Mengapa harga hasil pertanian berfluktuasi

AbstractPangan termasuk isu yang sensitif khususnya bagi negara miskin dan berkembang. Sensitivitas pangan salah satunya diperlihatkan melalui harganya. Apabila harga pangan meningkat akan menyebabkan fluktuasi harga dan inflasi. Fluktuasi harga pangan dunia yang terjadi pada tahun 2007 hingga 2010 menyebabkan volatilitas harga pangan. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang rentan terhadap volatilitas harga pangan. Hal ini dikarenakan pangan merupakan kebutuhan pokok yang hingga saat ini sebagian masih diimpor, sehingga apabila harga pangan dunia meningkat akan berdampak terhadap harga dalam negeri. Jenis pangan pokok di Indonesia yang ketersediannya sebagian dipenuhi dari impor adalah beras, jagung dan kedelai. Volatilitas akan mempengaruhi perekonomian bukan hanya dari sisi mikro, melainkan juga dari sisi makro seperti inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengestimasi tingkat volatilitas harga ketiga komoditas pangan pokok (beras, kedelai, dan jagung), (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan volatilitas harga pangan, dan (3) menganalisis pengaruh volatilitas harga ketiga komoditas pangan pokok terhadap indikator makroekonomi (inflasi dan PDB sektor pertanian). Penelitian ini menggunakan data sekunder. Jenis data yang digunakan adalah deret waktu (time series) dari Januari 1985 hingga Desember 2011. Model ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity-Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH-GARCH) dan Error Correction Model (ECM). Model ARCH-GARCH digunakan untuk mengestimasi volatilitas harga pangan dan faktor-faktor yng mempengaruhi volatilitas harga pangan. Sementara itu, pengaruh volatilitas harga pangan terhadap indikator makroekonomi akan dijawab menggunakan ECM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ketiga komoditas pangan bersifat volatil. Ketiga harga pangan memperlihatkan volatilitas yang tinggi pada tahun 1997-1999 yaitu saat terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Saat krisis ekonomi harga pangan menjadi tidak terkendali sehingga harga pangan berfluktuasi tinggi dan akibatnya volatilitas menjadi tinggi. Volatilitas harga jagung juga tinggi pada saat tahun 2001-2002. Hal ini disebabkan tingginya permintaan dunia akan sumber energi terbarukan yang berasal dari jagung sejak tahun 2000-an. Tingginya permintaan terhadap energi terbarukan membuat harga jagung domestik meningkat. Sementara itu, kedelai juga mengalami volatilitas tinggi pada tahun 2008 selain pada tahun 1997. Pada tahun 2008 dunia sedang mengalami krisis pangan, sehingga harga kedelai dunia menjadi tinggi dan harga kedelai di Indonesia juga ikut naik karena kedelai adalah komoditas impor. Volatilitas harga beras dipengaruhi oleh nilai tukar riil, suku bunga riil, harga minyak dunia, dan produksi beras domestik. Volatilitas harga jagung dipengaruhi oleh nilai tukar riil, suku bunga riil, produksi jagung dalam negeri, dan harga jagung dunia. Faktor yang berpengaruh terhadap volatilitas harga kedelai adalah nilai tukar riil, suku bunga riil, harga minyak dunia, produksi kedelai domestik, harga kedelai dunia, dan curah hujan. Berdasarkan hasil analisis menggunakan model ECM, volatilitas harga jagung dan volatilitas harga jagung satu tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi. Nilai tukar riil, nilai tukar riil satu tahun sebelumnya, suku bunga riil dan suku bunga riil satu tahun sebelumnya juga berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Harga pangan yang tinggi akan menyebabkan inflasi menjadi tinggi. PDB sektor pertanian dipengaruhi oleh volatilitas harga kedelai, volatilitas harga kedelai satu tahun sebelumnya dan volatilitas harga jagung satu tahun sebelumnya dengan tanda negatif. Tingginya volatilitas harga pangan dapat menurunkan PDB sektor pertanian. Nilai tukar riil, suku bunga riil, dan suku bunga riil satu tahun sebelumnya juga berpengaruh terhadap PDB sektor pertanian. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, ketiga harga pangan pokok bersifat volatil. Nilai tukar riil, suku bunga riil, harga minyak dunia, produksi dalam negeri ketiga komoditas pangan, harga dunia ketiga komoditas pangan dan curah hujan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap volatilitas harga pangan. Volatilitas harga jagung dan volatilitas harga jagung satu tahun sebelumnya mempengaruhi inflasi, sedangkan PDB sektor pertanian dipengaruhi oleh volatilitas harga kedelai, volatilitas harga kedelai satu tahun sebelumnya dan volatilitas harga jagung satu tahun sebelumnya. Tingginya volatilitas harga tiga komoditas pangan di Indonesia dan pengaruhnya terhadap indikator makroekonomi memerlukan kebijakan pengelolaan harga dan produksi agar harga dapat dikendalikan dan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.


Mengapa harga hasil pertanian berfluktuasi

No Handphone atau Email Password

Akun Accurate Anda

Lengkapi form pendaftaran akun baru dibawah ini:

Laki-Laki Perempuan

Mengapa harga hasil pertanian berfluktuasi

Saya setuju dengan semua aturan dan kondisi yang berlaku

Silakan perbaiki permasalahan berikut ini:

v 1.0.0#3359

Kenapa harga hasil produk pertanian selalu berfluktuasi?

Faktor utama yang menyebabkan harga komoditas sering mengalami fluktuasi adalah karena kondisi cuaca yang tidak menentu serta gangguan hama pertanian memicu kegagalan panen sehingga otomatis harga mengalami kenaikan.

Faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan fluktuasi?

Penjelasan mengenai faktor penyebab fluktuasi adalah sebagai berikut..
Kebijakan Pemerintah. Dalam jalannya perekonomian negara, fluktuasi adalah hal yang tidak bisa dihindari. ... .
Perdagangan Internasional. ... .
Permintaan dan Penawaran. ... .
Perubahan Struktural Ekonomi Negara. ... .
Ekspektasi dan Spekulasi..

Bagaimana harga bisa berfluktuasi?

Fluktuasi harga barang biasa ditemui pada data harga-harga barang di pasar yang mengalami naik turun secara signifikan. Harga barang yang fluktuasi adalah karena faktor permintaan dan penawaran. Contohnya dari fluktuasi adalah pada harga-harga sembako seperti harga beras naik naik turun.

Kenapa harga produk pertanian tidak stabil?

Permasalahan kapasitan dan kualitas gudang pada produk pertanian menjadi salah satu faktor harga produk pertanian tidak stabil. Kurangnya fasilitas pergudangan membuat petani memilih untuk menjual secara langsung produknya sehingga kapasitas produksi sulit untuk di data di setiap daerahnya.