Tiga teknik petikan pada permainan gitar klasik adalah

Assalammualaikum.. salam semua… semoga teman teman pecinta musik, penikmat musik, pelaku musik selalu ada dalam lindungan Allah SWT.. amin… kali ini saya ingin berbagai tentang apa apa yang saya ketahui mengenai gitar dan musik, dengan harapan dapat membantu teman teman yang memang sedang mencari pengetahuan tentang gitar dan musik.. kebetulan saya adalah seorang pelaku musik, berangkat dari kesukaan saya terhadap instrumen musik gitar dan ahirnya saya memutuskan untuk mempelajari dan menjadikan gitar sebagai media untuk sebuah profesi. Di samping hobi kecintaan saya terhadap musik tersalurkan melalui gitar saya pun bisa mendapatkan income atau masukan berupa materi ( uang ) dari gitar.
Dan terbukti hingga detik ini alhamdulillah Allah telah memberikan jalan kepada saya untuk mengais rejeki melalui gitar, dari mulai berkarya, bermain band berdasarkan permintaan suatu event, dan mengajar.. alhamdulillah..

Nah untuk mencapai kesemua itu tentu saja melalui proses dan tahapan yang lumayan panjang, di dalam proses itu di isi dengan belajar dan berlatih, hingga ahirnya saya mendapatkan apa yang saya dapatkan ( ilmu gitar / musik ) saat ini. Namun saya hanyalah manusia biasa yang banyak memiki kekurangan, keterbatasan dan kelemahan, sehingga semua yang saya ketahui dan kuasai hanya sesuai dengan batas kemampuan saya, artinya mohon koreksi dan masukan jika apa yang akan saya tulis dan bagikan mengenai gitar dan musik ini ternyata ada sesuatu yang salah atau tidak sesuai..
Baiklah kita mulai, pertama saya ingin memperkenalkan beberapa teknik teknik pada gitar, sebagai berikut :

1. Alternate Picking : Gerakan kebawah dan keatas dalam memetik senar gitar”string” secara konstan dan bergantian. 2. Slur : Teknik slur ini di bagi menjadi 2 yaitu Hammer-On (ascending slur) dan Pull-Off (descending slur).teknik Slur ini termasuk salah satu teknik dasar yang penting dalam bermain gitar elektrik maupun gitar akustik. A. Hammer-On : Teknik memetik senar gitar dengan cara mengetuk (hammer/palu) di not ke-2 yang lebih tinggi dengan menggunakan jari tangan kiri yang lain tanpa harus dipetik lagi. B. Pull-Off : Teknik memetik senar gitar dengan cara mengetuk pull (mencongkel) di not ke-2 yang lebih tinggi dengan menggunakan jari tangan kiri yang lain tanpa harus dipetik lagi. sementara not Pertama masih berbunyi. 3. Legato : Legato merupakan teknik gabungan slur dari beberapa nada (biasanya dari nada tinggi ke rendah) yang dirangkai menjadi satu kesatuan dalam satu permainan. 4. Bending :    Teknik Iini pada dasarnya adalah meninggikan bunyi nada dengan cara di gerakan ke atas atau ke bawah dalam satu kolom dengan menggunakan jari Ada 3 macam teknik Bending, yaitu: * Natural Bending Cara memainkannya : Senar ditekan dengan not yang dikehendaki, lalu jari tersebut digerakan keatas atau kebawah sehingga bunyi yang dihasilkan lebih tinggi dari bunyi not semula. Untuk senar 1(E), 2(B) dan 3(G) bending dimainkan keatas, sedangkan senar 4(D), 5(A) dan 6(E) dimainkan ke bawah. * Release Bending Cara memainkannya : Bending dilakukan terlebih dahulu sebelum dipetik sehingga belum menghasilkan suara, setelah senar digerakkan ke atas kemudian senar tersebut dipetik dan dikembalikan ke not asal tanpa dipetik kembali. * Unision Bending Cara memainkannya : Senar yang lebih tinggi atau not yang lebih rendah dari 2 not, di-bending sampai memiliki not yang sama dengan not yang lebih tinggi dan dibunyikan secara bersamaan. 5. Slide : Teknik menggeser jari yang menekan senar dengan not tertentu menuju ke not yang lain dengan arah maju atau mundur (Ascending slide atau Descending slide). 6. Harmonic : Teknik yang dilakukan untuk menghasilkan suara lebih tinggi dari not asal menggunakan teknik sentuhan jari "touch" . 7. Tapping : Teknik yang dimainkan tanpa menggunakan pick atau pemetik, melainkan dengan cara jari-jari kedua tangan berada di neck gitar, maka teknik tapping ini bisa juga disebut teknik Two Handed. Teknik tapping ini didasari oleh teknik slur yaitu Hammer-On dan Pull-Off yang dikombinasikan dengan Tap pada jari tangan kanan. 8. String Skipping : Teknik yang di mainkan dengan cara melewati (melangkahi) 1 senar atau skip senar. 9. Sweep Picking : Teknik yang di mainkan seperti gerakan mengusap (sweep), dan di gunakan untuk memainkan teknik yang di sebut Sweeping. 10. Arpegio: Teknik memetik senar degan cara memecah nada dari sebuah chord atau kunci gitar secara bergantian (teratur) . Paling sering di aplikasikan untuk Sweep Picking (Sweeping) tapi arpegio juga bisa di mainkan dengan teknik lain seperti String Skipping yang di sebut "String Skipping Arpegio". 11. Ascending : permainan bergerak dari nada rendah ke nada tinggi. 12. Descending : kebalikan dari ascending, yaitu permainan bergerak dari nada tinggi ke nada rendah. 13. Barre : satu jari yan menekan beberapa senar atau fret sekaligus. 14. Chicken picking / hybrid picking : teknik petikan denga menggunakan pick dan jari. biasanya sering di pakai oleh musisi country. 15. Five not per string : lima not tiap senar. 16. Passing note : nada yang berfungsi sebaga penghubung. 17. Range : rentang atau jangkauan nada. 18. Slide up : membunyikan satu nada kemudian menggeser ke nada yang lebih tinggi. 19. Slide down : kebalikan dari slide up.

20. Stretching :

gerakan membentangkan jari yang

berdekatan sejauh mungkin.

Teknik permainan merupakan komponen utama dari serangkaian komponen pembentuk lagu lainnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya pada gitar klasik terdapat beraneka macam teknik permainan dan telah banyak mengalami perkembangan. Sementara itu, Grand Solo Op.14 Sor menerapkan teknik permainan gitar klasik yang standar seperti teknik Apoyando, Tirando,Tremolo, Damper, Slur, dan Barre namun meskipun demikian Sor sangat pandai dalam mengolah teknik-teknik tersebut sehingga sulit untuk dimainkan dengan baik.Hal ini diungkapkan Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2015;

“Kalau saya ditanya teknik apa saja yang digunakan disitu ya seperti yang kamu bilang (slur, tremolo, apoyando, tirando, barre) yang jelas kalau tangan kanan ya ada permainan arpeggio, arpeggio ada macam-macam, ada yang model tremolo, ada yang model interval, ada yang model scale ya sedikit. Kalau tangan kiri ada barre terus ada damper juga, hmm kurang lebih begitu.”

Adapun teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 adalah : (1)Apoyando, (2)Tirando,(3)Tremolo, (4)Damper, (5)Slur,dan (6)Barre.

Dalam bermain gitar klasik untuk memproduksi nada terdapat beberapa cara dengan menggunakan teknik petikan, salah satunya adalah menggunakan teknik Apoyando. Teknik Apoyando biasanya digunakan untuk memainkan melodi-melodi tunggal tanpa iringan akor maupun harmoni.Adapun cara memainkan teknik ini adalah dengan menyandarkan jari yang telah digunakan untuk memetik senar pada senar yang ada di atas maupun di bawahnya. Dalam karya ini teknik Apoyando terbilang jarang digunakan karena sebagian besar melodinya terdapat diantara pola permainan akor, sehingga apabila dimainkan menggunakan teknik ini akan mematikan bunyi akor sebagai pengiring dari melodi.

Birama 26 27 28

Gambar 12. Birama 26, 27, dan 28

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada gambar 12, pada birama 26teknik Apoyando (lingkaran merah) digunakanuntuk menghasilkan bunyi yang lebih keras dan jelas karena birama tersebut adalah bagian pembuka ketika masuk ke dalam tema I

47

pada bagian Allegro. Teknik inisecara otomatis digunakan ketika memainkan nada pertama pada birama ini (lingkaran biru) karena dimainkan secara bersamaan di dua senar berbeda yang berdekatan jaraknya (double stroke) yaitu di senar 6 dan senar 5. Walaupun terdapat satu nada sebagai iringan, melodi tersebut dapat dimainkan dengan teknik Apoyando tanpa mematikan sustain dari nada pengiringnya, karena melodi terdapat disenar ke 5 sementara pengiringnya terdapat pada senar ke 6. Jari yang digunakan untuk memainkan teknik ini adalah ibu jari dengan gerakan mengarah ke arah bawah, dengan kata lain ibu jari digerakkan dari senar 6 ke arah senar 5 sehingga tidak akan mematikan sustain dari senar 6 yang lebih dahulu dibunyikan.

Bagian ini merupakan pembuka pada bagian Allegro, menurut Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2015 sebagai berikut;

“Nah misalkan yang ini, karena ini kan bagian pembuka dari bagian yang baru, dimainkannya beda dari bagian sebelumnya, salah satu caranya ya misal tone colournya dibuat beda, misal lebih ke ponticello biar kerasa megah juga.”

Dari ungkapan tersebut bagian iniakan lebih baik apabila dimainkan pada posisi sul ponticelloyaitu memetik senar pada posisi dekat dengan bridge untuk memberikan karakter bunyi bass yang lebih keras dan memberikan kesan megah pada frase antiseden pembuka pada bagian Allegro tersebut.

Di bagian lain dalam Grand Solo Op.14 teknik Apoyandodigunakan sebagai awal dari permainan pola Arpeggio. Seperti yang terlihat pada gambar 13, pada birama131, 132, 135, 136 dan birama 141 hingga 148.

Birama 129 130 131

132

135

Gambar 13. Birama 129-137

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Sama seperti padabirama 26,di birama-birama tersebut teknik Apoyando yang digunakan bersifat double stroke (lingkaran berwarna merah),akan tetapi pada bagian ini setelah memainkan teknik Apoyandolangsung disusul dengan pola permainan Arpeggiosehingga sulit untuk menjaga artikulasi nada ketika dimainkan dalam tempo cepat.Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 menyatakan bahwa;

“Apoyando itu kan berat gitu ya kalau dimainin, sementara arpeggio dimainin pake tirando yang gerakannya ringan, ada kombinasi teknik dibagian ini jadi kalau untuk melatihnya ya pelan dulu pake metronome biar bersih dan artikulasi nadanya jelas.”

Kombinasi teknik antara Apoyando dan Tirando menjadi tantangan bagi gitaris klasik untuk dapat memainkan bagian tersebut dengan baik. Sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.S.n, L.Mus.Auntuk mengatasi bagian sulit tersebut dapat dilakukan dengan cara melatihnya dalam tempo lambat terlebih dahulu dan memainkannya secara berulang-ulang agar

49

bunyi yang dihasilkan mempunya clarity yang baik, terutama pada nada yang dimainkan menggunakan teknik Apoyando.

Teknik petikan lain yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 ialah teknik Tirando.Cara memainkan teknik ini adalah dengan tidak menyentuhkan jari yang digunakan untuk memetik pada senar yang ada di atasnya. Dengan kata lain setelah digunakan untuk memetik senar jari tersebut tidak menyentuh pada senar berikutnya. Dalam memainkan Grand Solo Op.14 dapat dikatakan teknik ini sangat sering digunakan untuk bermain Akor dan Arpeggio.

Birama 123

Gambar 14. Birama 123-128

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada birama 123 hingga birama 128 (lingkaran merah), teknik Tirando digunakan untuk memainkan akor-akor pada bagian Development tersebut. Sementara itu masih pada bagian yang sama, di birama 131 dan 132 (lingkaran merah)teknik Tirando digunakan untuk memainkan pola permainanArpeggioseperti yang terlihat pada gambar 15.

Birama 129

Gambar 15. Birama 129-134

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Selain Apoyando dan Tirando masih terdapat satu teknik petikan lagi yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 yakni teknik Tremolo. Teknik Tremolo merupakan pengembangan dari Tirando yang dimainkan secara berulang-ulang dalam tempo cepat di senar yang sama.Tremolodapat dikatakan juga teknik ilusi untuk menghasilkan nadabersustain panjang, dikarenakan gitar klasik merupakan instrumen yang memiliki sustain bunyi yang pendek sehingga untuk memproduksi bunyi yang seolah memiliki sustain bunyi yang panjang maka digunakanlah teknik Tremolo. Tremolo dimainkan dengan menggunakan jari a, m, i yang dipetik dengan cepat dan berulang-ulang menggunakan Tirandosehingga nada yang dimainkan seolah memiliki sustain panjang.

Birama 50

Gambar 16. Birama 50-53

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Tremolo digunakan pada birama 50 sampai dengan birama 53 (lingkaran merah). Seperti yang terlihat pada gambar 16, teknik ini dimainkan tepat setelah permainan akor (lingkaran biru) sehingga jari a pada ketukan ke 1 dan ketukkan ke 4 pada birama 50 sampai 52 dan ketukkan ke 1, 2, 3 dan 4 pada birama 53 (lingkaran hijau) digunakan untuk memainkan akor bersama dengan jari p, i, m yang kemudian disusul jari m dan i untuk bermain Tremolo.

51

Kemudian teknik permainan gitar klasik lainnya yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 ialah teknik Damper.Damperadalah teknik mematikan nada atau muting yang digunakan untuk memainkan tanda diam dan tanda hias seperti staccato. Damperdapat dikatakan teknik yang fleksibel karena teknik inidapat dimainkan menggunakan tangan kanan maupun tangan kiri sesuai dengan kebutuhan dalam memainkan lagu. Dalam Grand Solo Op.14 teknik ini sering digunakan. Seperti yang terlihat pada birama 142 dan 143, teknik Damper digunakan untuk memainkan tanda diam.

Birama 141

Gambar 17. Birama 141-143

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Tanda diam terdapat pada nada bass dalam posisiopen string (lingkaran merah), untuk dapat memainkannya maka digunakanlah teknik Damper. Adapun cara mematikan bunyi nada bass tersebut adalah dengan menggunakan jari 4 (jari kelingking pada tangan kiri). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara pada tanggal 24 April 2015;

“Hmmm sebentar-sebentar kalo yang sebelah sini bisa pake tangan kiri nih, manfaatin jari tangan kiri yang gak dipake buat mencet, nah ini lebih efisien ...”

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa untuk memainkan tanda diam akan lebih efisien dengan menggunakan jari 4 yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar.

Masih pada bagian yang sama namun pada birama selanjutnya yakni birama 144 hingga birama 148, teknik Damper masih digunakan untuk memainkan tanda diam. Sama seperti birama sebelumnya tanda diam terdapat pada nada bass dalam posisi open string.

Birama 144

147

Gambar 18. Birama 144-148

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada gambar 18,terdapat tanda diam pada ketukan pertama di birama 144 hingga 148 (lingkaran merah),kemudian pada ketukan ke empat di birama-birama tersebutterdapat pola permainan Arpeggio(lingkaran biru). Dengan kata lain setiap berpindah birama bunyi nada bass harus dimatikan,karena pada ketukan pertama adalah awal dimainkannya pola Arpeggio. Pada birama-birama ini teknik Damper dimainkan menggunakan ibu jari tangan kanan.

Adapun cara memainkannya adalah dengan menempelkan ibu jari tangan kanan sesaat setelah nada terakhir dalam pola permainan Arpeggio dibunyikan (lingkaran kuning), sehingga memberikan jeda waktu selama beberapa detik untuk mematikan nada bass. Untuk melatih bagian ini mulailah dari tempo lambat

53

terlebih dahulu agar ibu jari dapat memainkan teknik Damper dengan akurat, kemudian naikkan temponya secara bertahap.

Selain digunakan untuk memainkan tanda diam, dalam Grand Solo Op.14 teknik Damper juga digunakan untuk memainkan staccato. Nada-nada dengan staccato harus dimainkan pendek, dalam Grand Solo Op.14 nada-nada tersebut terdapat di birama 13 hingga birama 15 pada bagian Introduction dan untuk dapat memainkannya digunakanlah teknik Damper.

Birama 12

15

Gambar 19. Birama 12-17

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada gambar 19, nada dengan tanda staccato terdapat pada birama 13 hingga birama 15 (lingkaran merah). Pada birama-birama tersebut teknik Damper dimainkan dengan tangan kanan, adapun jari yang digunakan untuk memetik senar yakni jari m, i dan p.Nada E yang sebelumnya telah dibunyikan menggunakan jari m kemudian nada tersebut dimatikan menggunakan jari i, sementara untuk nada D dimainkan dan dimatikan menggunakan jarip.

Fernando Sor menggubah Grand Solo Op.14 untuk dimainkan dalam tempo yang cepat.Kecepatan tersebut terindikasi dari banyaknya penggunaan teknik Sluryang Sor terapkan dalam Grand Solo Op.14. Slur adalah teknik

memainkan nada secara bersambung dengan satu kali petikan. Ada tiga macam jenis Sluryang masing-masing memiliki cara berbeda dalam memainkannya.

Pertama adalah Hammer on/ascending slur (memainkan nada yang dimulai dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi secara bersambung dengan cara mengetukkan jari yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar ke arah nada yg akan dimainkan), jenis Slur ini terdapat pada birama 7.Birama 5

Gambar 20. Hammer on (sumber partitur Grand Solo Op.14 second version).

Hammer on/ascending slur terdapat pada birama 7 yakni terlihat dari penggunaan busurlegato pada nada hias acciacatura (lingkaran merah). Nada pertama dari acciacatura tersebut adalah nada yang lebih rendah dari nada berikutnya maka bagian tersebut harus dimainkan menggunakan hammer on/ascending slur.

Kemudian jenisSlur yang kedua adalah pull of/descending slur (memainkan nada yang dimulai dari nada tinggi ke nada yang lebih rendah secara bersambung dengan cara menarik jari yang sedang digunakan untuk menekan senar ke arah bawah). Pull of/descending slur terdapat pada birama 1 dan 3. Birama 1

Gambar 21. Birama 1-4

55

Seperti yang terlihat pada gambar 21, terdapat nada dengan acciacatura yang dimulai dari nada yang lebih rendah (lingkaran merah), sehingga nada tersebut harus dimainkan menggunakan pull of/descending slur.

Jenis Slur yang ketiga adalah hammer on and pull of/ascending-descending slur (memainkan nada yang dimulai dari nada rendah yang kemudian disambung dengan mengetukkan jari yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar ke arah nada yang lebih tinggi dan setelah menekan senar jari tersebut langsung ditarik ke arah bawah tanpa memetik senar kembali).

Birama 37

41

Gambar 22. Birama 37-45

(sumber partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada gambar 22, hammer on and pull of/ascending-descending slur terdapat pada birama 40, 42 dan birama 43 (lingkaran merah). Jenis Slur ini adalah kombinasi dari kedua jenis Slur sebelumnya. Fernando Sor menerapkan ketiga jenis Slur tersebut ke dalam Grand Solo Op.14. Dapat dikatakan teknik Slur menjadi ciri khas pada Grand Solo Op.14, karena dalam karya ini banyak digunakan teknik Slur yang oleh Sor diolah dengan cerdas sehingga menjadi unik.

Kemudian teknik permainan gitar klasik yang terakhir yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 adalah teknik Barre. Barremerupakan teknik yang dimainkan menggunakan tangan kiri. Cara memainkan teknik ini adalah dengan menggunakan jari telunjuk untuk menekan lebih dari satu nada pada senar berbeda secara vertikal pada saat yang bersamaan. Terdapat dua jenisBarre, yakni half barre (jari telunjuk digunakan untuk menekan beberapa senar) dan full barre (jari telunjuk digunakan untuk menekan seluruh senar).Teknik Barre sering digunakan untuk bermain akor, baik dalam posisi full barre maupun half barre,tak terkecuali dalam Grand Solo Op.14. Seperti yang terlihat pada gambar 23, teknik Barre digunakan di birama 13 sampai dengan birama 17.

Birama 12

15

Gambar 23. Birama 12-17

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Birama-birama tersebut terdapat pada bagian Intruduction yang mana pada bagian ini masih banyak akor yang dimainkan secara berulang-ulang masih pada akor yang sama dan akor yang dimainkan dalam durasi yang agak lama yakni dengan not seperempat yang keduanya dimainkan dalam posisi Barre Chord.Seperti pada birama 13 sampai birama 15 terdapat akor yang Bes Mayor

57

dalam posisi full barre (lingkaran merah) dan pada birama 16 dan birama 17 terdapat akor A Mayor dan akor Bes Mayor dalam posisi half barre.