3 hari setelah ovulasi apakah bisa hamil

Karena begitu diidamkan, wajar saja kok jika Mums dan Dads merasa penasaran berapa lama lagi si Kecil akan hadir di dalam rahim. Yuk, ulik berapa lama “waktu perjalanan” bakal calon buah hati di dalam rahim.

 

Kapan Akan Hamil Setelah Bercinta?

Bisa dibilang, ini adalah hal yang banyak membuat orang bertanya-tanya. Pertama, perlu diketahui bahwa kehamilan adalah sebuah proses yang panjang. Agar kehamilan terjadi, sel sperma harus masuk ke dalam saluran reproduksi wanita melalui proses ejakulasi, bertemu dengan sel telur di saluran tuba (pembuahan), terjadi pembelahan sel, hingga menjadi embrio, lalu embrio perlu menanamkan dirinya (implantasi) ke dalam lapisan endometrium. Mengagumkan, ya!

 

Nah, ada dua proses besar yang bisa dijadikan patokan untuk menghitung berapa lama kehamilan akan terjadi, yaitu pembuahan dan implantasi. Berikut penjelasannya:

 

  • Pembuahan

Setiap bulannya, indung telur (ovarium) wanita melepaskan sel telur yang hanya hidup selama 12-24 jam. Proses ini dinamakan ovulasi. Sementara, sperma pria dapat bertahan hidup di saluran reproduksi wanita hingga lima hari. Inilah yang membuat pentingnya memiliki siklus haid yang teratur dan ideal, terutama ketika merencanakan kehamilan. Agar, Mums dapat menghitung kapan terjadinya ovulasi. Pasalnya, berhubungan intim sehari sebelum atau saat ovulasi, akan sangat menentukan peluang terjadinya kehamilan.

 

Misal, Mums akan berovulasi di hari Jumat, namun berhubungan intim pada hari Senin. Dengan kondisi seperti ini, pembuahan sel telur masih dapat terjadi meskipun kemungkinannya kecil. Karena, belum ada sel telur yang bisa dibuahi oleh sel sperma, sehingga ovulasi mungkin tidak terjadi sampai hari Kamis.

 

Baca juga: Tak Kunjung Hamil, Ajak Suami Cek Sperma, yuk!

 

 

  

Nah, berbeda ceritanya jika Mums dan Dads berhubungan seks pada hari Jumat yang mana adalah tepat hari Mums berovulasi. Pembuahan dapat segera terjadi kurang lebih 12 jam, atau paling cepat 3 menit! Penelitian telah menunjukkan bahwa sperma membutuhkan waktu rata-rata 2-10 menit untuk melakukan perjalanan dari leher rahim ke saluran tuba di mana sperma bertemu sel telur. Jika ada sel telur yang sudah menunggu, pembuahan pun dapat terjadi segera, atau sekitar tiga menit setelah hubungan seksual. Namun jika sel telur belum ditetaskan (belum terjadi ovulasi), maka pembuahan bisa terjadi kurang lebih lima hari setelah berhubungan seks. Terlihat begitu jelas kan, perbedaannya mana yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil?

 

Baca juga: 5 Spesialisasi yang Bisa Mums Datangi untuk Konsultasi Gangguan Kesuburan

 

  • Implantasi

Setelah pembuahan, terjadi beberapa tahap perkembangan hingga menjadi embrio. Selanjutnya, embrio menancapkan dirinya ke dalam dinding rahim (implantasi). Implantasi tidak dapat buru-buru. Pada umumnya, implantasi terjadi 5-10 hari setelah pembuahan. Pasalnya, perjalanan dari saluran tuba (tempat terjadinya pembuahan) menuju ke dalam rahim (tempat terjadinya implantasi) memakan waktu beberapa hari. 

 

Setelah implantasi berhasil, tubuh pun mulai memproduksi lebih banyak hormon kehamilan yang disebut human chorionic gonadotropin (hCG). Ini biasanya terjadi 6-12 hari setelah ovulasi. Terlepas dari kapan pembuahan terjadi, rahim memang dipersiapkan untuk implantasi embrio 7-10 hari setelah ovulasi.

 

Lalu, kapan bisa mulai mengecek kehamilan dengan test pack? Mums disarankan melakukan tes kehamilan jika sudah terlambat haid kurang lebih seminggu agar mendapatkan hasil yang paling akurat. Namun jika tidak ingin menunggu sampai terlambat haid, Mums setidaknya perlu menunggu satu hingga dua minggu setelah berhubungan seks. Karena, tubuh tentu membutuhkan waktu untuk memproduksi dan mengedarkan hormon hCG yang dapat dideteksi oleh test pack. Ini biasanya memakan waktu 7-12 hari setelah implantasi berhasil. Bukan tak mungkin lho, Mums bisa mendapatkan hasil yang tidak akurat jika tes dilakukan terlalu dini.

 

Nah, dengan mempertimbangkan berapa lama sperma bisa bertahan serta waktu yang dibutuhkan untuk pembuahan dan implantasi, bisa disimpulkan paling cepat Mums akan hamil tujuh hari setelah berhubungan seks. Ini artinya, pada hari Mums dan Dads berhubungan seks, belum tentu menjadi hari Mums akan hamil. Kuncinya, jalani program hamil ini dengan kesabaran, doa, dan informasi yang tepat agar harapan Mums dan Dads menimang buah hati dapat segera terwujud. (IS)

Memiliki keturunan adalah keinginan dari sebagian besar pasangan yang telah menikah. Akan tetapi, tak jarang yang gagal karena kurang memahami kapan waktu berhubungan intim yang tepat untuk mencapai suatu kehamilan. Sesungguhnya, setiap bulan hanya ada satu kesempatan di mana kehamilan bisa terjadi. Itulah masa di mana wanita sedang mengalami ovulasi. 

Ovulasi merupakan proses dilepaskannya sel telur yang sudah matang dari ovarium (indung telur) ke dalam tuba falopii (saluran telur). Pembuahan akan terjadi bila pada waktu ini terdapat sperma yang berenang ke dalam saluran telur. 

Periode di sekitar waktu ovulasi dikenal sebagai masa subur. Meski ovulasi hanya berlangsung selama 12-24 jam, masa subur berlangsung selama 6 hari, yaitu 2 hari sebelum ovulasi hingga 3 hari setelah ovulasi. 

Daftar Isi

  • Ovulasi dan prosesnya
  • Masa subur dan peluang kehamilan saat ovulasi
  • Tanda-tanda Terjadinya Ovulasi
  • Penyebab Kegagalan Ovulasi

Ovulasi dan prosesnya

Untuk memahami soal ovulasi, perlu diketahui terlebih dulu bagaimana siklus haid yang normal.

Siklus haid merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara berbagai hormon. Hormon-hormon penting yang terlibat di antaranya luteinizing hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), serta hormon reproduksi wanita, estrogen dan progesteron.

Siklus haid terbagi menjadi tiga fase, yaitu:

Fase folikuler

Fase ini terjadi sebelum sel telur dilepaskan. Ketika fase folikuler dimulai, estrogen dan progesteron berada pada kadar terendah. Alhasil, lapisan atas endometrium (dinding rahim) yang telah menebal akan meluruh sebagai darah haid. Di waktu-waktu ini, kadar hormon FSH sedikit meningkat sehingga memicu perkembangan beberapa folikel di dalam ovarium. Setiap folikel mengandung satu sel telur. Seiring dengan menurunnya kadar FSH, nantinya pada fase ini hanya akan ada satu folikel yang terus berkembang. Folikel ini kemudian menghasilkan hormon estrogen.

Siklus haid diawali pada fase ini, di mana hari pertama ditandai oleh keluarnya darah haid (menstruasi). 

Fase ovulatorik

Ini merupakan fase di mana ovulasi terjadi. Fase ini dimulai dengan peningkatan tiba-tiba kadar hormon LH dan FSH. Hormon LH menstimulasi terjadinya pelepasan sel telur, yang biasanya terjadi antara 32-36 jam setelah kadar hormon meningkat. Kadar hormon estrogen ikut mencapai puncaknya di waktu ini, sedangkan kadar hormon progesteron baru mulai meningkat.

Fase luteal

Fase ini terjadi setelah sel telur dilepaskan. Kadar hormon LH dan FSH akan menurun. Folikel yang ruptur (robek) karena melepaskan sel telur akan membentuk korpus luteum, yang memproduksi progesteron. Kadar estrogen umumnya tinggi selama fase ini berlangsung. Kedua hormon ini menyebabkan dinding rahim menebal, menyiapkan kalau-kalau proses pembuahan dan kehamilan terjadi. 

Bila sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan tidak lagi memproduksi progesteron. Selanjutnya, kadar estrogen menurun dan lapisan atas dinding rahim akan meluruh sebagai darah haid. Selanjutnya, ini akan mengawali siklus haid yang baru.

Baca Juga : Ciri – ciri ovulasi berlangsung

3 hari setelah ovulasi apakah bisa hamil

Masa subur dan peluang kehamilan saat ovulasi

Syarat terjadi kehamilan adalah terjadinya pembuahan sel telur oleh sel sperma. Sel telur hanya dapat bertahan selama 12-24 jam setelah dilepaskan sedangkan sperma dapat hidup di dalam organ reproduksi wanita hingga 5 hari setelah berhubungan intim. Dari berbagai studi didapati bahwa peluang terjadinya kehamilan saat ovulasi ‘hanya’ sekitar 25 persen.

Untuk mengoptimalkan peluang tersebut, tentu pasangan harus tahu kapan wanita mengalami ovulasi. Ini dapat diperkirakan dari riwayat siklus haid selama 3 bulan terakhir. Bila waktu dimulainya haid terakhir dianggap sebagai hari pertama, maka wanita dengan siklus haid rata-rata 28 hari akan berovulasi kurang lebih di hari ke-14 atau 2 minggu sebelum haid berikutnya. Bila siklus haid rata-rata 30 hari, ovulasi akan terjadi di hari ke-16. Bila siklus haid rata-rata 21 hari, ovulasi akan terjadi di hari ke-7.

Pada umumnya, ovulasi terjadi pada hari ke-10 sampai ke-16 atau pada pertengahan siklus haid. Bila siklus haid Anda teratur, panjang dan titik tengah siklus bisa ditentukan dengan bantuan kalender. Anda juga bisa mengetahui rata-rata siklus haid, waktu ovulasi dan masa subur menggunakan aplikasi pencatat siklus haid pada gawai.

Tanda-tanda Terjadinya Ovulasi

Setiap wanita yang mengalami ovulasi akan menunjukkan dua tanda yang pasti terjadi, yakni:

Peningkatan suhu tubuh 

Sebelum hari ovulasi, suhu tubuh akan sedikit menurun. Kemudian, 24 jam setelah ovulasi, suhu tubuh akan meningkat dan menetap selama 3 hari atau lebih. Rata-rata suhu tubuh wanita sebelum ovulasi yakni antara 36,1oC-36.4oC sedangkan setelah ovulasi meningkat menjadi 36,4oC-37oC. Dengan demikian, rata-rata peningkatan suhu selama masa ovulasi adalah sekitar 0,3-0,4oC. 

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, ukur suhu tubuh di pagi hari, segera setelah bangun tidur. Sebaiknya, gunakan alat sama dan lakukan pengukuran di waktu yang sama setiap harinya. Waktu paling subur adalah 2-3 hari sebelum suhu tubuh meningkat.

Perubahan lendir serviks

Sebelum ovulasi, akan muncul ‘keputihan’ yang sebetulnya adalah lendir serviks. Lendir ini memiliki konsistensi yang lebih encer, warna yang lebih jernih, dan licin. Kurang lebih warna dan konsistensinya serupa dengan putih telur mentah. Lendir juga bersifat elastis, dalam arti dapat memanjang saat ditarik dan tidak putus. 

Waktu di mana lendir serviks paling banyak keluar, di situlah ovulasi sedang terjadi. Setelah ovulasi, jumlah lendir serviks menurun, konsistensinya pun menjadi lebih kental dan keruh. 

Berikut ini adalah sejumlah tanda ovulasi lain yang bisa ada maupun tidak:

Keluarnya bercak darah dari vagina (spotting)

Sekitar 5 persen wanita mengalami spotting akibat ovulasi, yaitu keluarnya bercak darah dari vagina di tengah siklus haid. Ini terjadi akibat perubahan keseimbangan hormon yang cepat selama ovulasi berlangsung. Dalam sebuah studi, kadar progesteron dan LH ditemukan lebih tinggi pada wanita yang mengalami spotting saat ovulasi.

Perdarahan akibat ovulasi terjadi di tengah siklus haid—di antara dua siklus haid—dan hanya berlangsung selama 1-2 hari. Darah yang keluar umumnya berwarna merah muda atau coklat tua, dan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan darah haid.

Kram perut bawah di satu sisi

Kram perut ringan bisa muncul saat ovulasi. Sensasinya mirip dengan kram perut saat haid, tanpa disertai dengan keluarnya darah. Kalaupun ada, hanya berupa bercak (spotting) yang berlangsung singkat. Kram perut ini umumnya hanya terjadi di satu sisi oleh karena ovulasi hanya terjadi pada satu ovarium di setiap siklus haid. Fenomena ini dikenal sebagai mittelschmerz.

Nyeri payudara

Payudara dapat terasa nyeri sejak beberapa hari sebelum hingga hari ovulasi. Rasa nyeri mirip dengan nyeri payudara saat haid, namun tanpa disertai keluarnya darah haid.

Peningkatan gairah seksual

Sebagian besar wanita mengalami peningkatan gairah seksual mendekati waktu ovulasi. Ini merupakan proses alami yang sangat menguntungkan bila Anda sedang berusaha memiliki keturunan. Peningkatan gairah seksual disertai dengan adanya ovulasi membuat peluang hamil sangat tinggi bila Anda berhubungan intim di waktu-waktu ini.

Perut kembung

Kembung merupakan kondisi yang umum terjadi selama ovulasi. Keluhan ini muncul akibat kenaikan kadar hormon estrogen sebelum peningkatan tiba-tiba hormon LH, yang memicu ovulasi.

Penyebab Kegagalan Ovulasi

Sebagian wanita dapat tidak mengalami ovulasi. Artinya, tidak ada sel telur yang matang dan dilepaskan dari ovarium. Bila demikian, tentu kehamilan tidak bisa terjadi. Kondisi ini disebut dengan kegagalan ovulasi (ovulatory failure) dan terjadi pada sekitar 20 persen wanita yang sulit hamil.

Adanya kegagalan ovulasi dapat tercermin dari munculnya gangguan haid berupa haid tidak teratur atau jarang-jarang, serta sulit hamil. 

Beberapa kondisi yang dihubungkan dengan kegagalan ovulasi, yaitu:

  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Ini merupakan penyebab terbanyak kegagalan ovulasi. Wanita dengan kondisi ini tidak memproduksi satu folikel besar yang matang melainkan banyak folikel kecil yang tidak matang, sehingga ovarium tampak membesar. Kondisi ini berhubungan dengan haid yang jarang atau tidak teratur, pertumbuhan rambut pada wajah atau tubuh yang berlebihan, obesitas, jerawat, dan peningkatan kadar gula darah akibat resistensi insulin.
  • Malnutrisi. Individu dengan malnutrisi, baik yang berat badannya terlalu rendah maupun berlebih, berisiko untuk tidak mengalami ovulasi. Ini karena terlalu sedikit atau terlalu banyak lemak tubuh dapat mencegah hormon-hormon mencapai kadar yang tepat untuk mematangkan folikel dan sel telur.
  • Stres dan depresi. Stres fisik atau mental dalam bentuk olahraga yang berlebihan, gangguan makan, serta peningkatan atau penurunan berat badan yang drastis dapat mengganggu produksi hormon FSH dan LH di kelenjar pituitari otak. Selanjutnya, ini memicu haid yang tidak teratur atau jarang-jarang.
  • Hiperprolaktinemia. Kelebihan hormon prolaktin di dalam darah, seperti saat menyusui, dapat menekan fluktuasi alami hormon-hormon wanita dan mencegah ovulasi.
  • Hipotiroidisme. Rendahnya kadar hormon tiroid dapat mencegah atau menurunkan peluang terjadinya ovulasi.
  • Diabetes. Kondisi ini menyebabkan gangguan hormonal yang memicu kegagalan pembuahan dan/atau implantasi. Individu dengan diabetes diketahui memiliki angka fertilitas (kesuburan) yang lebih rendah.
  • Premature Ovarian Failure (POF). Ini adalah kondisi yang jarang di mana ovarium berhenti berfungsi sebelum usia 40 tahun, sehingga memengaruhi produksi sel telur dan estrogen. Kondisi ini menimbulkan gejala yang sama dengan menopause.
  • Penggunaan obat hormonal yang mengandung estrogen atau progestin.

Ovulasi adalah kunci dari terjadinya kehamilan. Oleh sebab itu, sebaiknya selalu catat siklus haid Anda agar diketahui kapan masa subur akan terjadi. Memahami proses ovulasi dan masa subur akan membantu Anda dalam merencanakan maupun menunda kehamilan.

3 hari setelah ovulasi apakah bisa hamil

Jadwalkan Konsultasi

Jika Anda belum juga hamil setelah berupaya selama dua belas bulan atau lebih (atau enam bulan jika usia perempuan di atas 35 tahun), kami menyarankan Anda untuk melakukan penilaian kesuburan dengan spesialis fertilitas kami.

Jadwalkan konsultasi dengan menghubungi kami di (021) 50200800 atau dengan mengisi formulir melalui tombol dibawah.

Reservasi

Referensi

  1. Welt CK. Physiology of the normal menstrual cycle. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  2. Welt CK. Evaluation of the menstrual cycle and timing of ovulation. In: UpToDate, Post, TW (Ed), UpToDate, Waltham, MA, 2021.
  3. Holesh JE, Bass AN, Lord M. Physiology, Ovulation. [Updated 2021 May 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: URL
  4. Steward K, Raja A. Physiology, Ovulation And Basal Body Temperature. [Updated 2021 Jul 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: URL
  5. Rebar RW. Problems with ovulation. In: MSD Manual Consumer Version. September 2020. URL
  6. American Society of Reprodutive Medicine. Ovulation detection. URL

  • About
  • Latest Posts

dr. Fiona Amelia, MPH

Medical Content Writer at Pusat Fertilitas Bocah Indonesia

Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dokter Fiona melayani sebagai dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari Kementerian Kesehatan RI di salah satu desa terpencil di Kabupaten Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah. Pengalaman ini membawanya untuk melanjutkan S2 dalam bidang International Health di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kapan tanda hamil muncul setelah ovulasi?

Hari ke 11-14 setelah ovulasi Beberapa hari setelah implantasi, kadar hCG mungkin cukup tinggi untuk menyebabkan gejala awal kehamilan. Namun, ini juga merupakan fase siklus menstruasi ketika seorang wanita paling mungkin mengalami gejala yang berarti mereka akan mendapatkan menstruasi.

Berhubungan 1 hari setelah ovulasi apakah bisa hamil?

Pada dasarnya, sperma dapat bertahan hidup di dalam rahim selama 3 sampai 5 hari. Oleh karena itu, kehamilan masih mungkin terjadi jika Anda berhubungan seks 5 hari menjelang masa ovulasi sampai 1 hari setelah masa ovulasi.

Berapa lama waktu pembuahan setelah ovulasi?

Pembuahan biasanya terjadi dalam waktu 24 jam setelah sel telur dihasilkan. Setelah salah satu sperma berhasil menembus sel telur, sel telur akan berubah bentuk dan membentuk lapisan sehingga sperma lain tidak bisa menembus masuk. Inilah yang disebut sebagai proses pembuahan.

Apa ciri ciri ovulasi berhasil dibuahi?

7 Ciri-Ciri Hamil atau Tanda Ovulasi Berhasil Dibuahi.
Terlambat menstruasi [3] ... .
Bercak darah [4] ... .
Nyeri payudara [5] ... .
Kelelahan [6] ... .
Mual [5] ... .
Sering buang air kecil [6] ... .
Ngidam atau tidak suka makanan tertentu [3] [6].