Pleurisy atau pleuritis adalah peradangan pada pleura atau selaput dada. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi bagian luar paru-paru dan bagian dalam rongga dada. Pleuritis merupakan kondisi peradangan (pembengkakan atau iritasi) dari dua lapisan jaringan ini. Pleuritis juga merupakan jenis dari nyeri dada, yang memengaruhi pleura. Ruang pleura adalah area tipis antara lapisan dada dan selaput yang melapisi paru-paru. Cairan melumasi lapisan pleura sehingga mereka meluncur dengan mulus di samping satu sama lain saat bernapas. Ketika selaput meradang, mereka bergesekan dengan melukai satu sama lain. Dokter tidak selalu tahu apa yang menyebabkan pleuritis. Infeksi biasanya menyebabkan gangguan tersebut. Infeksi ini bisa viral (akibat virus), misalnya influenza, atau bakterial (disebabkan oleh bakteri), seperti pneumonia. Sementara infeksi dapat menyebabkan pleuritis, kondisi pleuritis itu sendiri tidak menular, mengutip Cleveland Clinic. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan pleuritis antara lain: Pleuritis dapat memengaruhi orang dengan kondisi medis tertentu yang mendasarinya, seperti infeksi atau penyakit autoimun. Pleuritis bisa dialami semua usia, tetapi paling sering berkembang pada usia di atas 65 tahun. Orang-orang ini lebih mungkin untuk mengembangkan infeksi dada. Orang-orang keturunan Mediterania memiliki risiko lebih tinggi untuk radang selaput dada karena kondisi keturunan yang disebut demam Mediterania familial. Dengan demam Mediterania familial, mutasi genetik (perubahan) menyebabkan peradangan di dada dan perut. Kebanyakan orang dengan radang selaput dada mengalami nyeri dada yang tajam atau menusuk, yang dikenal sebagai nyeri pleuritik. Rasa sakit ini sering memburuk saat batuk atau menarik napas dalam-dalam. Terkadang, rasa sakit bisa menyebar ke bahu atau punggung. Nyeri yang mirip dengan nyeri pleuritik juga bisa menjadi gejala kondisi medis darurat, seperti serangan jantung atau emboli paru. Apabila kamu mengalami nyeri dada yang tajam, penting untuk segera mencari perhatian medis. Tanda dan gejala pleuritis lainnya dapat meliputi: Menambahkan dari Mayo Clinic, pleuritis dapat disertai dengan efusi pleura, atelektasis, atau empiema. Baca Juga: Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesia Dokter akan menanyakan riwayat medis pasien dan beberapa tes untuk mengevaluasi pleuritis. Tes ini bisa meliputi:
Baca Juga: Efusi Pleura: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan Pengobatan pleuritis akan bergantung pada kondisi yang mendasari yang menyebabkannya. Dalam beberapa kasus, radang selaput dada hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Pilihan perawatan pleuritis mungkin termasuk:
Selain itu, langkah-langkah di bawah ini bisa dilakukan di rumah untuk membantu meredakan gejala yang berhubungan dengan pleuritis:
Beberapa orang dengan pleuritis dapat menyebabkan komplikasi. Ini bisa termasuk:
Karena ada banyak kondisi berbeda yang dapat menyebabkan pleuritis, cara pencegahan terbaik melibatkan pemantauan ketat kondisi kesehatan dan melakukan pemeriksaan tepat waktu. Artinya, segera temui dokter bila mengalami gejala pernapasan untuk menyingkirkan infeksi bakteri di paru-paru, penyakit akibat virus yang memengaruhi paru-paru, atau beberapa penyebab yang kurang umum seperti infeksi jamur. Selain itu, jangan mengabaikan gejala jantung atau cedera di area dada. Bila kamu merokok, berusahalah untuk berhenti. Ini bisa menjadi strategi pencegahan utama lainnya. Pleuritis adalah peradangan pada pleura paru yang kadang disertai nyeri pleuritik. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat berkembang menjadi efusi pleura, yaitu ketika cairan menumpuk di dalam paru-paru. Karena berbagai penyebab dapat menyebabkan radang selaput dada, prospek pasien akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Tindakan terbaik adalah menemui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan tepat. Baca Juga: Hemotoraks: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan
Baca Artikel Selengkapnya
Penatalaksanaan pleuritis ditentukan setelah evaluasi yang terperinci. Tujuan utama penatalaksanaan pleuritis adalah untuk mengontrol nyeri dada pleuritik dan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pengobatan efusi pleura tuberkulosis juga mencakup obat antituberkulosis, dengan pendekatan yang sama dengan terapi tuberkulosis. Medikamentosa Pemberian medikamentosa pada pleuritis umumnya bertujuan untuk meredakan nyeri dan mengobati etiologi penyebab pleuritis.
Manajemen Nyeri Dada Pleuritik Pengobatan awal nyeri dada pleuritik umumnya menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Golongan ini lebih diutamakan daripada golongan opioid karena tidak memiliki efek yang menekan pusat regulasi pernapasan. Pilihan obatnya adalah indomethacin 50–100 mg tiga kali sehari atau ibuprofen 200–400 mg tiga kali sehari. Pada kondisi nyeri yang sangat hebat, dapat dipikirkan pemberian analgesik golongan opioid dengan kehati-hatian. Pada pasien yang menderita gangguan lambung, dapat dipertimbangkan pemberian OAINS selektif cox 2-inhibitor, seperti: celecoxib 200 mg dosis tunggal atau terbagi, natrium diklofenak 75 mg dua kali sehari, atau meloxicam 7,5 mg dua kali sehari.[10,12,16] Penatalaksanaan Sesuai Etiologi Setelah penyebab pleuritis ditegakkan, penatalaksanaan yang spesifik terhadap etiologi mendasarinya harus dimulai. Infeksi Pleura atau Pneumonia Pleuritis yang disebabkan mikroorganisme patogen penyebab infeksi dapat diberikan antibiotik, antiviral, atau antifungal yang mendukung. Nyeri dada pleuritik juga sering dikeluhkan oleh pasien yang didiagnosis pneumonia. Nyeri yang berkaitan dengan infeksi diduga disebabkan oleh inflamasi pleura dan keterlibatan parenkim paru. Penatalaksanaan pada kondisi ini harus menargetkan organisme penyebab dengan terapi antimikroba yang sesuai. Pleuritis Tuberkulosis (TB) Manajemen efusi pleura tuberkulosis juga mencakup pemberian obat antituberkulosis (OAT). Drainase cairan pleura umumnya diperlukan pada pasien dengan gejala berat. Mengingat tuberkulosis masih endemis di Indonesia, bila manifestasi klinis tidak mengarah ke diagnosis alternatif lain, pleuritis tuberkulosis harus dicurigai pada pasien dengan efusi pleura. Pada kasus ini, obat antituberkulosis (OAT) harus diberikan diagnosis dipastikan dengan dilakukannya pemeriksaan penunjang. Pasien yang mengalami pleuritis TB perlu menjalani evaluasi ulang terkait status HIV/AIDS dan status pengobatan TB yang pernah dilalui karena terdapat kemungkinan terjadinya multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Tujuan penatalaksanaan pleuritis TB adalah untuk mencegah fibrotoraks. Terapi untuk pasien yang mengalami koinfeksi tuberkulosis dan HIV/AIDS akan didiskusikan secara terpisah.[1,3,10] Pleuritis akibat Autoimun Pada pleuritis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, obat golongan disease modifying anti rheumatic drugs (DMARDS) dapat bermanfaat bila sesuai indikasi.[1,10,12,17] Keganasan Manajemen nyeri pada pasien dengan keganasan pleura bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi dispnea, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Radioterapi mungkin diperlukan apabila terapi farmakologis tidak dapat mengatasi nyeri.[1,10,12,17] Efusi Pleura Masif Pada pleuritis yang disertai efusi pleura masif, yang umumnya disebabkan oleh keganasan atau trauma mekanik, terapi pembedahan perlu dilakukan untuk memperbaiki klinis pasien.[1,10,12,17] Emboli Paru Emboli paru perlu melibatkan beberapa modalitas terapi, termasuk antikoagulan, fibrinolitik sistemik, dan catheter-directed fibrinolytic.[1,10,12,17] Pembedahan Pada pleuritis, prosedur pembedahan dapat berperan sebagai diagnostik atau terapeutik. Thoracocentesis dilakukan bila pleuritis yang terjadi melibatkan efusi pleura dalam jumlah masif. Cairan yang dievakuasi dapat sekaligus diperiksa untuk memberikan gambaran penyebab yang mendasari terjadinya pleuritis. Pada kecurigaan pleuritis akibat keganasan, dapat dilakukan thoracoscopy atau pleuroscopy untuk melihat langsung kondisi pleura atau mengambil sebagian sampel jaringan untuk diperiksa.[1,12]
1. Hunter MP, Regunath H. Pleurisy. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. 2. Feller-Kopman D, Light R. (2018). Pleural Disease. The New England journal of medicine, 378(18), 1754. https://doi.org/10.1056/NEJMc1803858 3. Frye M, Huggins J. Tuberculous pleural effusion. Uptodate. 2020. 12. Kass S, Williams P, Reamy B. (2007). Pleurisy. Retrieved 10 August 2021 16. Clarrett DM, Hachem C. (2018). Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Missouri medicine, 115(3), 214–218. 17. Bhang CS, Lee HS, Kim S, et al (2002). Effects of selective cyclooxygenase-2 inhibitor and non-selective NSAIDs on Helicobacter pylori-induced gastritis in Mongolian gerbils. Helicobacter, 7(1), 14–21. https://doi.org/10.1046/j.1523-5378.2002.00051.x |