Yang termaksud dengan emulgator fungsi dan contoh nya

Pengemulsi atau zat pengemulsi (bahasa Inggris: Emulsifier) adalah zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air.[1] Umumnya pengemulsi merupakan senyawa organik yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun nonpolar sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur.[1] Gugus nonpolar pengemulsi akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi) sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut.[1] Bagian polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif, hal ini menyebabkan minyak juga menjadi bermuatan negatif.[1] Partikel minyak kemudian akan tolak-menolak sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil.[1]

Yang termaksud dengan emulgator fungsi dan contoh nya

Kuning telur kaya lesitin yang merupakan pengemulsi.

Salah satu contoh pengemulsi yaitu sabun yang merupakan garam karboksilat.[2] Molekul sabun tersusun atas ekor alkil yang non-polar (akan mengelilingi molekul minyak) dan kepala karboksilat yang bersifat polar (mengikat air dengan kuat).[1] Pada industri makanan, telur dikenal sebagai pengemulsi tertua yang pernah ada.[2] Di dalam telur (banyak pada kuning telur dan sedikit pada putih telur) terdapat lesitin yang merupakan suatu pengemulsi.[2] Contoh bahan yang dibuat dengan cara ini adalah mentega, margarin, dan sebagian besar kue.[2]

  1. ^ a b c d e f (Inggris) Encyclopedia britania. 2009. Emulsion chemistry.Diakses pada 10 Juni 2010.
  2. ^ a b c d (Inggris) Food Additive. 2008. Emulsifiers.[pranala nonaktif permanen]Diakses pada 10 Juni 2010.

  • Philip Sherman; British Society of Rheology (1963). Rheology of emulsions: proceedings of a symposium held by the British Society of Rheology ... Harrogate, October 1962. Macmillan. ISBN 9780080102900. 
  • Handbook of Nanostructured Materials and Nanotechnology; Nalwa, H.S., Ed.; Academic Press: New York, NY, USA, 2000; Volume 5, pp. 501–575
 

Artikel bertopik kimia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengemulsi&oldid=20773864"

berikan masing masing 5 contoh gejala alam abiotik fisika dan gejala alam kimia ​

C⁶H⁶( 1 ) +O²(g)=====> H²O(g)+CO²(g)​

H f. Senyawa kompleks dengan rumus Na Fe(C₂O₂),​

Tolong bantu jawab, terima kasih...​

Tulis rumus struktur a. 3, 4 , 5 trimetil oktanab. 3 dietil 4, 5 dimetil nonanac. 2, 2, 3, 3 tetra metil heksana​

Setarakan reaksi redoks berikut dengan cara bilangan oksidasi: ​

please dijawab dengan benar​

BESERTA PENJELASANNYA MATUR NUWUN:D​

jumlah neutron 43 dan mempunyai elektron 35BANTU DI JAWAB, TUGAS BESOK​

Bagaimana cara mengkonversikan Satuan Lux menjadi W/m² ? Beserta rumusnya.​

GudangIlmuFarmasi – Sediaan emulsi dan supensi merupakan sediaan yang terdiri antara dua fase yang tidak saling tercampurkan.

Pada emulsi fase tersebut terdiri dari dua fase cair yang tidak saling tercampurkan yang disebabkan oleh perbedaan massa jenis dan juga tegangan permukaan, sedangkan pada sediaan suspensi , fase yang tidak tercampurkan terdiri dari fase cair dan padat oleh karenanya untuk membuat sediaan farmasi yang stabil diperlukan zat tambahan untuk mendispersikan kedua fase yang tidak saling tercampurkan tersebut, zat-zat inilah yang disebut sebagai supending agent, emulgator dan surfakatan.

Pernakah anda mendengar tentang surfaktan, emulgator dan suspending agent? Ketiga zat tersebut sangat erat kaitannya dengan sediaan obat, khususnya sediaan supensi dan emulsi.

Mungkin sebagian besar dari kita sering mendengar ungkapan tersebut dalam dunia farmasetika, akan tetapi banyak pula dari kita yang belum memahami secara detail perbedaan dari ketiga jenis tersebut. Oleh karenanya dalam artikel ini kita akan membahas secar umum perbedaan dari ketiga zat tersebut?.

Emulgator

Emulgator adalah zat yang memiliki aktivitas permukaan oleh karenanya emulsifier dapat menurunkan tegangan permukaan dan mendipersikan fase cair tak tercampurkan. Emulgator terdiri dari gugus non polar dan gugus polar, senyawa semacam ini disebut amfifilik, Mekanisme kerja dari emulgator yaitu dengan cara gugus non polar akan mengikat pada senyawa non polar sedangkan ekornya (gugus polar) akan mengikat air, sehingga akan membentuk globul yang medispersikan kedua fase cair. Hal inilah yang membuat fase cair dan minyak seolah tercampurkan dengan homogen, ukuran dari bagian hidrofil dan lipofil inilah yang mempengaruhi dalam pengemulsian.

Pada intinya, emulgator membentuk emulsi dengan tiga cara yaitu :

  1. Penurunan tegangan antar muka.
  2. Terbentuknya film antar muka yang kaku
  3. Terbentuknya lapisan ganda listrik.

Baca :  Alkohol sebagai Eksipien dalam Formulasi Sediaan Likuid

Jenis-jenis emulgator :

  • Berasal dari tumbuhan : Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus
  • Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae)
  • Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat)

2. Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).

Surfaktan

Surfakatan merupakan kependekan dari surface activeagent merupakan senyawa amfifilik atau yang mempunyai senyawa dengan gugus hidrofil (suka dengan air) dan lipofilik (menyukai minyak) dalam molekul yang sama. Surfaktan memiliki kepala yang bersifat hidrofil biasanya mengandung gugus hidroksil, sedangkan bagian ekor yang merupakan gugus lipofil biasanya terdiri dari rangakaian panjang alkil.

Emulgator merupakan bagian dari surfaktan, akan tetapi tujuan pemakaian surfaktan tidak hanya sebagai emulgator. Surfaktan digunakan pula sebagai agent pembasah, bahkan detergent. Kemampuan surfaktan digunakan dalam berbagai cara tersebut dipengaruhi oleh HLB ( Hidrophile Lipophile Balance) Nilai dari HLB menunjukan kemampuan zat dalam membentuk ikatan dengan gugus hidrofil dan gugus lipofil dengan fase terdispersi dan pendispersi pada suatu emulsi. Nilai HLB yang besar menandakan kempuan untuk berikatan dengan gugus hidrofil yang tinggi, begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai HLB menunjukan kemampuan yang rendah untuk berikatan dengan gugus lipofil. Berikut tabel yang menunjukan penggunaan surfaktan dalam berbagai fungsi tergantung nilai HLB.

Kisaran HLB dan Penggunaanya.

  • 4-6 : Pengemulsi untuk air dalam minyak
  • 7-9 : Senyawa pembasah
  • 8-18 : Pengemulsi untuk minyak dalam air
  • 13-15 : Detergen
  • 10-18 : Solubilizer memudahkan kelarutan senyawa

Setiap jenis surfatan memiliki nilai HLB yang berbeda-beda, oleh karenanya dalam penggunaan surfaktan perlu diketahui pula cara menghitung HLB, sesuai dengan HLB butuh.

Berdasarkan muatannya surfaktan dibagi menjadi empat golongan yaitu:

  1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
  2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation
  3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan
  4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.

Baca :  Emulsi dan Teknologi High Internal Phase Emulsion

Beberapa senyawa emulgator merupakan surfaktan sehingga kita sering salah mengartikan bahwa surfaktan dan emulgator adalah jenis zat yang sama, memang tidak sepenuhnya salah, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan, emulgator lebih mendeskripsikan suatu senyawa yang menstabilkan emulsi sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduanya tidak akan terpisah, sedangkan surfaktan adalah molekul-molekul yang mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak/lemak) pada molekul yang sama, dan pengaplikasiannya dalam bidang farmasi meliputi sebagai agen pembasah, emulgator, solubilzer dan detergen.

Suspending Agent

Dalam formulasi sediaan farmasi, tidak semua zat aktif dapat larut dengan baik dalam fase pendispersinya, oleh karena itu perlu ditambahkan suspending agent agar zat tidak terlarut terebut dapat terdispersi dalam fase pendispersinya. Suspending agent merupakan bahan yang dapat meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.

Mekanisme kerja dari suspending agent adalah dengan meningkatkan viskositas dengan cara mengikat molekul air pada rantai intertwined macromolecular yang menyebabkan penghambatan pergerakan air. Akibat viskositas yang meningkat menyebabkan laju sedimentasi menjadi lambat pada sediaan suspensi dan meningkatkan stabilitas fisik sediaan. Karena mekanisme suspending agent yang meningkatkan viskositas, oleh karenanya perlu diperhatikan dengan seksama penambahan suspending agent yang sesuai, berlebihan dalam menambahkan suspending agent akan menyebabkan masalah pada suspensi yaitu penggumpalan dan sulit untuk terkonstitusi dengan pengocokan.

Suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan.

  1. Golongan pertama adalah polisakarida yang terdiri dari gom akasia (gom arab)/PGA, tragakan, na-alginat (sodium alginat), starch (amilum), karagen (chondrus extract), xanthan gum (polysaccharide b-1449/ corn sugar gum), serta guar gum (guar flour).
  2. Golongan kedua adalah turunan selulosa, contohnya metilselulosa, CMCNa (karboksimetil selulosa), avicel, dan hidroksi etil selulosa.
  3. Golongan ketiga adalah clay misalnya bentonit, aluminium-magnesium silikat (veegum), dan hectocrite (salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat).
  4. Golongan keempat adalah polimer sintetik contohnya golongan carbomer (Suena, N.M.D.S, 2015).

Baca :  Lesitin sebagai Emulgator dalam Sediaan Emulsi

Dari beberapa contoh zat dalam surfaktan maupun suspending agent terdapat zat yang tergolong kedalam kedua golongan tersebut, oleh karenanya untuk memahami perbedaan dari surfaktan dan suspending agent,kita harus memahami kembali definisi dari surfaktan maupun suspending agent, suspending agent adalah bahan yang dapat meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Sedangkan surfaktan adalah zat yang memiliki gugus lipofil dan hidrofil.

Daftar Pustaka :

Suena, N. M. D. S. (2015). EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium). Jurnal Ilmiah Medicamento, 1(1), 34-39.

Ratnasari, L. 2019. Emulsi dan Tipe-tipe Emulsi dalam Sediaan Farmasi. Tersedia secara online di https://farmasetika.com/2019/07/13/emulsi-dan-tipe-tipe-emulsi-dalam-sediaan-farmasi/ [Diakses pada: 18 Mei 2020.

Ermawati, D. E., Martodiharjo, S., & Sulaiman, T. S. (2017). Optimasi komposisi emulgator formula emulsi air dalam minyak jus buah stroberi (Fragaria vesca l.) dengan metode simplex lattice design. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2, 78-89Rowe, R. C.; P. J. Sheskey; dan M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.

Penulis : Fikri Satria, Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Farmasi Unpad