Apa itu sosial media influencer

Influencer seperti Kim Kardashian, yang memiliki 307 juta pengikut di Instagram, perlu mewaspadai keterlibatan yang bermasalah. Published: June 3, 2022 9.42am BST

Authors

  1. Apa itu sosial media influencer
    Samira Farivar

    Assistant Professor, Information Systems, Sprott School of Business, Carleton University

  2. Apa itu sosial media influencer
    Fang Wang

    Professor, Lazaridis School of Business and Economics, Wilfrid Laurier University

  3. Apa itu sosial media influencer
    Ofir Turel

    Professor, School of Computing and Information Systems, The University of Melbourne

Disclosure statement

Samira Farivar menerima dana dari Social Sciences and Humanities Research Council (SSHRC).

Fang Wang menerima dana dari Dewan Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Kanada (SSHRC).

Ofir Turel does not work for, consult, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has disclosed no relevant affiliations beyond their academic appointment.

Partners

University of Melbourne provides funding as a founding partner of The Conversation AU.

Carleton University provides funding as a member of The Conversation CA.

Carleton University provides funding as a member of The Conversation CA-FR.

View all partners

Languages

  • Bahasa Indonesia
  • English

Apakah kamu mengikuti influencer di media sosial? Apakah kamu selalu memeriksa postingan mereka? Apakah kamu merasa menghabiskan banyak waktu atau jadi terobsesi dengan mereka? Dan ketika kamu tidak bisa melakukannya, apakah kamu merasa bingung?

Jika kamu menjawab ya untuk semua pertanyaan ini, kamu mungkin memiliki apa yang dianggap sebagai “masalah” ketika berkaitan dengan influencer media sosial.

Tapi jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Kamu termasuk di antara banyak orang yang terpukau dengan pesona media sosial. Dan ini dapat dikaitkan dengan banyak fitur dan taktik yang digunakan influencer media sosial — seperti streaming langsung dan jajak pendapat di Instagram.

Sebagai pakar di media sosial, kami baru-baru ini menerbitkan riset yang membahas masalah followers dengan influencer mereka di media sosial. Riset kami adalah riset yang pertama kali mempelajari aspek mana dari pengaruh media sosial yang dapat menyebabkan masalah para follower. Kami melihat penting untuk melibatkan konteks mengingat industri ini bernilai $13,8 miliar hampir Rp 200 triliun.

Masalah follower

Di era media sosial, kebanyakan orang mengetahui atau mengikuti beberapa influencer media sosial. Influencer media sosial adalah pengguna yang memiliki jumlah pengikut yang signifikan dengan kredibilitas yang tidak usah diragukan.

Baik kamu penggemar mode atau menginginkan informasi tentang kesehatan dan kebugaran — selalu ada influencer untuk itu. Dan follower sering tertarik pada mereka karena konten mereka.

Sisi dalam dari bisnis besar menjadi influencer media sosial oleh ABC News.

Tetapi sisi gelap influencer di media sosial belum banyak dibahas. Influencer termotivasi dan sering diberi insentif (melalui dukungan produk dan merek) untuk meningkatkan kekuatan mereka di media sosial dan banyak yang menjadi lebih mahir dalam menarik dan melibatkan pengikut.

Follower, di sisi lain, dapat dengan mudah menjadi terikat dan terobsesi dengan influencer dan keterlibatan mereka sering kali menjadi berlebihan dan tidak sehat. Masalah dengan folower lazim ditemukan tapi belum dipahami dengan baik.

Penelitian kami

Kami baru-baru ini memeriksa faktor dan mekanisme yang menyebabkan masalah ini. Kami berfokus pada tiga karakteristik influencer yakni (daya tarik fisik, daya tarik sosial, dan keberadaan diri) dan dua atribut partisipasi follower yakni (kelengkapan partisipasi dan lamanya mengikuti) untuk mengeksplorasi masalah ini.

Berdasarkan teori keterikatan, kami mempelajari dua jenis keterikatan — hubungan parasocial dan rasa memiliki, keduanya merupakan kunci dalam membentuk pengaruh di media sosial. Hubungan parasocial berkaitan dengan persepsi follower tentang hubungan sepihak yang terbangun antaramereka dengan influencer dan rasa memiliki yang muncul sebagai bagian dari komunitas influencer.

Kami melakukan survei online terhadap 500 pengguna Instagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika follower mengembangkan keterikatan baik dengan influencer (hubungan parasosial) dan komunitas mereka (rasa memiliki), hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah.

Kami menemukan bahwa daya tarik sosial influencer memiliki efek yang lebih kuat dibanding faktor lain dalam membangun keterikatan dengan follower. Mengikuti lebih banyak influencer dapat mengurangi sense of belonging dengan komunitas.

Implikasi bagi influencer dan follower

Studi kami menjelaskan hubungan bermasalah yang ada di media sosial.

Kami berpendapat bahwa pengguna media sosial yang tertarik pada influencer dapat dengan mudah terikat dan terlibat secara berlebihan. Pengguna perlu waspada, berhati-hati, dan menerapkan aturan dalam mengelola interaksi mereka dengan influencer.

Misalnya, masalah yang mengacu pada alasan mengapa seseorang mengikuti dan tingkat partisipasi mereka (seperti menonton, menyukai, berkomentar, berbagi) — dapat mengarah pada masalah keterikatan. Ini sebenarnya dapat secara sadar dikelola oleh follower sendiri. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memanfaatkan fungsi dan alat telepon seperti menetapkan batas waktu mengecek Instagram atau mematikan notifikasi untuk aplikasi.

Influencer media sosial juga harus menyadari masalah follower mereka. Meskipun mungkin bertentangan dengan tujuan mereka, mereka dapat fokus untuk menciptakan hubungan yang sehat dengan pengikut mereka.

Misalnya, influencer dapat secara terbuka masalah ini dan menunjukkan kepedulian terhadap follower mereka. Ini akan membantu keberlanjutan hubungan karena penelitian menunjukkan bahwa pengguna media sosial dengan perilaku bermasalah lebih cenderung berhenti menggunakan platform setelah beberapa saat.

Penelitian lebih lanjut tentang sisi gelap influencer media sosial memang diperlukan dan kami menganjurkan adanya penelitian di masa depan untuk fokus pada konsekuensi negatif lainnya seperti kecemasan para followe, depresi, dan dampak mengikuti influencer pada kesejahteraan follower-nya.


Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Apa yang dimaksud dengan social media influencer?

Menurut Hariyanti & Wirapraja, influencer adalah seseorang atau figur dalam media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak atau signifikan, dan hal yang mereka sampaikan dapat mempengaruhi perilaku dari pengikutnya (Hariyanti & Wirapraja, 2018: 141).

Pekerjaan influencer itu apa?

Dalam dunia marketing, influencer memiliki peran cukup penting dalam meningkatkan brand awareness, dan penjualan sesuai dengan target yang ditentukkan oleh sebuah perusahaan. Dalam melakukan tugasnya, Influencer biasanya akan mendapatkan promosi dengan endorsement.

Apa itu influencer dan berikan contohnya?

Influencer adalah seseorang yang bisa memberikan pengaruh di masyarakat. Contohnya seperti selebritas, blogger, youtuber, ataupun seorang public figure yang dianggap penting di komunitas tertentu.

Apa itu influencer di Instagram?

Instagram influencer merupakan pembuat konten yang membuat konten di Instagram, membangun komunitas tentang topik dan niche tertentu. Instagram adalah platform visual sehingga konten visual yang menarik akan memberikan performa terbaik.