. Setelah acuan dan tim terbentuk, selanjutnya melakukan kontak awal kepada para pemangku kepentingan, agar seluruh kegiatan ini mendapat ruang dan dukungan penuh dari masyarakat. Dan apabila suatu saat terjadi persoalan yang menghambat proses penilaian dapat diselesaikan dengan cepat. Jelaskan peran yang perlu dimainkan oleh para pemangku kepentingan, dengarkan permasalahan dan kesulitan yang dihadapi serta perangkat pendukung lain yang digunakan. Langkah ke 3 – Kajian awal konflik. Langkah selanjutnya fasilitator melakukan penilaian cepat (rapid assessment) untuk melakukan pengumpulan dan memferifikasi data-informasi tentang potensi, kebutuhan dan situasi sosial masyarakat secara partisipatif. Pada tahap ini, dapat dilakukan bersama masyarakat dengan membentuk tim atau kelompok kerja atau jika fasilitator setuju agar tidak terlibat, masyarakat dapat merekomendasikan tindakan selanjutnya terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Identifikasi kebutuhan dan analisis konflik yang dilakukan merupakan langkah strategis dalam memasuki wilayah konflik dan melakukan pengujian terhadap instrumen untuk menyusun rencana strategis dalam mendorong upaya perdamaian. Fasilitator menempatkan posisi sebagai penggerak untuk mendorong proses penilaian, dan penemuan akar persoalan konflik, kelembagaan dan peran yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan itu sendiri. Semua pemangku kepentingan mengikuti alur proses, metode, memahami tujuan dan hasilnya serta mampu menggunakannya untuk pengambilan keputusan. Dengan demikian, tugas fasilitator adalah untuk memberikan pengarahan, penjelasan dan memvisualisasikan secara sederhana seluruh alur proses serta target hasil yang hendak dicapai. Langkah 4 – keterlibatan masyarakat secara dalam. Melibatkan para pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi dan menganalisis Konflik sangat penting dilakukan agar informasi dan data yang terkumpul memiliki kehandalan dan kesesuaian dengan kondisi yang sesungguhnya. Pembagian tugas dan wewenang para pemangku kepentingan tercermin pada posisi, kepentingan dan kebutuhan serta sejauhmana peran mereka dalam konteks konflik yang terjadi. Proses penelusuran bersama akan mendorong lebih awal terhadap upaya pencairan suasana diantara mereka yang terlibat konflik. Diharapkan mereka belajar mengenal masing-masing dan menyadari pentingnya rencana bersama untuk menghentikan pertikaian dan membangun kebersamaan. mereka yang dibandingkan dengan para pemangku kepentingan yang lain. Fasilitator dapat melakukan analisis konflik secara terpisah jika dianggap prosesnya terlalu berat dan sulit untuk disatukan dalam kegiatan bersama. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan beberapa pemangku kepentingan dengan kepentingan yang berbeda. Meski demikian, pada tahapan tertentu, fasilitator dapat membagi tugas para pemangku kepentingan yang berbeda untuk menganalisis hal-hal yang spesifik dalam upaya mendorong pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan sudut pandang masing-masing pihak. Maksud dilakukan analisis partisipatif agar para pemangku kepentingan memiliki pemahaman yang sama tentang apa, mengapa dan bagaimana konflik yang terjadi, serta implikasinya bagi semua pihak. Bagi pemangku kepentingan yang berbeda, hal ini dapat berarti mempersempit atau memperlebar cakupan dari isu-isu yang akan digali. Jika semua pihak sepenuhnya memahami proses, hal itu akan meningkatkan kapasitas dalam memecahkan permasalahan di masa datang. Instrumen dan Alat Bantu Konflik dapat dianalisis dengan bantuan sejumlah alat bantu atau instrumen penilaian sederhana, praktis dan dapat digunakan seusai dengan kondisi lokal. Pemanfaatan instrumen tersebut didasarkan pada tujuan, jenis data yang akan dikumpulkan dan kapasitas tim atau kelompok yang melakukan penilaian. Instrumen digunakan tidak secara kaku tetapi dapat diadaptasikan sesuai dengan situasi spesifik dan kebutuhan. Beberapa manfaat dari penggunaan instrumen atau alat bantu analisis konflik diantaranya:
Fasilitator perlu memperhatikan beberapa hal berkaitan dengan kelemahan dan kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan instrumen analisis konflik, diantaranya.
Teknik Sosiogram Teknik sosiogram digunakan untuk membantu dalam memetakan kekuatan hubungan pemangku kepentingan (stakeholder’s analysis) dapat menggunakan teknik visual bagan kelembagaan dan sosiogram untuk menunjukkan pola koordinasi, perintah dan tingkat pengaruh (tinggi, sedang, rendah). Hubungan tersebut dijelaskan dengan menggunakan simbol dan garis antarkelompok/lembaga. Jika pengumpulan informasi/data menunjukkan beberapa ketidak-harmonisan diantara kelompok/lembaga, maka Tim bersama masyarakat dapat menggambar keseluruhan hubungan tersebut, kemudian menentukan kelompok mana saja yang memiliki peran dan pengaruh cukup besar terhadap sengkata atau konflik. Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:
Gambarkan bentuk dan pola hubungan tersebut secara menyeluruh dengan menunjukkan intensitas pengaruh dalam bentuk garis-garis tebal, tidak beraturan atau putus-putus. Teknik Pohon Masalah Teknik pohon masalah (problems tree) yang cukup dikenal dalam penelitian dan pemograman. Cara ini cukup popular dalam menggali akar permasalahan yang dihadapi oleh organisasi, komunitas atau masyarakat. ‘analisis apa’ merupakan alat untuk mengenal akar masalah yang dihadapi oleh para pihak yang bersengketa di wilayah perencanaan. Kajian ini dibuat dengan menggunakan teknik pohon masalah yang langsung dapat dikoreksi oleh tim perencana. Misalnya menggambar pohon masalah di tanah dengan tongkat atau papan tulis dengan kapur (atau whiteboard dengan spidol) dengan kartu yang berisi pokok-pokok persoalan yang dipahami oleh warga. Tim dapat melibatkan kelompok yang terlibat dalam konflik atau penduduk yang memahami peristiwa yang terjadi dan secara bersama-sama mendiskusikan temuan yang dihasilkan. Setelah diskusi, tim menyusun catatan dan mendokumentasi-kan gambar yang telah dibuat dengan menggunakan foto atau digambar ulang di atas kertas. Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:
Teknik Sirip Ikan Kajian analisis bagaimana menggunakan teknik Sirip Ikan atau dikenal dengan diagram Ishikawa (fishbone diagram) merupakan cara sederhana yang dapat digunakan pendamping bersama masyarakat untuk menggambarkan secara visual faktor-faktor pendukung (positif) dan penghambat (negatif) bina damai. Penggunaan teknik ini dapat dilakukan secara langsung bersama masyarakat dengan menggambarkan di tanah, papan tulis atau whiteboard. Analisis bagaimana digunakan untuk melengkapi penyusunan rencana pembangunan, dimana Tim perencana menggali informasi tentang kapasitas lokal untuk bina damai. Hal ini dilakukan untuk mengenal lebih dalam bagaimana konflik itu terjadi dan bagaimana menemukan cara penyelesaian, nilai-nilai, kebiasaan, budaya dan kearifan masyarakat dalam mencegah dan menanganinya. Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:
Memperkuat Kapasitas Lokal dalam Membangun Perdamaian Berikut ini beberapa catatan penting dalam merumuskan rencana pembanguan berbasis perdamaian dengan mengupayakan pemanfaatan kearifan dan kapasitas lokal. Acuan ini diharapkan dapat membantu mengarahkan pola pikir dan proses kajian terhadap dinamika konflik dengan mendeskripsikan Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan program. Para perencana bersama elemen masyarakat lain dapat mengadaptasi proses ini sebagai salah satu alternatif dalam melakukan kajian terhadap dinamika konflik dengan tetap mempertimbangkan data profil daerah (propinsi atau kabupaten/kota). Tahapan Kajian Kapasitas Lokal dalam membangun perdamaian[1], sebagai berikut;
[1] Sumber; diadaptasi dari CDA (2004:5), The Do No Harm Handbook: The Framework for Analyzing the Impact of assistance on Conflict. Cambridge: CDA Collaborative Learning Projects dalam Wahjudin Sumpeno (2010) Panduan Teknis Operasional Pendekatan Pembangunan Peka Konflik bagi SKPD, The World Bank: Banda Aceh |