Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan adalah

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 16 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 8 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 13 to 26 are not shown in this preview.

June 20

PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM

Oleh: Rasyid Rizani, S.HI., M.HI

 Abstrak

Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat.

Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu muncul karena 2 hal : pertama, timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran Islam karena mengandung takhayul, khurafat, dan bid’ah. Ajaran-ajaran inilah menurut mereka yang membawa Islam kepada kemunduran. Gerakan ini dikenal dengan nama gerakan reformasi. Kedua, pada peride ini Barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power.

Untuk lebih jelasnya, akan dibahas di dalam makalah ini.

 P E M B A H A S A N

 A.  Renaisans Di Eropa.

Pada awal kebangkitan, Eropa menghadapi tantangan yang besar yaitu kekuatan-kekuatan Islam yang besar terutama Kerajaan Turki Usmani di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus menembus laut yang semula  dipandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka. [1] Mereka  berusaha meneliti rahasia alam dan berusaha untuk menaklukan lautan serta menjelajahi benua. Setelah Christoper Colombus menemukan benua Amerika [ 1492 M ] dan Vasco da Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan [ 1498 M ] benua Amerika dan kepulauan Hindia jatuh ke tangan Eropa. Dengan dua penemuan itu Eropa menjadi lebih maju dan perekonomian-perekonomian juga semakin maju. Maka mulailah dunia Barat melampaui kemajuan dunia Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Apalagi setelah revolusi Industri dan ditemukannya mesin uap. Sejak itu Eropa mengalami kemajuan yang pesat. Satu demi satu  negeri Islam jatuh ke Tangan Eropa.

Negeri-negeri Islam yang pertama jatuh ke bawah kekuasaan Eropa adalah negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan Kerajaan Usmani, karena kerajaan ini meskipun terus mengalami kemunduran, ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat.

B. Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam Di Anak Benua India Dan Asia Tenggara.

Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kakinya di India. Pada tahin 1611 M, Inggrias mendapatkan izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M, Belanda mendapatkan izin yang sama.

Kongsi Inggris, British East India Company [ BEIC ] mulai berusaha mengawasi wilayah India bagian Timur ketika ia merasa cukup kuat. Penguasa-penguasa setempat tidak bisa mengalahkan Inggris dan akibatnya daerah-daerah Oudh, Bengal, dan Orissa jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibu kota kerajaan Mughal juga berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. [2]

Asia Tenggara merupakan daerah rempah-rempah terkenal di masa itu, justru menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini.

Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Pada tahun tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filiphina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Kesultanan Buayan, dan Kesultanan Sulu.

Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis yang datang ke Asia Tenggara. Akan tetapi, dua negara yang disebut terakhir tidak berhasil menjajah negeri di Asia Tenggara dan hanya untuk berdagang. Belanda datang tahun 1595 M dan dengan segera dapat memonopoli perdagangan di kepulauan Nusantara. Sementara itu setelah Inggris datang ke Asia Tenggara, ia segera menjadi kekuatan yang cukup dominan, menyaingi kekuatan Belanda. Kekuasaan Inggris menancap di Semenanjung Malaya. Inggris bahkan juga sempat menguasai seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama di awal abad ke-19 M.[3]

C. Kemunduran Kerajaan Usmani Dan Ekspansi Barat Ke Timur Tengah.

Kemajuan-kemajuan Eropa dalam tekhnologi militer dan industri perang membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa Barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Islam ini, termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa Timur. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata Barat bahwa Kerajaan Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah Kerajaan Usmani berulangkali mendapat serangan-serangan  besar dari Barat.[4]

Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan kemunduran Kerajaan Turki Usmani yang terus mengalami kemerosotan, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan, juga karena ulama dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik dalam Kerajaan Usmani serta menolak usaha pembaharuan itu.

Usaha pembaharuan Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah tentara Yenissari dibubarkan oleh Sultan Mahmud II [ 1807 – 1839 M ] pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, penerjemahan buku-buku Barat,  siswa-siswa berbakat dijkirim ke Eropa untuk belajar, dan sekolah-sekolah militer didirikan. [5]

Ketika Perang Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibatnya kekuasaan Kerajaan Turki semakin Ambruk. Dan dipihak lain satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang sebelumnya dikuasai Turki Usmani melepaskan diri dari Konstatinopel. Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Usmani itu yang tak kalah pentingnya adalah rasa nasionalisme pada bangsa-bangsa yang berada di bawah kekuasaannya.

Penetrasi Barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh Inggris dan Perancis. Inggris lebih dahulu menancapkan kekuasaannya di India. Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh karena itu, pintu gerbang India, Mesir harus berada di bawah kekuasaannya. Mesir ditaklukkan pada tahun 1798 M. [6]

Pada abad ke-20 M, Italia dan Spanyol ikut bersama Inggris dan Perancis memperebutkan wilayah-wilayah di Afrika. Sementara itu, Rusia menggerogoti wilayah-wilayah muslim di Asia Tengah.

Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negeri-negeri muslim adalah ekonomi dan politik.

D. Bangkitnya Nasionalisme Di Dunia Islam Dan Tumbuhnya Gerakan Partai Yang Memperjuangkan Kemerdekaan Negaranya.

Usaha untuk memuluhkan kembali kekuatan Islam pada umumnya – yang dikenal dengan gerakan pembaharuan – didorong oleh dua faktor yang saling mendukung, pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam itu dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Yang pertama seperti gerakan Wahabiyah yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahab [ 1703 – 1787 M ] di Arabia, Syah Waliyullah [ 1703 – 1762 M ] di India, dan gerakan Sanussiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair. Sedangkan yang kedua, tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam.Semangat Pan-Islamosme yang bergelora itu mendorong Sultan Kerajaan Turki Usmani, Abd al-Hamid II [ 1876 – 1909 M ] untuk mengundang al-Afghani ke Istambul, ibu kota kerajaan. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan hangat di negeri-negeri Islam. Akan tetapi semangat demokrasi al-Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan Sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istambul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama sekutunya kalah dalam Perang Dunia I.

Kalau di Mesir bangkit nasionalisme Mesir, di bagian negeri Arab lainnya lahir gagasan nasionalisme Arab yang segera menyebar dan mendapat sambutan hangat sehingga nasionalisme itu terbentuk atas dasar kesamaan bahasa.

Di India, Syed Amir Ali [ 1848 – 1928 M ] adalah salah seorang pelopr gerakan Pan-Islamisme yang dikenal dengan gerakan Khilafat. Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkannya kembali dihapuskan oleh Mustafa Kemal di Turki.

Di Indonesia, Partai politik besar yang menentang kaum penjajah adalah SI [ Serikat Islam ] pimpinan HOS Tjokroaminoto pada tahun 1912 M, SDI [ Serikat Dagang Islam ] didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911 M, PNI yang didirikan oleh Sukarno [ 1927 ], PNI-baru yang didirikan oleh Drs. Moh. Hatta, Permi [ Persatuan Muslimin Indonesia ] yang didirikan oleh partai politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Mukhtar Luthfi. [7]

E. Kemerdekaan Negara-Negara Islam Dari  Penjajahan.

Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat.

Negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda dan Jepang adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan Inggris adalah Pakistan, yaitu pada tanggal 15 Agustus 1947.

Di Timur Tengah, Mesir secara resmi memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1922 dari Inggris, tetapi dalam pemerintahan Raja Faruk pengaruh Inggris sangat besar. Baru pada masa pemerintahan Jamal Abd al-Nasser yang menggulingkan Raja Faruk 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka.

Sedangkan Irak merdeka secara formal tahun 1932, tapi rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka pada tahun 1958. sebelum itu, negara-negara sekitar Irak telah mengumumkan kemerdekaannya seperti Syria, Jordania, dan Libanon tahun 1946.

Di Afrika, Lybia merdeka tahun 1951 M, Sudan dan Marokko tahun 1956 M, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Perancis.

Di dalam waktu yang hampir bersamaan Yaman Utara, Yaman Selatan, dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula.

Di Asia Tenggara, Malaysia yang waktu itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1957, dan Brunei Darussalam tahun 1984 M.

Demikianlah, satu per satu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajah. Bahkan di antaranya baru mendapatkan kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negara-negara Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbaijan pada tahun 1992, dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia juga pada tahun 1992.

Namun, pada saat ini masih ada umat Islam yang berharap mendapatkan otonomi sendiri, atau paling tidak menjadi penguasa atas masyarakat mereka sendiri.[8]

 P E N U T U P

 Kesimpulan.

  1. Setelah bangsa Eropa mengalami revolusi Industri dan ditemukannya mesin uap, maka sejak itulah mereka mengalami kemajuan yang pesat. Satu demi satu  negeri Islam jatuh ke Tangan Eropa.
  2. Mulai awal abad ke-17 satu per satu negeri-negeri Islam jatuh ke tangan para penjajah seperti Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Portugis, dan lain-lain.
  3. Kemajuan-kemajuan Eropa dalam tekhnologi militer dan industri perang membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Penetrasi Barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh Inggris dan Perancis. Inggris lebih dahulu menancapkan kekuasaannya di India. Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh karena itu, pintu gerbang India, Mesir harus berada di bawah kekuasaannya.
  4. Usaha untuk memuluhkan kembali kekuatan Islam pada umumnya – yang dikenal dengan gerakan pembaharuan – didorong oleh dua faktor yang saling mendukung, pemurnian ajaran Islam dari ajaran Barat dan pengiriman mahasiswa untuk belajar ke negeri-negeri di Eropa.
  5. Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat.

 DAFTAR PUSTAKA

 &  Hitti, Philip K. 1974, History of the Arabs, London : The Macmillan.

&  Ikram, S.M, 1977, Muslim Civilization in India, London : Cambridge University Press.

&  Nasution, Harun, 1988, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran, dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang.

&  Stoddard, L, 1966, Dunia Baru Islam, Jakarta.

&  Yatim, Badri Dr. M.A, 2002, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.

[1] L. Stoddard, Dunia Baru Islam, [ Jakarta : 1966 ], hlm. 25.

[2] S.M. Ikram, Muslim Civilization in India, [ London : Cambridge University Press, 1977 ], hlm. 268.

[3] Dr. Badri Yatim M.A, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 177.

[4] L. Stoddard, loc. Cit.

[5] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran, dan Gerakan, [ Jakarta : Bulan Bintang, 1988 ], hlm. 15.

[6] Philip K. hitti, History of the Arabs, [ London : The Macmillan, 1974 ], hlm. 722.

[7] Dr. Badri Yatim, Op. Cit, hlm. 184 – 187.

[8] Ibid, hlm. 187 – 189.

Video yang berhubungan