Apa yang harus kita hindari agar kita tidak Durhaka kepada kedua orangtua

UQUQUL WALIDAIN atau durhaka kepada kedua orang tua artinya tidak menaatinya, memutuskan hubungan dengan keduanya, dan tidak berbuat baik kepada keduanya.

Meskipun disebut walidain (kedua orang tua), tapi durhaka kepada salah seorang di antaranya (ayah atau ibu saja) tetap tergolong pada anak durhaka. Islam melarang keras segala bentuk kedurhakaan seorang anak kepada orang tuanya.

Bahkan, Islam memasukkannya ke dalam dosa-dosa besar yang mengiringi syirik. ‘Uququl Walidain dapat mengakibatkan turunnya adzab bagi pelakunya di dunia, dan
merupakan sebab tertolaknya amalan dan salah satu sebab masuk neraka. ‘Uququl walidain merupakan sikap pengingkaran terhadap keutamaan dan kebaikan, semacam indikasi kekerasan hati dan bentuk kebodohan perilaku serta gejala kekerdilan jiwa.

Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 29: Mohon Restu Ibu untuk Menetapkan Hati

Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, yang itu tidak bisa diganti dengan pengganti apapun.

Ada banyak perkataan, sikap, dan perbuatan yang termasuk dalam ‘uququl walidain yang harus senantiasa dihindari, di antaranya: Pertama, mengucapkan perkataan, melakukan perbuatan, dan bersikap yang menyebabkan orang tua bersedih hati, apalagi sampai menangis. Rasulullah SAW bersabda, "Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepadanya” (HR. Bukhari).

Tangisan itu disebabkan oleh tersinggung atau sakitnya hati mereka terhadap perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh anaknya. Berbeda halnya ketika mereka meneteskan air mata karena terharu atau bangga, tentu tidak termasuk bentuk kedurhakaan.

Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 3: Kesuksesan Anak, Kebanggaan Orangtua

Kedua, melaknat kedua orang tua. Rasul SAW bersabda, “Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya." Seorang anak yang berani mengeluarkan kata-kata cacian atau mendoakan kejelekan kepada kedua orang tuanya (Jawa: nyepatani), maka Allah akan melaknatnya. Laknat Allah akan membuat hidupnya jauh dari petunjuk-Nya sehingga ia diliputi oleh kegelapan dan kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Ketiga, mencela orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sabda Nabi Muhammad SAW, "Termasuk dosa besar, (yaitu) seseorang mencela dua orang tuanya." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah orang yang mencela dua orang tuanya?" Beliau SAW menjawab, "Ya, seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain itu mencela bapaknya. Seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain itu mencela ibunya." (HR. Bukhari Muslim).


Page 2

Keempat, melakukan perbuatan buruk yang membuat orang tuanya marah. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa pagi-pagi membuat marah kedua orang tuanya maka baginya dua pintu yang terbuka menuju neraka, dan jika ia sore-sore berbuat demikian maka baginya seperti itu dan kalau orang tua seorang maka ia mendapatkan satu pintu meskipun keduanya menganiaya, meskipun keduanya menganiaya, meskipun keduanya menganiaya." (HR. Baihaqi).

Baca Juga: Menutup Mata dengan Penyesalan 14: Tak Ada Keinginan Bertahan Hidup

Pesan Rasulullah Muhammad SAW ini menjelaskan bahwa seorang anak tidak boleh melakukan hal-hal buruk yang mengundang kemarahan orang tuanya. Setiap orang tua yang baik tentu akan marah jika anaknya melakukan perbuatan buruk, apalagi buruk dalam pandangan agama, seperti berbuat zina, meminum minuman keras, berjudi, mencuri, dan sebagainya.

Kelima, lebih mementingkan istri daripada orang tua. Jika seorang anak lebih mementingkan istrinya dari pada orang tua, lalu orang tuanya tersinggung dengan perlakuan itu, maka ia termasuk anak durhaka. Hal ini dapat dilihat dari kisah Alqamah.

Menjelang wafat, ia mengalami kesulitan mengucapkan syahadat saat sakaratul maut, padahal Alqamah adalah ahli ibadah. Ternyata ibunya tidak ridha kepada Alqamah karena ia pernah lebih mementingkan istri daripada ibunya. Karena tidak dimaafkan, Rasul memerintahkan Bilal untuk membakar Alqamah.

Baca Juga: Dikuasai Sifat Ananiyah, Tobat Baru Hadir Setelah Badan Tak Berdaya

Fitrah keibuannya muncul, sehingga hati si ibu pun iba dan luluh serta tidak rela anaknya dibakar hidup-hidup di hadapannya. Sang ibu pun ridha dan memaafkan Alqamah lalu Alqamah pun lancar mengucapkan dua kalimah syahadah kemudian menemui ajalnya.

Jadilah anak yang berbakti pada orang tua, jangan pernah menyakitinya, baik secara lisan maupun perbuatan. Selagi mereka masih hidup, muliakan mereka seraya mendoakan agar Allah senantiasa merahmatinya. Inshaa Allah! *


Page 3

UQUQUL WALIDAIN atau durhaka kepada kedua orang tua artinya tidak menaatinya, memutuskan hubungan dengan keduanya, dan tidak berbuat baik kepada keduanya.

Meskipun disebut walidain (kedua orang tua), tapi durhaka kepada salah seorang di antaranya (ayah atau ibu saja) tetap tergolong pada anak durhaka. Islam melarang keras segala bentuk kedurhakaan seorang anak kepada orang tuanya.

Bahkan, Islam memasukkannya ke dalam dosa-dosa besar yang mengiringi syirik. ‘Uququl Walidain dapat mengakibatkan turunnya adzab bagi pelakunya di dunia, dan
merupakan sebab tertolaknya amalan dan salah satu sebab masuk neraka. ‘Uququl walidain merupakan sikap pengingkaran terhadap keutamaan dan kebaikan, semacam indikasi kekerasan hati dan bentuk kebodohan perilaku serta gejala kekerdilan jiwa.

Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 29: Mohon Restu Ibu untuk Menetapkan Hati

Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, yang itu tidak bisa diganti dengan pengganti apapun.

Ada banyak perkataan, sikap, dan perbuatan yang termasuk dalam ‘uququl walidain yang harus senantiasa dihindari, di antaranya: Pertama, mengucapkan perkataan, melakukan perbuatan, dan bersikap yang menyebabkan orang tua bersedih hati, apalagi sampai menangis. Rasulullah SAW bersabda, "Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepadanya” (HR. Bukhari).

Tangisan itu disebabkan oleh tersinggung atau sakitnya hati mereka terhadap perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh anaknya. Berbeda halnya ketika mereka meneteskan air mata karena terharu atau bangga, tentu tidak termasuk bentuk kedurhakaan.

Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 3: Kesuksesan Anak, Kebanggaan Orangtua

Kedua, melaknat kedua orang tua. Rasul SAW bersabda, “Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya." Seorang anak yang berani mengeluarkan kata-kata cacian atau mendoakan kejelekan kepada kedua orang tuanya (Jawa: nyepatani), maka Allah akan melaknatnya. Laknat Allah akan membuat hidupnya jauh dari petunjuk-Nya sehingga ia diliputi oleh kegelapan dan kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Ketiga, mencela orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sabda Nabi Muhammad SAW, "Termasuk dosa besar, (yaitu) seseorang mencela dua orang tuanya." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah orang yang mencela dua orang tuanya?" Beliau SAW menjawab, "Ya, seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain itu mencela bapaknya. Seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain itu mencela ibunya." (HR. Bukhari Muslim).

Jakarta -

Durhaka atau berani melawan orangtua adalah salah satu dosa besar. Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT melaknat siapapun yang menyakiti hati orangtuanya.

Dikutip dari buku Du'a e Kumeil karangan Husein A. Rahim durhaka kepada orangtua atau uququl walidain artinya melanggar kewajiban terhadap orangtua.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) durhaka adalah ingkar terhadap perintah (Tuhan, orangtua, dan sebagainya).

Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik terhadap kedua orangtua terutama ibu. Ibulah yang sudah mengandung dan merawatnya hingga besar.

Sebagaimana dalam firman-Nya pada Q.S Al-Ahqaf ayat 15:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Artinya: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."

Kedudukan ibu yang lebih mulia di atas bapak juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perbuatan kebaikanku?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ibumu,"" lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ibumu," Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ibumu," Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Bapakmu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan Allah SWT juga telah memerintahkan untuk memperlakukan kedua orangtua dengan sebaik-baiknya. Dia juga melarang seorang anak menolak bahkan membentak ketika dimintai tolong orangtuanya terlebih saat mereka sudah berusia lanjut.

Klik halaman berikutnya