Aspek yang perlu dinilai dari karya puisi

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan itu sering muncul saat kita sedang menikmati puisi atau saat kita sedang ingin mencoba menulis puisi. Sering muncul kekhawatiran bahwa puisi kita akan tidak menarik dan bahkan buruk sehingga kita tidak berani mencoba menulis puisi.

Perlu kita sadari bahwa sungguh tidak tepat untuk menilai puisi secara dikotomis bagus-buruk, sebab cara itu cenderung subyektif dan memperlihatkan fanatisme terhadap salah satu bentuk puisi yang ditulis. Padahal setiap puisi memiliki tempat dan nilai tersendiri. Dari sudut pandang tertentu, sebuah puisi mungkin tidak memenuhi kriteria yang diajukan, tetapi tidak mustahil juga bahwa puisi itu memperlihatkan banyak keunikan ketika ditelaah dari sudut pandang yang lain.

Penilaian secara dikotomis bagus-buruk sesungguhnya merupakan suatu kesalahan metodologi yang digunakan. Kalau kita mengukur panjang suatu benda, kita harus menggunakan ukuran meter, sentimeter dan sejenisnya. Demikian pula saat kita mengukur berat suatu benda kita menggunakan ukuran gram, kilogram, ton dan sejenisnya. Jika ukuran itu salah diterapkan, hasil akhir pengukuran pun menjadi tidak relevan, tidak tepat.

Maka penilaian berdasarkan bagus-buruk dalam puisi sebaiknya dihindari saja, sebab akan memboroskan energi dan menimbulkan polemik berkepanjangan. Selain itu juga tidak mustahil akan menyebabkan sakit hati pada penyair yang mendapat klaim yang tidak menguntungkan.

Setiap puisi mempunyai tempat tersendiri. Artinya setiap puisi sesungguhnya diciptakan dengan tujuan yang sudah tertentukan. Dengan demikian setiap puisi juga memiliki fungsi yang khas. Bukan hanya puisi-puisi yang rumit, absurd, implisit dan sejenisnya yang dianggap paling penting. Puisi-puisi yang hanya menyuguhkan satu aspek saja dari sekian aspek pun memiliki fungsi tersendiri. Misalnya, sebuah puisi hanya menyajikan aspek keindahan bahasanya saja, yang hanya mengandalkan unsur ritmeserta efek simbol bahasa. Itu pun memiliki arti penting. Jangan langsung dilecehkan begitu saja. Puisi yang menonjolkan aspek keindahan harus dinikmati dalam rangka enjoyment. Apresiasi kita terhadap puisi semacam itu bukan dengan menggunakan kerangka pemikiran (frame of mind). Yang kita cari dalam puisi semacam itu bukanlah nilai-nilai filsafatnya,bukan juga mencari korelasi dengan sistem kultur/kebudayaan tertentu. Puisi juga berhak dinikmati atas nama kenikmatan saja.

Memang sudah sejak lama banyak kritikus puisi mengimbau agar puisi lebih berbicara mengenai filsafat atau psikologi agar puisi lebih berbicara dengan akal atau pikiran daripada dengan perasaan. Imbauan itu sebenarnya tidak lebih daripada suatu idealisasi belaka. Mereka yang mengimbau demikian berasumsi bahwa puisi, sebagai karya sastra, harus berjalan sesuai dengan irama perkembangan jaman. Karena perkembangan jaman cenderung mengarah kepada pendewaan ilmu dan rasio, menurut idealisasi itu puisi juga harus ikut menyesuaikan diri pula.

Tetapi, semua harus dikembalikan lagi kepada proses kreatif sang penyair. Proses penciptaan puisi adalah persoalan yang sangat individualistik. Tidak seorang pun tahu proses lahirnya sebuah puisi. Bahkan sang penyair sendiri pun seringkali tidak mampu menguraikan kembali bagaimana puisi-puisinya lahir. Proses penciptaan puisi adalah mekanisme yang sangat kompleks dalam diri individu, yang melibatkan berbagai hal dan suasana. Jadi pada dasarnya tidak ada puisi yang buruk karena setiap puisi punya pesan dan kekhasannya sesuai dengan maksud serta proses kreatif penulisnya.

Demikianlah tulisan kecil dan sederhana ini hanya untuk sekedar berbagi pemahaman tentang bagaimana sebaiknya kita dalam menilai sebuah puisi. Semoga bermanfaat dan semakin menambah semangat kita dalam menulis, khususnya dalam bentuk karya puisi.

Salam kreatif penuh cinta.

***

Solo, Senin, 15 September 2014

Suko Waspodo

www.sukowaspodo.blogspot.com

Aspek penilaian pada tema terdiri atas 4 kriteria penilaian yakni, temadinyatakan sangat tepat dengan skor 4, tema dinyatakan tepat dengan skor 3, temadinyatakan kurang tepat dengan skor 2, dan tema dinyatakan tidak tepat dengan

56skor 1. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel distribusi frekuensi dan persentaseuntuk aspek penilaian tema.Tabel 10. Distribusi Kriteria Kemampuan Menulis Puisi Bebas pada AspekTema Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pangsid KabupatenSidenreng RappangNoKriteria Penilaian AspekTema (X)Frekuensi(F)(f) XPersentase1.Tema dinyatakan tidak tepat000%2.Tema dinyatakan kurang tepat122%3.Tema dinyatakan tepat206064%4.Tema dinyatakan sangat tepat83234%JumlahN = 36∑(f)X=94100%Berdasarkan tabel kriteria penilaian pada aspek tema tersebut diperolehgambaran bahwa, siswa yang mampu menyatakan tema kurang tepat sebanyak 1orang, siswa yang mampu menyatakan tema tepat sebanyak 20 orang dan siswayang mampu menyatakan tema sangat tepat sebanyak 8 orang. Dengan demikian,siswa yang mampu menulis puisi bebas dengan tepat sebanyak 28 orang (98%),persentase ini lebih besar dari standar tolok ukur kemampuan menulis puisi bebasyaitu 75%, sehingga pada aspek penilaian tema, siswa dinyatakan telah mampumenulis puisi bebas.b.Kemampuan Menulis Puisi Bebas pada aspek Perasaan Siswa Kelas VIISMP Negeri1 Pangsid Kabupaten Sidenreng RappangMenurut Wardoyo (2003), Perasaan adalah kondisi psikologi yangdirasakan oleh pembaca yang tercipta akibat adanya interaksi antar pembacadengan puisi yang dibaca. Dalam menciptakan puisi, perasaan penyair ikutdiekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Perasaan dalam puisi adalahperasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Dalam suatu karya puisi,

57sering dijumpai sikap simpati dan antipati, rasa senang dan tidak senang, rasabenci, rasa rindu, ras setia kawan, dan sebagainya.Aspek penilaian pada perasaan terdiri atas 4 kriteria penilaian yakni, unsurperasaan dijalin sangat tepat dengan skor 4, penggunaan unsur perasaan tepatdengan skor 3, unsur perasaan kurang tepat dengan skor 2, dan penggunaan unsurperasaan tidak tepat dengan skor 1. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel distribusifrekuensi dan persentase untuk aspek penilaian perasaan.Tabel 11. Distribusi Kriteria Kemampuan Menulis Puisi Bebas pada AspekPerasaan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pangsid KabupatenSidenreng RappangNoKriteria Penilaian AspekPerasaan (X)Frekuensi(F)(f) XPersentase1.Penggunaan unsur perasaantidak tepat000%2.Unsur perasaan kurang tepat91823%3.Penggunaan unsur perasaantepat185467%4.Unsur perasaan dijalin sangattepat2810%JumlahN = 29∑(f)X = 80100%Berdasarkan tabel kriteria penilaian pada aspek perasaan tersebutdiperoleh gambaran bahwa, siswa yang mampu menggunakan unsur perasaankurang tepat sebanyak 9 orang, siswa yang mampu menggunakan unsur perasaantepat sebanyak 18 orang dan siswa yang mampu menggunakan unsur perasaandijalin sangat tepat sebanyak 2 orang. Dengan demikian, siswa yang mampumenulis puisi bebas dengan tepat sebanyak 20 orang (77%), persentase ini lebihbesar dari standar tolok ukur kemampuan menulis puisi bebas yaitu 75%,sehingga pada aspek penilaian perasaan, siswa dinyatakan telah mampu menulispuisi bebas.

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

End of preview. Want to read all 149 pages?

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document