Apakah kejang pada stroke bisa sembuh

KOMPAS.com - Stroke ringan dalam dunia medis dikenal sebagai mini stroke atau Transient Ischemic Attack (TIA).

Melansir Better Health, stroke ringan disebabkan penyumbatan sementara pembuluh darah arteri di otak.

Pembuluh darah arteri di leher bertugas memasok darah ke kepala. Arteri ini memiliki banyak cabang pembuluh darah yang mengarah ke otak.

Begitu salah satu pembuluh darah tersebut tersumbat sementara oleh pembekuan darah atau serpihan lemak, gejala stroke ringan bisa muncul.

Baca juga: Gejala Stroke Ringan itu Seperti Apa?

Selain itu, penyebab stroke ringan lainnya bisa karena pendarahan atau pembuluh darah kecil di dalam otak pecah.

Gejala stroke ringan

Melansir Medicine Net, beberapa tanda dan gejala stroke ringan di antaranya:

  • Salah satu bagian tubuh seperti lengan atau kaki lemah atau mati rasa
  • Susah bicara
  • Pusing
  • Pandangan kabur atau tak jelas
  • Kesemutan
  • Tidak peka bau dan rasa
  • Bingung
  • Kehilangan keseimbangan
  • Pingsan atau hilang kesadaran

Baca juga: Gejala Stroke yang Pantang Diabaikan

Berapa lama stroke ringan bisa sembuh?

Apakah kejang pada stroke bisa sembuh
vadimguzhva Ilustrasi stroke

Beberapa gejala stroke ringan tersebut biasanya berlangsung dalam waktu singkat.

Penderita stroke ringan bisa merasa sembuh dalam waktu satu sampai lima menit.

Tak jarang penderita tak lagi merasakan gejala penyakitnya atau merasa sembuh total tak sampai 24 jam.

Namun, penderita stroke ringan tetap perlu mendapatkan perawatan medis. Pasalnya, stroke ringan juga termasuk keadaan darurat medis.

Ketika dilakukan pemeriksaan, dokter tak jarang merekomendasikan penderita stroke ringan agar dirawat inap di rumah sakit untuk dipantau, dites, diberi obat, atau diberi tindakan pembedahan.

Baca juga: Istri Pukul Suami Penderita Stroke, Waspada Gejala Caregiver Burnout

Stroke ringan tanda awal penyakit stroke

Kendati penderita merasakan stroke ringan bisa sembuh dalam waktu relatif singkat, namun jangan sekali-kali menganggap enteng penyakit ini.

Seringkali gejala penyakitnya sudah hilang ketika penderita diperiksa dokter.

Namun, penting bagi penderita melaporkan detail gejala stroke yang sudah dialami.

Menurut American Stroke Association (ASA), stroke ringan adalah tanda serangan stroke.

Berdasarkan data (ASA), sebanyak 7-40 persen penderita stroke telah merasakan serangan stroke ringan sebelum mengalami serangan stroke pertama.

Selain itu, sepertiga penderita stroke ringan dilaporkan terserang stroke selang setahun setelah serangan stroke ringan.

Pastikan penderita stroke ringan mendapatkan pertolongan medis segera setelah serangan.

Evaluasi yang cepat dan identifikasi stroke yang cepat dapat mencegah serangan stroke di kemudian hari.

Baca juga: Cegah Sakit Jantung dan Stroke, Ini Pentingnya Rutin Cek Kolesterol Sejak Muda

Cara mencegah stroke ringan

Apakah kejang pada stroke bisa sembuh
Shutterstock Ilustrasi olahraga

Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa orang yang rentan terserang stroke, di antaranya:

Punya riwayat keluarga yang menderita stroke, usia di atas 55 tahun, punya riwayat penyakit anemia sel sabit.

Mengetahui faktor risiko stroke dan menjalankan gaya hidup sehat adalah cara terbaik untuk mencegah stroke ringan.

Selain lakukan pemeriksaan kesehatan rutin secara berkala dan lakukan kebiasaan:

  • Setop merokok
  • Batasi kolesterol
  • Konsumsi lemak sehat
  • Makan banyak buah dan sayur
  • Jaga berat badan tetap ideal
  • Hindari alkohol dan obat terlarang
  • Kontrol gula darah
  • Rutin berolahraga

Dengan menjalankan langkah hidup sehat di atas, stroke ringan bisa dicegah sekaligus kesehatan secara keseluruhan bisa terjaga.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Stroke pada lansia adalah penyakit yang perlu diwaspadai. Pasalnya, stroke bisa berakibat fatal, termasuk kematian. 

Stroke sendiri merupakan kondisi ketika jaringan pada otak tidak berfungsi akibat tersumbatnya aliran darah yang membawa oksigen ke organ vital tersebut.

Medical University of South Carolina menyebutkan bahwa 75 persen kasus stroke terjadi pada lansia berusia 65 tahun ke atas. Sementara itu, risiko stroke meningkat 2 kali per dekadenya setelah seseorang menginjak usia 55 tahun. 

Artinya, stroke menjadi salah satu penyakit pada lansia yang rentan terjadi. Oleh sebab itu, melakukan tindakan pencegahan stroke sangat diperlukan agar risikonya dapat diminimalisir. 

Kenali lebih jauh tentang stroke pada lansia mulai dari penyebab, gejala, dan tips perawatannya berikut ini.

Penyebab stroke pada lansia adalah tersumbatnya aliran darah menuju otak

Penyebab stroke pada pria maupun wanita lanjut usia adalah tersumbatnya aliran darah menuju otak. Padahal, darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh otak agar dapat menjalankan fungsinya.

Seperti stroke pada umumnya, terdapat 2 jenis stroke yang berpotensi dialami oleh para lansia, yaitu:

  • Stroke iskemik, yaitu jenis stroke yang disebabkan oleh adanya pembekuan darah atau penumpukan lemak, sehingga menyumbat pembuluh darah yang menuju ke otak. 
  • Stroke hemoragik, yaitu jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak sehingga menghambat aliran darah. Biasanya hal ini dipengaruhi sejumlah faktor seperti tekanan darah tinggi, cedera kepala, overdosis obat antikoagulan, dan angiopati amiloid

Faktor risiko stroke pada lansia

Ilustrasi stroke pada lansia

Terhambatnya aliran darah menuju otak hingga berujung stroke pada lansia dipicu oleh sejumlah faktor risiko, yaitu:

  • Usia. Seperti yang sudah disinggung di awal, seiring bertambahnya usia, maka risiko untuk mengalami stroke akan mengalami peningkatan. 
  • Jenis kelamin. Pria memiliki potensi mengalami stroke yang lebih tinggi ketimbang wanita.
  • Keturunan (genetik). Seseorang akan lebih berisiko mengalami stroke apabila memiliki orang tua atau anggota keluarga lainnya dengan riwayat penyakit yang sama.
  • Penyakit. Sejumlah jenis penyakit yang meningkatkan risiko stroke seperti hipertensi pada lansia, koagulopati, diabetes, penyakit jantung, dan sleep apnea.
  • Obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti pengencer darah (antikoagulan) dan obat hormonal juga memicu terjadinya stroke.
  • Gaya hidup. Gaya hidup tidak sehat seperti kelebihan berat badan (obesitas), merokok, dan jarang berolahraga turut meningkatkan risiko stroke pada lansia.

Gejala stroke pada lansia

Gejala stroke pada lansia meliputi:

  • Mati rasa di area wajah, tangan, dan kaki
  • Kesulitan berbicara maupun memahami perkataan lawan bicara
  • Bentuk wajah jadi asimetris (salah satu sisi wajah seperti melorot)
  • Kesulitan berjalan
  • Salah satu sisi tubuh melemah
  • Gangguan penglihatan
  • Sakit kepala

Kapan harus ke dokter?

Segera kunjungi dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada stroke. Mengingat ini adalah penyakit berbahaya, penanganan medis harus dilakukan secepat mungkin sebelum bertambah parah dan menyebabkan komplikasi serius. 

Kebanyakan penderita stroke tidak bisa menangani serangan stroke seorang diri. Itu sebabnya, mintalah bantuan orang lain yang ada di sekitar untuk membawa ke rumah sakit. 

Atau, hubungi pihak rumah sakit maupun fasilitas kesehatan terdekat agar bisa dilakukan penjemputan. 

Baca Juga

  • Pengaruh Pikiran Positif terhadap Kesehatan Lansia
  • Mengenal Jenis-jenis Penyakit Degeneratif yang Umum Terjadi
  • Kenali Terapi Stroke untuk Perbaikan Sel Saraf Pascaserangan

Pengobatan stroke pada lansia

Sebagai langkah pertolongan pertama terhadap stroke pada lansia, dokter biasanya akan memberikan obat untuk menghentikan penggumpalan darah, yakni disebut activator plasminogen jaringan.

Obat berfungsi untuk meringankan gejala stroke yang dialami. Setelah gejala mereda, barulah dokter akan melakukan langkah-langkah penanganan selanjutnya sesuai dengan tingkat keparahan stroke yang diderita.

Pada beberapa kasus, dokter mungkin hanya akan memberikan resep obat-obatan, yaitu:

  • Obat pengencer darah
  • Obat penurun tekanan darah
  • Obat penurun tekanan di otak
  • Obat antikejang

Sementara jika stroke sudah tergolong parah, dokter mungkin juga akan melakukan tindakan operasi, seperti embolisasi endovaskular dan radiasi.

Perawatan stroke pada lansia

Setelah stroke berhasil diatasi, maka tahap selanjutnya adalah perawatan pasca stroke. Umumnya, pasien akan diminta untuk melakukan sejumlah hal selama dalam masa rehabilitasi, yaitu:

  • Terapi fisik
  • Terapi wicara
  • Terapi kognitif
  • Konseling
  • Menggunakan alat bantu (tongkat berjalan dan kursi roda)
  • Mengonsumsi makanan bergizi

Lansia juga akan diminta untuk melakukan medical checkup secara rutin sesuai arahan dari dokter yang menanganinya.

Catatan dari SehatQ

Stroke pada lansia adalah penyakit yang tidak boleh disepelekan. Segera minta pertolongan medis manakala mengalami gejala stroke.

Selain itu, lakukan langkah-langkah pencegahan stroke sejak dini, seperti rajin berolahraga, menjaga berat badan, tidak merokok, dan banyak makan makanan bergizi (buah, sayuran).

Jika punya pertanyaan lebih lanjut seputar stroke pada orang lanjut usia, Anda bisa menghubungi dokter melalui layanan live chat di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. 

Download sekarang juga di App Store dan Google Play

Apakah penderita stroke hemoragik bisa disembuhkan?

Hingga saat ini, belum ada obat yang mengatasi stroke hemoragik. Penyakit ini membutuhkan perhatian medis darurat, bahkan ketika dilakukan perawatan dini, seseorang mungkin saja mengalami gangguan yang fatal. Perdarahan yang parah di otak juga dapat menyebabkan kerusakan permanen, seperti masalah fisik dan ingatan.

Apa penyebab kejang pada penderita stroke?

Penyebab kejang pada pasien stroke adalah sebagai akibat adanya kerusakan jaringan dan fungsi otak pada bagian tertentu, umumnya terjadi pada stroke yang terjadi akibat adanya pendarahan di otak.

Apakah penderita stroke bisa kejang?

Kejang merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi pada penderita stroke usia lanjut. Sekitar 10% dari semua pasien stroke pernah mengalami kejang dan kejang pasca stroke pada umumnya dimulai beberapa tahun kemudian setelah serangan stroke.

Bagaimana cara agar kejang tidak kambuh lagi?

Jauhkan benda-benda berbahaya seperti benda tajam. Jangan memakai kekerasan untuk menahan gerakan penderita. Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher penderita. Hindari menyuapi penderita, jika memunginan miringkn kepala penderita ke kiri atau kanan untuk mencegah menela cairan/muntah.