Aku ingin pulang meski sudah di rumah buku

Aku ingin pulang meski sudah di rumah buku


Perlu saya disclaimer dulu bahwa, tulisan ini bukan berisi tentang review atau ulasan mengenai buku Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah.

Tapi, tulisan ini hanya mengungkapkan betapa terkesima saat saya membaca buku ini.

Jadi, ini adalah untuk pertama kalinya saya membaca buku esai Korea. Nggak sia-sia sih ngeluarin uang 100.000 lebih demi mengorder buku ini.

Buku ini bukan hanya sekadar "bagus". Dan jika saya mengatakan "buku ini bagus/keren" sepertinya klasik banget, gitu. Tapi, lebih dari itu, jujur buku ini benar-benar ngena dan relate, setidaknya bagi saya sendiri.

Sekaligus juga, buku ini menghilangkan stigma saya terhadap hal-hal yang berbau Korea. Ternyata, selain terkenal dengan dunia K-Pop dan fashion-nya, penulis asal Korea Selatan oke-oke juga. Salah satunya Kwon Rabin (penulis buku ini).

Apa yang membuat saya tertarik membeli buku Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah

Sebelum membahas hal istimewa pada buku ini, saya ingin sedikit intermezzo dulu terkait, dilatarbelakangi oleh siapa dan mengapa saya membeli buku ini.

Saya pikir, ini penting banget untuk dibagikan melalui blog ini sebagai tanda ucapan terima kasih saya kepada seseorang yang sudah merekomendasikan buku ini.

Oke.

Pertama,  saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada salah satu pembaca setia blog ini. Dia lah yang udah ngasih rekomendasi buku ini.

Saya masih ingat, dia nge-DM saya via Instagram, "Bang, ulas dong buku I'm home but I still want to go home. Kebetulan mau diterjemahkan ke dalam bahasa Indo".

Kedua, usai direkomendasikan oleh salah satu pembaca, saya kemudian searching tentang buku ini. Ketemu lah di salah satu situs K-Pop yang menyatakan bahwa, buku ini direkomendasikan oleh V-BTS (Kim Tae-hyung).

Ketiga, nemu di Twitter. Atau lebih tepatnya, saat riset mengenai buku ini di Twitter pada September lalu, ternyata ada penerbit Indonesia yang akan menerjemahkan buku ini. Kalau saya tidak keliru, Penerbit Haru namanya.

Keempat, pengin baca aja sih. Dari judul dan cover bukunya aja, sepertinya menarik. Dan punya semacam feeling, kayaknya buku ini bakal bagus.

Ditambah lagi, saya tipe pembaca buku yang random banget.

Ketika ada sebuah buku, lalu direkomendasikan oleh seorang penyanyi atau aktor, suka tetiba penasaran. Apalagi direkomendasikan oleh anggota boygroup BTS. Wow banget lah.

Dan, pada intinya, buku ini buat koleksi pribadi aja karena jenis bukunya pengembangan diri. Ini cocok bagi saya.
 

Dalam sudut pandang saya sebagai orang yang membuka penerbitan sendiri, saya rasa buku ini diterjemahkan dengan apik. Pemilihan kata, nggak njlimet. Ilustrasinya menarik. Desain dan warnanya cocok lah dengan isi buku.

Jujur, buku ini mampu membuat saya hanyut. Meski hanya 198 halaman saja, overall isinya duh..(saya sampai susah mau mereview buku ini. Saking bener-bener jleeb).

Kalian ngerti lah kalau terkesima sama seseorang, kadang susah buat menjelaskan panjang-lebar tentangnya.

Sebagai orang yang hobi menyendiri dan suka merasa kesepian, pada bab 1 dan bab 2 di buku ini, hampir semuanya ngena ke dalam diri saya.

Dua bab awal adalah momen ketika saya merasa, kok nggak ada orang yang paham sama saya, dan nggak ada yang mengerti tentang apa yang saya rasakan. Lalu saya menyalahkan keadaan saya, dan merasa bahwa nggak ada sesuatu yang bisa saya anggap sebagai rumah.

Dari sinopsis buku ini, mungkin terlihat hanya memperluas makna "rumah" itu seperti apa. Tapi, buku ini bukan cuma berbicara tentang konteks "rumah". Banyak hal-hal yang dibahas pada buku Kwon Rabin ini.

Misalnya, tanpa bermaksud mengajari, penulis buku aku ingin pulang walau sudah di rumah ini membahas tentang empati terhadap orang lain. Lalu, tentang bagaimana kita menerima diri kita sendiri.

Membahas isu-isu sosial juga. Membahas tentang kecemasan akan masa depan. Membahas perihal; kok gue merasa beda di lingkungan rumah gue sendiri (ini saya banget).

Buku ini sungguh edukatif, sekaligus informatif.

Oke.

Saya pikir, wajar saja apa yang disampaikan oleh penulis buku ini ngena ke hati pembaca kayak saya. Sebab, buku I'm Home but I Still Want to Go Home ini diambil berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya.

Seperti yang pernah saya bahas pada tulisan: menulis buku kisah sendiri, pasti lebih keluar aja powernya. Dan mudah relate bagi banyak pembaca.

Atau meski nggak terlalu relate, setidaknya beberapa part pasti ada yang masuk ke dalam diri pembaca. Itulah kekuatan menulis esai atau menulis novel pengalaman sendiri.

Terakhir, apa yang istimewa pada buku ini?

Adalah di bagian chapter 3 yang diberi judul, "Jika Kau Tidak Tahu Alasan Kita Berpisah" pada sub-judul "Hal kecil adalah hal terpenting".

Si Kwon Rabin mengatakan bahwa, semakin dekat sebuah hubungan seharusnya semakin intens pula perhatian kita terhadap momen-momen kecil. Sayangnya, banyak orang yang mengabaikan hal ini.

Widih. Keren, ya?

Kalau saya tafsirkan sendiri dari tulisan tersebut, itu semacam refleksi lah buat seseorang yang sudah berpasangan berpuluh-puluh tahun, yang sudah menganggap momen-momen sepele adalah sepele.

Momen-momen kecil kayak, "Makan di luar, yuk?" atau "Nonton drakor bareng, yuk". Harusnya masih bisa dianggap romantis. Harusnyaaaa, ya. Bukan diabaikan dan dianggap "apaan" gitu.

Ya gitu lah :)

-

Barangkali itu saja perasaan yang ingin saya curahkan setelah membaca buku Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah.

Selamat membaca bagi yang sudah memiliki bukunya. Dan, selamat membeli bagi yang belum punya bukunya.

BACA JUGA: Review Buku Lebah Pencari Madu

Aku ingin pulang meski sudah di rumah buku

Kita mungkin tidak bisa memahami semua masalah orang lain. Namun, setidaknya kita bisa saling peduli agar perlahan-lahan kepedulian itu menjadi kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah dengan begitu dunia bisa menjadi lebih hangat? (halaman 79)

Book details:

Judul BukuAku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
PenulisEsai oleh Kwon Robin, Ilustrasi oleh Sally Kim
PenerjemahDewi Ayu Ambar Yani
PenerbitPT. Haru Media Sejahtera
Tahun terbitCetakan pertama, September 2021
Jumlah halaman208 hlm; 19 cm
ISBN978-623-7351-82-5
KategoriSelf Improvement 17+

Blurb:

“Saat seseorang merasa dirinya berbeda, bingung, dan ketakutan ketika dihadapkan pada situasi yang tidak biasa di lingkungan baru, secara naluriah ia akan mencari rumah yang paling nyaman dan paling cocok baginya. Ia seperti siput yang hidup dengan rumah dipunggungnya untuk mempertahankan diri.”

Aku Ingin Pulang Mesti Sudah di Rumah merupakan sebuah esai pengembangan diri yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Kwon Rabin. Dalam buku ini, Kwon Rabin menyediakan rumah nyaman bagi pembaca untuk saling berbagi kesulitan yang dialami ketika beranjak dewasa.

Pasti menyenangkan menjadi siput karena ia dekat dengan rumahnya.

Catatan penerbit: buku ini mengangkat isu sensitive. Mohon kebijaksanaannya saat membaca.

Esai yang ditulis oleh Kwon Robin, dan Ilustrasi oleh Sally Kim ini judul dalam bahasa Inggris-nya Yearning for Home While at Home, dan merupakan buku yang dibaca oleh salah satu anggota BTS.

Saat mendapat info dari Penebit Haru melalui akun Instagramnya akan menerbitkan buku berjudul Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah, yang pertama kali saya lirik dan membuat saya penasaran adalah judulnya. Hanya saja pas open PO saya tidak ikutan, karena memang harga belum sesuai budget, alias lagi puasa jajan buku hahaha. Beruntung pas tanggal cantik 12.12 saya beli di Gramedia.com dan ternyata masih dapat yang edisi ttd penulis 😍 sama ada kartu gitu.

Aku ingin pulang meski sudah di rumah buku

Baca juga : 11 manfaat membaca buku dan istilah – istilah dalam dunia perbukuan

Aku ingin pulang meski sudah di rumah buku
Alhamdulillah, rezeki dapat ttd, postcard, padahal gak ikut Pre order 🤩

Buku ini dibagi dalam 4 bab, yaitu:

  1. Kebahagiaanku lebih berharga daripada apa pun
  2. Untukmu yang menghadapi sulitnya kehidupan
  3. Jika kau tidak tahu alasan kita berpisah
  4. Pada akhirnya kita akan jatuh cinta lagi

Baca juga: review buku Merakit Kapal, Keajaiban Toko Kelontong Namiya, Berani Tidak disukai

Yang menarik dari buku ini:

  • Saya suka cover-nya, kece! 😍 Warnanya ungunya cakep.
  • Di dalam bukunya terdapat ilustrasi yang bagus dan menggambarkan isi buku. Ilustrasinya oleh Sally K.
  • Saya memang bukan penggemar BTS, tertarik baca buku ini dari judul dan cover-nya. Sungguh judulnya bikin penasaran. Dan ternyata, buat kamu penggemar BTS, buku ini masuk dalam #WhatTBSread. Yang fans berat BTS, bisa memasukan buku ini dalam daftar bacaanmu.
  • Saya suka kata pengantar yang disampaikan dr. Jiemi Ardian, Sp. KJ untuk buku ini sangat menghangatkan. Mungkin tempat tinggalmu saat ini bukan rumahmu, tetapi ketika kita beranjak dewasa kita bertanggung jawab mencari rumah sendiri. Dan, rumah di sini tidak dimaknai sebagai bangunan dengan tembok saja, melainkan ruang yang aman, tempat untuk tubuh dan pikiran, tempat untuk terkoneksi dengan orang-orang yang kamu anggap bermakna. Tak masalah kalau sekarang kamu merasa tidak ada di rumah. Mari kita buat perlahan-lahan rumah sendiri. (halaman 10)
  • Dari puluhan judul esai yang ditulis penulisnya, favorit saya tentu saja “Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah.” yang ada di bab 1. 😊
  • Saya juga suka judul esai lainnya “Lebih baik diam daripada mengatakan sesuatu yang buruk” Mantap banget nih yang pas kalimat ini “Aku tidak meminta pendapat atau nasihat, apalagi mengharapkan penghiburan, sama sekali tidak. Aku hanya butuh orang untuk diajak bicara. Itu saja.” (halaman 39), ini juga sebagai reminder ke diri saya, agar lebih hati-hati dalam bersikap, bertindak, dan berucap, semoga saya bisa terus belajar mengontrol diri terutama dalam hal mengeluarkan kata-kata.
  • Terus terang, tidak semua bagian dalam buku ini sesuai dengan pemahaman dan prinsip saya (saya tidak akan menyebutkan dibagian mana), karena ini preferensi saya saja yang tentu bisa jadi, di saya tidak sesuai tapi di kamu bisa sesuai . Dan … di cover buku bagian belakang, penerbit sudah kasih warning, baik sekali sudah reminder ke pembaca. Namun, secara keseluruhan buku esai ini bagus dan relate dengan kehidupan.

Beberapa kutipan favorit saya dalam buku ini:

  1. Aku tidak bisa membuat semua orang menyukaiku, tetapi bukan berarti kau bisa melukaiku. Kau tidak berhak menyakitiku. (halaman 33)
  2. Apa aku harus memiliki alasan yang lebih istimewa atau kisah yang lebih luar biasa agar aku bisa bersedih sesuka hatiku? (halaman 36)
  3. Meskipun ada banyak hal yang tak kau pahami di dunia ini, jangan lupakan orang-orang yang berharga bagimu. Bersikap baiklah pada mereka atau kau akan menyesal di kemudian hari. (halaman 133)
  4. Kuharap orang-orang yang kucintai tidak mengalami hari-hari yang sulit. (halaman 176)
  5. “Penulis tidak pernah akan tahu. Betapa menghiburnya tulisan pendeknya itu bagi pembaca yang sedang mengalami hari-hari sulit. Rasanya seperti penulis yang sedang diam-diam memperhatikanku dan menuliskan tulisan itu hanya untuk diriku.” (halaman 202)

Happy reading! 😊

Baca juga review buku-buku literatur Korea: