Pabrik penerima sabut kelapa di medan

CV.Pusat Handicraft melayani PENJUALAN/Pemesanan COCOMESH termurah dan berkualitas di Cilacap Indonesia, berdiri sejak 26 tahun yang

lalu. Bisnis ini bermula semenjak dilakukan riset dan penelitian terhadap kemanfaatan sabut kelapa untuk penyelamatan lingkungan.

Alasan Pusat Handicraft memilih membuat COCOMESH adalah banyaknya areal bekas tambang yang menggunakan media COCOMESH untuk media

tanamnya adalah hasil impor dari negara India dan Srilangka. Padahal Distributor Cocomesh Sabut Kelapa Surabaya Jawa Timur Indonesia

adalah penghasil utama dan terbesar cocofiber sebagai bahan baku COCOMESH. Disamping itu, kami juga berusaha meningkatkan kesejahteraan

para pengrajin sabut kelapa sebagai tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan harian yang pekerja utamanya adalah ibu-ibu rumah

tangga.

CV.Pusat Handicraft dapat melayani pemesanan Cocomesh dengan Cepat/berkualitas dan juga tepat waktu.Kemampuan produksi kami adalah 50.000

meter persegi setiap bulan dengan berbagai spesifikasi sesuai dengan permintaan customer. Spesifikasi umum Distributor Cocomesh Sabut

Kelapa Surabaya Jawa Timur produk Cocomesh antara lain yaitu: panjang 25m×2m,30m×2m,50mx2m,atau 30m×1m dengan rata-rata tebal tali

0,4cm-0,8cm dan jarak antar tali 3cmx3cm / 4cm×4cm.

Untuk melakukan pemesanan cocomesh, Pusat Handicraft menerapkan sistem pembayaran DP 50 %, dan Pelunasan setelah pesanan finish 100%

sebelum barang dikirim. Distributor Cocomesh Sabut Kelapa Surabaya Jawa Timur Informasi harga Cocomesh CV.Pusat Handicraft adalah

berkisar Rp 7.000-Rp 9.000/meter persegi, Untuk pembelian partai Besar ada harga Khusus.

CV.Pusat Handicraft memiliki tempat Produksi Cocomesh sendiri, Pusat Handicraft juga menggandeng beberapa petani sabut kelapa untuk

menjadi bagian dari mitra kami, mengingat pesananDistributor Cocomesh Sabut Kelapa Surabaya Jawa Timur cocomesh sering dilakukan dalam

jumlah banyak dan waktu yang singkat.

beberapa customer yang sudah kami bantu suply untuk melakukan kerjasama dalam penyediaan Cocomesh diantaranya:

PT Freeport Indonesia
PT Kalimantan Prima Coal
PT Berau Coal
PT Adaro
PT Agincourt Resources Sumatra Utara
PT Unitek Borneo
CV Mitra Global Semesta Manado
CV BatuBara Mas Abadi Samarinda
PT Daya Bumindo Karunia Samarinda
CV Matahari Medan
CV Solusindo Mitra Utama Medan

Selain usaha membuat Cocomesh juga menjual berbagai macam olahan sabut kelapa, antara lain :

Penyediaan Cocopot Ramah Lingkungan
Penjualan Matras Sabut Kelapa/Cocosheet
Penyediaan Cocosheet untuk pengganti fiber
Penyediaan pupuk cocopeat
Penyediaan pupuk kandang / kompos
Penyediaan bibit tanaman keras
Penyediaan bibit untuk seeding,CP/CM/PJ,dll

Untuk Informasi penjualan dan pemesanan Cocomesh di Indonesia,dari kami adalah yang PERTAMA di INDONESIA dan langsung dari Produsen.

CV.HUDON MAS GRUP berdiri pada Tahun 2007 yang awalnya di mulai dari usaha kecil pengolahan limbah kelapa, seiring waktu, Tenaga, Fikiran yang sudah kita keluarkan CV.HUDON MAS GRUP saat ini sudah dapat membagi item-item yang dihasilkan oleh buah kelapa antara lain Cocofiber, Cocofead, Arang Kelapa dll. dengan proses-proses yang cukup diawasi dengan jaminan kwalitas yang sudah Terjamin oleh beberapa buyer kita dari dalam dan luar Negri. Saat ini cv.hudon mas grup memiliki gudang di daerah Kisaran Asahan , Salam sejahtera Mario Sitompul

Bisnis.com, PADANG - Kolaborasi perantau Minang yang mendirikan sebuah pabrik sabut kelapa di Nagari/Desa Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, turut memberikan lapangan pekerjaan serta keuntungan yang menggiurkan.

Padahal bahan bakunya terbilang limbah dari sabut kelapa, tapi dengan melalui tahapan proses, pabrik tersebut mampu mengubah limbah sabut kelapa menjadi dolar.

Salah satu pendiri usaha itu, Hargianto, mengatakan, berdirinya pabrik sabut kelapa tersebut berawal dari rasa peduli para perantau terhadap kampung halaman.

"Usaha sabut kelapa ini didirikan dalam bentuk koperasi yang dikenal dengan Koperasi Sabut Kelapa (Kosapa) Petani Minang Global. Ada 15 orang perantau yang tergabung dalam koperasi itu," katanya, Jumat (25/3/2022).

Dia menyebutkan adapun perantau yang turut terlibat itu diantaranya Fasli Jalal, Efli Ramli, serta sejumlah perantau lainnya, yang terdiri dari pengusaha, akademisi, dan pensiunan.

Menurutnya munculnya ide para perantau untuk mendirikan Kosapa itu, karena di Sumbar memiliki perkebunan kelapa yang cukup luas, bahkan tumbuh dengan baik di sepanjang pantai pesisir Sumbar.

Seperti di Pasaman Barat, Agam, Padang Pariaman, Pariaman, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai, dan Kota Padang. Daerah-daerah itu memiliki perkebunan kelapa yang tumbuh disepanjang pantai pesisir Sumbar.

"Kita pilih di Ulakan, Padang Pariaman ini, karena paling luas perkebunannya dan banyak bahan baku sabut kelapanya. Sehingga dinilai sangat potensi untuk didirikan pabraik sabut kelapa tersebut," ujarnya.

Buktinya Kosapa Petani Minang Global mampu untuk memproduksi sabut kelapa sebanyak 50 ton cocofiber dan 100 ton cocopeat per bulannya. Seluruh produksi dikirim ke pengepul di daerah Lampung dan dilanjutkan ekspor ke China.

Dia menyebutkan kedepan pabrik tersebut tentu ditargetkan terus berkembang, baik dari sisi produksi maupun rencana membuat unit usaha semacam kerajinan dari bahan sabut kelapa.

"Wali Kota Pariaman telah meminta kepada kita untuk mendirikan pula pabrik sabut kelapa. Kita tentu menyambut dengan baik, cuma untuk saat ini belum bisa kita garap, karena harus dikuatkan dulu pabrik yang ada saat ini," ujarnya.

Dia menjelaskan untuk mendirikan usaha pabrik kelapa itu modalnya tidak sampai Rp1 miliar. Asalkan ada lahan yang luas tersedia, maka sudah bisa untuk mendirikan kawasan pabrik.

"Bicara omzet belum begitu besar, ya untung tipis, karena sistemnya bagi hasil dari 15 orang serta upah pekerja," sebut dia.

Pensiunan TNI AL di Lantamal II Padang Laksma TNI (Purn) Hargianto ini mengakui bahwa semenjak berdirinya usaha tersebut rata-rata per bulan omset yang diperoleh mencapai Rp75 juta. Bila dihitung dengan biaya upah pekerja, penghasilan bersih rata-rata per bulannya di sekitar Rp50 juta.

"Kosapa Petani Minang Global resmi berdiri pada November 2021 lalu. Artinya hingga kini baru berjalan beberapa bulan. Tapi soal penjualan memang terbilang menjanjikan, hanya saja kendala saat ini adalah pekerja," ungkapnya.

Menurutnya bila melihat pada permintaan pasar terhadap sabut kelapa ini bisa mencapai jutaan ton per bulannya. Tapi khusus di Kosapa di Ulakan itu, hanya mampu memproduksi sabut kelapa sebanyak 50 ton cocofiber dan 100 ton cocopeat per bulannya.

Jumlah itu masih terbilang sedikit, padahal bahan baku yakni sabut kelapa terbilang melimpah, kendati di wilayah yang sama masih ada 3 usaha yang sama.

"Pekerja tidak banyak, akibatnya produksi pun tidak bisa dipaksakan. Rencana kita memang mau mendatangkan tenaga kerja luar dari Padang Pariaman, cuma kita masih mempertimbangkan itu, karena kita ingin yang jadi pekerja adalah masyarakat sekitar," katanya lagi.

"Tidak hanya kita yang sebenarnya menjalankan usaha ini. Tapi ada 4 titik lainnya, 3 di Padang Pariaman dan 1 lagi di Kabupaten Pesisir Selatan. Tapi kita para perantau ini mendirikan usaha ini atas dasar ingin membantu masyarakat sekitar," sebutnya.

Dikatakannya dengan adanya Kosapa itu, banyak menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar, yang kebanyakan terdiri dari para ibu-ibu.

"Kenapa banyak ibu-ibu, karena proses untuk penjemuran itu banyak dilakoni oleh ibu-ibu. Mereka adalah ibu-ibu rumah tangga, yang mencari upah di pabrik sabut kelapa. Ini lah yang kita maksud, telah memberikan manfaat hadirnya pabrik tersebut," ungkapnya.

Sementara itu, Manager Pabrik Kosapa Petani Minang Global Roni menambahkan dalam menjalankan usaha tersebut kendala yang dihadapi bukan soal bahan baku, melainkan soal cuaca.

Dia menjelaskan dengan kondisi cuaca yang tidak selalu panas dari Januari-Desember, maka dari 12 bulan itu, hanya sekitar 7 bulan yang bisa memproduksi sabut kelapa.

"Jadi kita hitung-hitung, 3 bulan itu musim hujan. Kalau sudah musim hujan, pabrik terhenti dulu. Akibatnya selama 3 bulan pula omzet menghilang," ujar dia.

Namun bicara bahan baku, hampir dikatakan tidak ada persoalan. Karena setiap harinya itu ada warga yang menjual sabut kelapanya ke pabrik. Baik itu ibu-ibu sekitaran, maupun dalam bentuk jumlah yang banyak.

"Sabut kelapa yang kita beli itu bukan yang tua dan bukan pula yang terlalu muda. Tapi yang kondisi kulit setengah tua. Karena kondisi sabut kelapa setengah tua lebih bagus dan kuat," jelasnya.

Harga untuk kondisi sabut kelapa yang demikian untuk per kubik di sekitar Rp15.000. "Nah ini juga menjadi salah manfaat bagi masyarakat, sabut kelapa di rumah juga bisa dijual ke pabrik," sebutnya.

Roni melihat semenjak berdirinya pabrik tersebut di kawasan Ulakan, sabut kelapa seakan berarti bagi masyarakat. Karena dari dulu yang dibiarkan terbuang, kini bisa dijual dengan nilai yang dapat membantu kebutuhan dapur.

"Rp15.000 itu untuk satu kubik, bila-bila ibu itu bisa menjual 5 kubik, bisa dapat Rp75.000. Jumlah itu sangat membantu untuk membeli kebutuhan dapur," kata dia.

Kini keberadaan pabrik tersebut seakan menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat sekitar. Tidak hanya dinilai menguntungkan bagi pabrik, tapi juga sangat bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya soal lapangan kerja, tapi juga menjadi salah satu sumber penambahan pemasukan warga. (k56)

Berapa harga sabut kelapa per kilo?

Harga serat sabut Rp 2.600/kg.

Berapa kelapa untuk 1 kg cocofiber?

Bagaimana tidak, sabut kelapa per butir yang masih dihargai dengan nilai Rp 50-100 per butir, kemudian diolah menjadi cocofiber dengan harga per kilo minimal Rp 2.000, asumsi 1 kg cocofiber diperoleh dari 6-8 butir sabut kelapa dan ongkinos produksi katakanlah Rp 500 per kg, sehingga Harga pokok produksi hanya sekitar ...

Ekspor cocopeat kemana?

Negara Tujuan Ekspor (NTE) untuk Cocopeat antara lain Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan potensi ekspor cocopeat sebesar $323,500,000.00 US Dollar atau Rp4,645,634,472,089.37 (4,6 triliun rupiah), dan urutan kedua Amerika Serikat dengan potensi ekspor cocopeat sebesar $55,500,000 US Dollar atau Rp798,001,200,000 ( ...

Sabut kelapa diekspor untuk apa?

Dalam sambutannya, Ketua Umum Kosapa-PMG, Efli Ramli menjelaskan, Produk sabut kelapa ini dapat diolah menjadi beraneka macam produk derivatif serta memiliki banyak manfaatnya, diantaranya sebagai bahan pengisi sofa, tempat duduk, jok mobil serta media tana.