Pada tahun ke-12 kenabian ada berapa penduduk madinah yang berjanji setia masuk agama islam

Masjid Quba. Foto: Shutterstock

Perjanjian Aqabah merupakan salah satu peristiwa sejarah penyebaran agama Islam. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-12 kenabian Nabi Muhammad SAW.

Nama perjanjian Aqabah sendiri berasal dari tempat terjadinya peristiwa tersebut, yakni Bukit Aqabah yang terletak di Makkah. Adapun nama lain dari perjanjian tersebut adalah Bai’atul Aqabah yang berarti janji setia di Bukit Aqabah.

Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan rombongan yang berasal dari Yatsrib. Rombongan tersebut diketahui berjumlah sekitar 12 orang.

Saat pertemuan itu, Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah di depan rombongan Yatsrib. Karena dakwah itulah, para rombongan tersebut menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad SAW dan membuat perjanjian sebagai berikut.

  • Menyatakan setia kepada Nabi Muhammad SAW

  • Rela berkorban harta dan jiwa

  • Turut serta dalam menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya

  • Tidak akan menyekutukan Allah SWT

  • Tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan.

Setelah itu, rombongan tersebut kembali ke wilayah asalnya, Yatsrib. Nabi Muhammad SAW pun mengutus Mus’ab bin Umair untuk berdakwah di sana.

Masjid Quba. Foto: Shutterstock

Kemudian pada tahun ke-13 kenabian Nabi Muhammad SAW, datang kembali rombongan haji dari Yatsrib. Mereka diketahui berjumlah 73 orang pria dan 2 wanita.

Rombongan itu menemui Nabi Muhammad SAW atas nama penduduk Yatsrib. Dalam pertemuan tersebut, rombongan meminta agar Nabi Muhammad SAW bisa hijrah ke negeri mereka.

Permintaan tersebut disetujui dengan ikatan perjanjian di Bukit Aqabah. Perjanjian ini disebut dengan Bai’atul Aqabah al-Kubra, yang memiliki isi sebagai berikut.

  • Penduduk Yatsrib siap dan rela melindungi Nabi Muhammad SAW

  • Ikut berjuang dan membela Islam dengan harta dan jiwa

  • Ikut memajukan agama Islam dan menyiatkan kepada sanak saudara mereka

  • Siap menerima segala tantangan dan risiko.

Dengan adanya perjanjian ini, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslimin hijrah ke Yatsrib. Hal itu membuat penduduk Yatsrib terbebas dari gangguan kaum Quraisy.

Tanda-tanda Malam Lailatulqadar Foto: Shuutterstock

Perjanjian Aqabah atau Bai’at ‘Aqabah merupakan perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan para penduduk Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj yang memeluk Islam. Bai’at sendiri artinya ikrar atau perjanjian yang membuat penerima harus sanggup melaksanakan sesuatu yang dibai’atkan.

Terdapat dua perjanjian Aqabah. Yang pertama terjadi pada tahun 621 M, sebanyak 12 orang dari Yatsrib menyimak dakwah Rasulullah SAW. Mereka menerima dakwah tersebut dengan baik dan akhirnya mereka memustuskan untuk masuk Islam.

Mereka melakukan perjanjian Aqabah dengan Rasulullah SAW. Perjanjian tersebut dinamakan Bai’at Aqabah I, yang berisi:

1. Menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Menyatakan rela mengorbankan harta dan jiwa.

3. Menyatakan kesediaan untuk menyebarkan agama Islam yang dianut.

4. Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT.

5. Menyatakan tidak akan membunuh.

6. Menyatakan tidak akan melakukan perbuatan curang dan dusta.

Perjanjian Aqadah pertama juga disebut sebgai bai’at wanita karena dalam perjanjian tersebut tidak melibatkan peperangan. Nabi Muhammad SAW kemudian mengutus Mus’ab bin Umair untuk ikut rombongan Yatsrib pulang dari Makkah sebagai strategi pengembangan Islam.

Tahun 622 M, merupakan tahun ketigabelas kenabian Rasulullah SAW. Di tahun itu pula perjanjian Aqabah II dilaksanakan di suatu hari di waktu tengah malam. Perjanjian tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan 73 orang pria dan 2 orang wanita Yatsrib.

Wanita dalam perjanjian tersebut adalah Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ bintu ‘Amr bin ‘Adiy. Pada suatu malam, Rasulullah SAW datang menjumpai mereka bersama pamannya, Al ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib yang kala itu masih musyrik. Al ‘Abbas meminta jaminan keamana untuk keponakannya, Nabi Muhammad SAW kepada rakyat Yastrib.

Ketika itu, Al ‘Abbas adalah orang pertama yang angkat bicara dan kemudian disusul oleh Rasulullah SAW membacakan beberapa ayat Al Quran dan menyerukan tentang Islam. Kemudian, Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan orang-orang Yatsrib tersebut yang isinya sebagai berikut:

1. Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka yang mereka sukai maupun yang mereka benci.

2. Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.

3. Untuk beramar ma’ruf nahi munkar.

4. Agar mereka tidak berpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah SWT.

5. Melindungi Nabi Muhammad SAW sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.

Setelah dibuatnya Bai’at Aqabah kedua, Rasulullah SAW kembali ke Makkah untuk melanjutkan dakwah. Di sana, beliau mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin yang dirasa semakin keras.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslim di Makkah untuk hijrah ke Yatsrib agar mereka aman. Rasulullah SAW memerintahkan untuk melakukan hijrah secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum musyrikin.

Orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin Abdil Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian disusul oleh Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab dalam rombongan berjumlah 20 orang.