Apa penyebab anak tidak bisa diam?

Apa penyebab anak tidak bisa diam?
Darryl (4,5) benar-benar tak bisa diam. “Ia bahkan tak bisa duduk tenang di kelas. Ia suka berjalan mondar-mandir, berisik, dan tingkah lakunya kadang-kadang bahkan sampai mengganggu teman-teman di TK-nya,” kata Narita, mamanya, dari Bendungan Hilir, Jakarta. Apakah sikapnya itu masih wajar atau sudah termasuk berlebihan?

Menurut Monique Taylor, ahli pendidikan anak usia dini, seringkali sikap yang di luar batas kewajaran memang baru terdeteksi setelah anak memasuki usia prasekolah. Biasanya itu karena sikapnya jelas-jelas terlihat ‘berbeda’ dibanding teman-temannya. Perbedaan itu kadangkala bahkan cukup ekstrem sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain di lingkungan sekitarnya.

Nah, tingkah laku seperti apa yang bisa dikatakan sebagai di luar batas wajar? Beberapa sinyal berikut mungkin bisa diwaspadai:

- Cenderung hiperaktif. Ia tak pernah bisa duduk diam, selalu memanjat-manjat, bicara terus tanpa henti, dan mengganggu suasana kelas atau rumah. Sebaiknya Anda melakukan sesuatu bersama pengasuhnya untuk membantunya belajar lebih fokus. Anda juga bisa bekerja sama dengan guru, dan segera hubungi ahli sebelum terlambat.

- Sikap kaku yang ekstrem saat bermain. Misalnya, ia hanya mau mainannya disusun dengan urutan tertentu. Bila ada yang hilang atau berubah sedikit saja, ia bisa marah-marah atau menangis.

- Tidak bisa memusatkan perhatian. Sering kali ia tidak mendengarkan orang lain saat diajak bicara. Ia juga sulit berkonsentrasi untuk melakukan sesuatu, seperti membaca, tidak bisa menyimak saat guru mengajar, tidak mampu mengerjakan tugas-tugas sekolah, apalagi belajar.

- Memukul dengan niat seolah ingin menghancurkan. Bukan karena rasa marah atau frustrasi. Sering kali melukai secara fisik bukan hanya dilakukan pada orang lain tetapi juga pada diri sendiri. Sebaiknya segera bawa anak ke dokter karena bisa jadi apa yang ia lakukan merupakan akibat dari psychological/physical disorder.

- Sering berbuat sesuatu tanpa dipikir, misalnya memegang api lilin yang menyala, atau mengejar bola ke jalan raya. Ia juga sulit mengendalikan diri, seperti menabrak meja saat berlari melintasi ruangan atau tak bisa menunggu giliran saat bermain.
Bila ada salah satu atau lebih dari ciri-ciri di atas Anda temukan pada si kecil, tak perlu panik. Tenangkan diri Anda dulu, dan berkonsultasilah dengan ahlinya. Penanganan yang tepat dan tidak terlambat akan mampu menolongnya.

Si kecil tidak bisa duduk tenang di kelas atau di rumah? Maunya lari-larian terus, hingga kadang bikin rusuh? Banyak orang tua yang langsung melabelinya sebagai anak hiperaktif atau dengan ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder). Apalagi, sudah banyak anak yang mempunyai masalah tersebut dengan ciri-ciri atau gejala serupa.

Perbedaan Antara Anak dengan ADHD dengan Anak Aktif

Ada perbedaan antara anak dengan ADHD dengan anak yang sekadar aktif alias tidak bisa diam. Sebelum keliru melabeli mereka, kenali dulu perbedaan gejalanya!

Anak dengan ADHD

Inilah beberapa ciri anak hiperaktif:

  • Tidak bisa fokus

Lebih dari 5 menit, anak hiperaktif biasanya akan langsung teralihkan dengan hal yang lain. Jadi, berharap ia mau duduk diam barang 10 menit pun rasanya mustahil.

  • Cenderung sulit memahami perintah

Anak hiperaktif punya kesulitan memahami perintah, bahkan dengan bahasa paling sederhana sekali pun. 

  • Hobi memberantaki barang

Berhubung tidak bisa fokus, anak hiperaktif punya kecenderungan memberantaki mainannya. Misalnya ketika sedang menyusun building block, tidak berapa lama ia akan membuatnya berantakan kembali

  • Tidak mengenal kata lelah

Tidak seperti anak-anak pada umumnya, energi anak hiperaktif begitu berlebih sehingga ia seperti tidak pernah lelah. Seharian penuh, ia bisa melompat-lompat, berlari-lari ke sana kemari. Pokoknya pecicilan dan mungkin bikin Mums pusing.

Baca juga: Anak Suka Berteriak? Atasi dengan 9 Cara Ini!
  • Cenderung tidak sabar

Karena kesulitan untuk fokus, anak hiperaktif juga cenderung tidak sabar. Selain sulit menyelesaikan pekerjaan yang sedang dilakukan, anak ini juga memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap apa yang anak lain lakukan.

  • Agak sulit bersosialisasi

Meskipun suka bersikap tidak acuh pada sekitarnya, anak hiperaktif justru mudah terganggu dengan hal-hal kecil. Makanya, ia agak sulit dalam bersosialisasi.

 

Apa penyebab anak tidak bisa diam?

Anak yang Sekadar Aktif

Inilah beberapa ciri anak yang sekadar aktif:

  • Meski sulit diam, anak masih bisa fokus

Anak yang aktif memang sangat senang bergerak. Namun, ia masih tahu waktu dan tempat. Bila saatnya harus fokus pada satu hal, ia bisa melakukannya dengan baik.

  • Menurut

Meskipun cenderung membantah bila tidak suka atau setuju akan sesuatu, anak aktif masih bisa diajak untuk menurut. Tentu saja, pendekatannya harus tepat sasaran.

  • Bisa bermain secara konstruktif

Berbeda dengan anak hiperaktif yang cenderung destruktif, anak yang aktif masih bisa membangun atau mengerjakan sesuatu tanpa harus merusak.

Baca juga: Mengajarkan Anak tentang Toleransi dengan Cara Ini Yuk, Mums!
  • Ada saatnya lelah

Tenang, seaktif apa pun, anak tetap akan merasa lelah bila sudah waktunya. Bisa saja tahu-tahu ia berhenti bermain karena jatuh tertidur. Namun, dalam beberapa kasus, anak yang aktif mempunyai jam istirahat yang lebih sedikit daripada anak-anak lain.

  • Meski bersemangat, anak masih bisa lebih sabar

Anak yang aktif memang cenderung lebih semangat dalam menyelesaikan segala sesuatu. Bedanya dengan yang hiperaktif, anak aktif masih bisa lebih sabar. Namun, ia biasanya juga berusaha menyelesaikan segala sesuatu secepat mungkin. Jadi, habis itu ia bisa mengerjakan yang lain.

  • Dapat mengendalikan emosi dengan baik

Selain tidak mudah menangis, anak aktif biasanya dapat mengendalikan emosi dengan baik. Bila tubuhnya sudah lelah, barulah anak ini mudah merasa kesal atau sedih. Dengan bantuan dokter, Mums bisa mengetahui penyebab anak tidak bisa diam. Bila memang terbukti hiperaktif, maka pengobatan medis yang tepat harus segera dilakukan.

Baca juga: Helicopter Parenting, Baik atau Tidak untuk Perkembangan Anak?

Beberapa Kemungkinan Penyebab Anak Tidak Bisa Diam:

Selain itu, ada lagi beberapa kemungkinan anak tidak bisa diam:

  1. Anak termasuk aktif dan kurang mendapatkan waktu olahraga yang cukup.
  2. Anak punya masalah kesehatan pada otot-ototnya.
  3. Anak merasa tidak nyaman karena faktor lain, seperti kursinya tidak enak untuk diduduki atau pakaiannya terlalu sempit atau tebal.
  4. Anak kurang istirahat. Meskipun dalam beberapa kasus ia jadi mengantuk, ada yang jadi gelisah hingga tidak bisa diam.
  5. Anak lapar, haus, atau harus ke kamar mandi untuk buang air kecil atau buang air besar.

Nah, agar tidak asal melabeli, perhatikan baik-baik agar dapat mengenali penyebab anak tidak bisa diam, Mums. (AS)

 

Sumber:

St Louis Childrens. Why Your Childs Behavior May Not Mean ADHD.

Pedia Staff. Twenty Reasons Why a Child Can't Sit Still.

Kumparan.  Anak Tidak Mau Diam, Anak Aktif atau Hiperaktif?

Bagaimana cara menghadapi anak yang tidak bisa diam?

Cara menghadapi anak yang tidak bisa diam.
Tetapkan rutinitas, terutama pada waktu transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. ... .
Pastikan anak Anda cukup tidur karena anak-anak cenderung lebih aktif dan mudah terganggu ketika mereka lelah..
Jangan lewatkan waktu sarapan..

Apa penyebab anak terlalu aktif?

Pahami Penyebab Balita Aktif Kurang tidur. Terlalu sensitif terhadap suara bising. Stres.

Bagaimana cara mendidik anak yang super aktif?

Berikut 4 cara yang bisa ibu lakukan untuk menangani anak yang aktif:.
Ajak Si Kecil Melakukan Kegiatan yang Menarik. ... .
Biarkan Si Kecil Bantu Bersih-bersih. ... .
Temukan Mainan yang Ia Sukai. ... .
Biarkan Saja. ... .
Ajak Si Kecil Bermain di Luar. ... .
Temukan Kegiatan yang Dapat Menguras Energinya..

Jika anak tidak bisa diam Apakah hiperaktif?

Anak yang tidak bisa diam belum tentu hiperaktif. Perilaku berlari ke sana kemari belum tentu menandakan penyimpangan (hiperaktif), justru malah menunjukkan kenormalan (perilaku aktif) seperti disampaikan dokter spesialis anak Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta, Ristantio.