Jelaskan faktor yang menyebabkan terbentuknya keberagaman suku bangsa

Jelaskan faktor yang menyebabkan terbentuknya keberagaman suku bangsa
Ilustrasi jawaban sebutkan faktor-faktor keberagaman masyarakat Indonesia

puti aini yasmin Selasa, 29 Maret 2022 - 15:40:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Sebutkan faktor-faktor keberagaman masyarakat Indonesia menjadi pertanyaan yang paling banyak keluar dalam ujian. Untuk itu, cari tahu jawabannya faktor penyebabnya keberagaman masyarakat Indonesia di sini.

Apa Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia?

Melansir buku 'Kreatif Tematik' terbitan Penerbit Duta, jawaban dari sebutkan faktor-faktor keberagaman masyarakat Indonesia  ada lima hal, yakni

BACA JUGA:
11 Cara Melestarikan Budaya Daerah agar Tidak Hilang, Simak Ya!

  • 1. Letak Strategis Wilayah Indonesia

Secara geografis Indonesia berada di antara dua benua, yakni Asia dan Australia. Kemudian, Indonesia juga diapit oleh dua samudra, yakni Hindia dan Pasifik sehingga hal ini menjadi faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.

Wilayah Indonesia yang strategis, yakni berada pada posisi silang dan berada di jalur perdagangan internasional membuat ada banyak pedagang dari bangsa serta berbagai ras datang. Kebudayaan bangsa asing tersebut pun bisa memengaruhi masyarakat Indonesia karena banyak dari mereka yang akhirnya menetap.

Jadi, salah satu faktor penyebab keberagaman masyarakat adalah letak strategis wilayah Indonesia yaitu berada di antara dua benua dan dua samudra.

  • 2. Kondisi Negara Kepulauan

Selain letak strategis Indonesia, faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia lainnya adalah kondisi negara kepulauan terbesar di dunia. Jarak kepulauan yang berbeda-beda membuat masyarakat mengembangkan kebiasaan, adat istiadat dan budaya masing-masing.

BACA JUGA:
Bagaimana Cara Melestarikan Budaya Bangsa? Ini Jawabannya

Hal ini pun menyebabkan adanya perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya, sistem kepercayaan, agama, serta peranan laki-laki dan perempuan.

  • 3. Perbedaan Kondisi Alam 

Jawaban dari pertanyaan sebutkan faktor-faktor keberagaman masyarakat Indonesia yang lain adalah perbedaan kondisi alam suatu daerah berdampak pada perbedaan-perbedaan yang lain, seperti mata pencaharian, makanan pokok, pakaian, kesenian, bentuk rumah, hingga kebiasaan.

Contohnya saja, masyarakat di pegunungan biasanya bermata pencaharian sebagai petani. Kemudian, pada masyarakat yang hidup di pantai akan bekerja sebagai nelayan dan masyarakat daerah hidup sebagai pedagang

  • 4. Keadaan Transportasi dan Komunikasi

Masyarakat antarpulau pada zaman dulu sulit berkomunikasi karena akses yang terbatas. Oleh karena itu, sarana transportasi dan komunikasi menjadi faktor penyebab keberagaman bangsa Indonesia.

  • 5. Penerimaan Masyarakat terhadap Perubahan

Jawaban terakhir dari pertanyaan sebutkan faktor-faktor keberagaman masyarakat Indonesia adalah sikap masyarakat terhadap perubahan. Sebab, tiap masyarakat memiliki sikap yang berbeda terhadap sesuatu yang baru.

Jadi, tergantung pada masyarakatnya apakah mau menerima perubahan atau kemajuan teknologi atau tertutup dan sulit menerima pengaruh dari luar. Adapun, masyarakat yang bersikap terbuka terhadap perubahan akan lebih maju daripada yang tertutup.

Nah, jadi sudah tahukan jawaban dari pertanyaan sebutkan faktor-faktor keberagaman masyarakat Indonesia? Semoga membantu ya!


Editor : Puti Aini Yasmin

TAG : keberagaman masyarakat indonesia indonesia budaya Budaya Bangsa

Jelaskan faktor yang menyebabkan terbentuknya keberagaman suku bangsa
​ ​

Sebutkan 3 faktor penyebab keragaman masyarakat di Indonesia!

Jelaskan faktor yang menyebabkan terbentuknya keberagaman suku bangsa

Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus!

Koropak.co.id, 17 August 2022 15:17:04

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jakarta - Bahasa Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Beberapa ratus tahun lalu belum disebut bahasa Indonesia seperti saat ini, melainkan bahasa Melayu. Pada masa kerajaan Sriwijaya ada beberapa prasasti yang bertuliskan bahasa Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa Sanskerta, seperti halnya bahasa Jawa Kuno dan bahasa juga saat itu belum menggunakan huruf Latin. 

Bahasa Melayu Kuno kemudian berkembang di berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal kedatangan Islam atau abad ke-13. Saat itu, pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca, yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan antarnegara dalam bidang ekonomi dan politik.

Lingua franca secara tidak langsung merata hingga berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Kala itu, banyak juga pedagang asing yang berusaha untuk menguasai bahasa Melayu untuk kepentingan mereka. 

Bahasa Melayu mengalami penulisannya dengan huruf Arab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya karya sastra dan buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu pada masa itu. 

Huruf ini jugalah yang pada akhirnya dijadikan sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, meskipun masih secara sangat terbatas. 

Ejaan latin untuk bahasa Melayu itu mulai ditulis oleh Pigafetta, yang kemudian dilanjutkan oleh de Houtman, Casper Wiltens, Sebastianus Dancaert, dan Joannes Roman. Setelah tiga abad kemudian ejaan ini baru mendapat perhatian dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen pada 1901 yang merupakan ejaan Lama "warisan" Belanda. 

Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen itu terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo pada 1938-an yang sembilan tahun kemudian terwujud dalam sebuah Putusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, tentang perubahan ejaan baru pada 15 April 1947.


Baca: Cikal Bakal Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu Dipakai di Asia Tenggara

Nama ejaan tersebut diambil dari sang perumusnya bernama Charles van Ophuijsen, seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Dalam menyusun Ejaan van Ophuijsen itu, Charles van Ophuijsen yang juga dikenal sebagai profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden Belanda tersebut tak bergerak sendirian. 

Sebagaimana ditulis Sudaryanto dalam Ejaan van Ophuijsen (1901-1947) pada Iklan Tempo Doeloe dan Kebermaknaannya, dalam upaya pengembangan Bahasa Indonesia van Ophuijsen, Charles dibantu Engku Nawawi dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Setelah sempurna, ejaan itu pun mulai diberlakukan pada 1901-an.

Sementara itu, untuk ciri yang terdapat pada Ejaan van Ophuijsen di antaranya penggunaan huruf "oe" yang dibaca "u", serta penggunaan huruf "j" yang dibaca "y". Meskipun ejaan ini sudah lama tidak diberlakukan, namun hingga saat ini kita masih bisa menemukan ejaan tersebut di nama-nama orang Indonesia. 

Selanjutnya, perkembangan yang ada juga turut menghasilkan konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo atau Ejaan Melayu-Indonesia. Sayangnya, pada 1962-an, rencana untuk meresmikan ejaan tersebut mengalami kegagalan dikarenakan adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

Pada 1966-an, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) membentuk panitia yang kala itu diketuai oleh Anton M. Moeliono untuk mengusulkan konsep baru pengganti konsep Melindo. Setelah adanya berbagai penyesuaian dan beberapa kali seminar, pada akhirnya konsep LBKA pun menjadi konsep bersama Indonesia-Malaysia serta menjadi sistem baru yang menghasilkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). 

Pada 16 Agustus 1972, EYD itu akhirnya diresmikan dan diberlakukan sebagaimana dimaklumkan oleh Presiden Soeharto dalam pidato kenegaraannya pada 16 Agustus 1972. Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengemukakan bahwa penggunaan ejaan baru itu dilakukan secara bertahap dan tidak perlu menimbulkan beban anggaran tambahan.

Lalu, pada 26 November 2015, EYD diganti menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dengan alasan perubahannya dikarenakan adanya kemajuan zaman dan teknologi. Selain itu, penggantiannya ditujukan untuk memantapkan fungsi dari bahasa Indonesia. PUEBI yang diberlakukan itu meliputi penggunaan huruf, pengunaan kata, penggunaan tanda baca, serta penggunaan kata serapan.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan pertumbuhan masyarakat, saat ini  banyak Bahasa Indonesia yang juga berasal dari kata serapan, sehingga Bahasa Indonesia menjadi lebih kaya sekaligus menjadi sumber ilmu.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini: