Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Posts tagged ‘SIMEON’

ROH KUDUS ADA DI ATAS SIMEON

ROH KUDUS ADA DI ATAS SIMEON

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Kelima Dalam Oktaf Natal – Rabu, 29 Desember 2021)

Peringatan Fakultatif S. Thomas Becket, Uskup Martir

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”  (Luk 2:22-35)

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:3-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,5-6

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Simeon adalah “seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya” (Luk 2:25). Kelihatannya Simeon banyak meluangkan waktunya di Bait Allah dan tentunya sangat mencintai segala upacara keagamaan yang berlangsung di tempat itu, misalnya upacara persembahan kurban dlsb.

Namun kehidupan spiritual Simeon jauh melampaui batas-batas ritus keagamaan yang kasat mata. Kehadirannya di Bait Allah mengungkapkan rasa lapar dan dahaganya akan kehadiran Allah. Dapatkah anda membayangkan setiap pagi, ketika Simeon bangun dari tidur lalu berkata dalam doanya: “Inilah aku, Tuhan. Apakah yang Engkau ingin katakan kepadaku hari ini?” Justru karena kewaspadaan Simeon yang bersifat konsisten terhadap kehadiran Allah, maka mungkinlah bagi dirinya untuk mendengar arahan dari Roh Kudus untuk pergi ke Bait Allah. Lukas mencatatnya dengan sepotong kalimat singkat: “Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus”(Luk 2:27). Simeon sangat akrab dengan Kitab Suci, oleh karena itulah dia percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya. Simeon menanti-nantikan kedatangan sang Mesias dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa dia tidak akan mati sebelum dirinya melihat Mesias (lihat Luk 2:26).

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Sekarang marilah kita (anda dan saya) melihat diri kita sendiri. Sampai seberapa banyak kita sudah menyerupai Simeon? Andaikan Allah melihat dan memeriksa isi hati kita, apakah Dia melihat iman di dalam hati itu? Ketaatan? Penyerahan diri? Apakah Dia melihat diri kita lembut dan tanggap terhadap sentuhan Roh-Nya? Seandainya diri kita belum sampai di sana, maka janganlah merasa susah dulu (bahasa kerennya: Don’t worry!). Percayalah, bahwa sementara kita menyerahkan diri kita kepada Allah setiap hari, maka Dia akan membentuk diri kita masing-masing menjadi seorang pribadi seperti Simeon.

Agar dapat memusatkan perhatian kita pada sasaran ini, maka kita harus mengambil beberapa langkah praktis. Apabila kita berdoa, ingatlah bahwa kita masing-masing secara unik sangat berharga di hadapan Tuhan. Kita harus percaya pada kebenaran, bahwa Allah mempunyai rencana istimewa bagi hidup kita masing-masing. Pada waktu kita membaca Kitab Suci dan merenungkannya, baiklah kita menghaturkan permohonan dan mempunyai ekspektasi bahwa Allah akan menyatakan kesetiaan dan kuasa-Nya kepada kita. Pada saat-saat tertentu dalam kehidupan sehari-hari kita yang dipenuhi banyak kesibukan ini, kita dapat berhenti sejenak dan dengan kata-kata lembut atau dalam batin mengatakan kepada Tuhan, bahwa kita membutuhkan-Nya. Kita serahkan kepada-Nya segala rasa takut kita, maka Dia pun akan menempatkan rasa percaya dalam hati kita. Dalam keheningan kita mendengarkan bisikan-Nya: Tuhan ingin berbicara kepada kita sebagaimana Dia dahulu kala berbicara kepada Simeon.  Roh Kudus-Nya ingin mengajar kita masing-masing dan membimbing jalan kita, untuk membuang pola-dosa yang sudah melumut dalam diri kita, untuk sharing dengan orang lain tentang kasih Allah, atau membantu seseorang yang membutuhkan pertolongan.

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Sekarang, masalahnya adalah apakah kita mau dibentuk oleh Roh Kudus? Apabila kita mendengar bisikan suara Roh Kudus, maukah kita mentaatinya? Ketika Simeon menunjukkan ketaatannya, dia pun melihat wajah Yesus. Kita pun seharusnya mempunyai ekspektasi yang paling sedikit sama dengan ekspektasi Simeon, karena Allah sesungguhnya ingin semua mata melihat keselamatan-Nya. Dengan demikian “Kidung Simeon” (Luk 2:29-32) yang kita daraskan/nyanyikan dalam Ibadat Penutup (Completorium) setiap malam akan sungguh bermakna.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku ingin memandang Engkau. Hanya dalam diri-Mu-lah aku menemukan damai-sejahtera dan sukacita yang sejati. Oleh terang-Mu bukalah mataku agar mampu memandang kemuliaan Bapa surgawi. Engkau adalah pengharapan segenap umat manusia! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Yoh 2:3-11), bacalah tulisan yang berjudul “MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH KITA” (bacaan tanggal 29-12-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan pada sebuah tulisan saya di tahun 2011)

Cilandak, 28 Desember 2021 [Pesta Kanak-Kanak Suci – Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 December 28, 2021

Categories: 21-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2021, MARIA, MASA ADVEN, NATAL & TAHUN BARU, Uncategorized Tags: INJIL LUKAS, KIDUNG SIMEON, NUNC DIMITTIS, OKTAF NATAL, SIMEON, YESUS KRISTUS, YUSUF

SIMEON ADALAH SEORANG PRIBADI YANG HIDUPNYA SENANTIASA DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS

SIMEON ADALAH SEORANG PRIBADI YANG HIDUPNYA SENANTIASA DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari kelima dalam Oktaf Natal – Sabtu, 29 Desember 2018)

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”  (Luk 2:22-35) 

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:3-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,5-6 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Simeon kelihatannya seperti pribadi-pribadi yang agak tidak jelas dalam sebuah novel misteri. Dia muncul entah dari mana, dia mengidentifikasikan Bayi Yesus sebagai sang Mesias, dia mengatakan kepada ibu sang Bayi bahwa dia akan banyak menderita, lalu Simeon pun “menghilang” tanpa terdengar lagi suaranya, paling sedikit dalam Kitab Suci. Namun, jika melihat secara lebih dekat dan serius, kita akan melihat dalam diri Simeon suatu contoh yang indah dari seorang pribadi yang hidup sehari-harinya senantiasa dihibur dan dipimpin oleh Roh Kudus. Menurut Lukas, Roh Kudus ada di atas Simeon, dan karena karya Roh Kudus itulah Simeon mampu untuk mengenali Yesus sebagai sang Mesias (Luk 1:25-28).

Sekarang, apakah kita (anda dan saya) percaya bahwa Roh Kudus dapat berbicara kepada kita dengan begitu jelas seperti yang telah dilakukan-Nya kepada Simeon? Kehadiran Roh Kudus adalah satu dari janji-janji dalam Kitab Suci yang paling sentral. Setiap pengikut Yesus dapat diarahkan dan dihibur oleh Roh Kudus setiap hari. Kita dapat berpikir dan memandang Simeon sebagai seorang kudus besar, seorang anggota dari kelompok yang dipilih secara istimewa (privileged few). Akan tetapi, kita sudah ketahui bahwa Allah tidak mempunyai favorit-favorit. Allah sangat berkeinginan untuk mencurahkan Roh-Nya kepada setiap orang. Simeon adalah sekadar seorang tua yang menjalankan kehidupan doa dengan setia dan benar, dan ia mencoba untuk taat kepada Allah serta belajar untuk menggantungkan diri kepada kehendak-Nya sepanjang hidupnya.

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Allah akan senantiasa memberikan Roh Kudus-Nya kepada mereka yang mengasihi-Nya dengan tulus. Setiap hari, kita dapat memilih untuk menerima-Nya dan menyambut-Nya, atau kita dapat memilih untuk melakukan hal-hal seturut kemauan kita sendiri. Bagaimana dengan Simeon? Setiap hari Simeon memilih untuk mengasihi dan melayani Allah-nya, dengan demikian dia belajar untuk melakukan segala sesuatu seturut jalan Allah sendiri. Itulah sebabnya mengapa Roh Kudus tetap diam dalam dirinya dan bebas menyatakan Yesus kepadanya dengan cara yang begitu indah.

Kita semua (anda dan saya) membutuhkan pengarahan dan penghiburan seperti yang dialami oleh Simeon. Sekarang masalahnya apakah kita yakin dan percaya bahwa kita pun akan memperolehnya jika kita memintanya? Seperti halnya Simeon, kita pun dapat belajar untuk menggantungkan diri pada Roh Kudus. Seperti Simeon, kita pun dapat merangkul Yesus dan memperkenankan damai-sejahtera-Nya membanjiri hati kita. Sekali Simeon menemukan Yesus, dia tahu bahwa dia dapat meninggal dunia dalam kedamaian. …… “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuatu dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk 2:29-32; LAI-TB II).

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Tidak ada lagi sesuatu pun dalam dunia yang dapat memuaskan hati Simeon, karena dia telah menemukan Yesus. Inilah “Kidung Simeon” yang kita nyanyikan/daraskan setiap malam ketika kita mendoakan Ibadat Penutup. Kita (anda dan saya) pun dpat dipenuhi dengan kedamaian selagi semakin mengenal dan mengasihi Yesus. Tidak ada siapa pun atau apa pun lagi yang dapat memuaskan hati kita.

DOA: Roh Kudus, aku berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau sudi hidup di dalam diriku. Tolonglah agar aku setiap hari dapat berpaling kepada-Mu untuk memohon diberikan hikmat dan penghiburan oleh-Mu. Ya Roh Kudus, datanglah dan memerintahlah semakin mendalam di hatiku. Nyatakanlah Yesus kepadaku dan berdayakanlah aku agar mau dan mampu hidup bagi-Nya pada hari ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Yoh 2:3-11), bacalah tulisan yang berjudul “MELANGKAHLAH DAN KASIHILAH” (bacaan tanggal 29-12-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 27 Desember 2018 [Pesta S. Yohanes, Rasul & Penulis Injil]  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 December 28, 2018
Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 sangsabda

CONTOH YANG DIBERIKAN OLEH SIMEON

CONTOH YANG DIBERIKAN OLEH SIMEON

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari kelima dalam Oktaf Natal – Kamis, 29 Desember 2016) 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”  (Luk 2:22-35) 

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:3-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,5-6 

Simeon adalah “seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya” (Luk 2:25). Kelihatannya Simeon banyak meluangkan waktunya di Bait Allah dan tentunya sangat mencintai segala upacara keagamaan yang berlangsung di tempat itu, misalnya upacara persembahan kurban dlsb.

Namun kehidupan spiritual Simeon jauh melampaui batas-batas ritus keagamaan yang kasat mata. Kehadirannya di Bait Allah mengungkapkan rasa lapar dan dahaganya akan kehadiran Allah. Dapatkah anda membayangkan setiap pagi, ketika Simeon bangun dari tidur lalu berkata dalam doanya: “Inilah aku, Tuhan. Apakah yang Engkau ingin katakan kepadaku hari ini?” Justru karena kewaspadaan Simeon yang bersifat konsisten terhadap kehadiran Allah, maka mungkinlah bagi dirinya untuk mendengar arahan dari Roh Kudus untuk pergi ke Bait Allah. Lukas mencatatnya dengan sepotong kalimat singkat: “Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus” (Luk 2:27). Simeon sangat akrab dengan Kitab Suci, oleh karena itulah dia percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya. Simeon menanti-nantikan kedatangan sang Mesias dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa dia tidak akan mati sebelum dirinya melihat Mesias (lihat Luk 2:26).

Sekarang marilah kita (anda dan saya) melihat diri kita sendiri. Sampai seberapa banyak kita sudah menyerupai Simeon? Andaikan Allah melihat dan memeriksa isi hati kita, apakah Dia melihat iman di dalam hati itu? Ketaatan? Penyerahan diri? Apakah Dia melihat diri kita lembut dan tanggap terhadap sentuhan Roh-Nya? Seandainya diri kita belum sampai di sana, maka janganlah merasa susah dulu (bahasa kerennya: Don’t worry!). Percayalah, bahwa sementara kita menyerahkan diri kita kepada Allah setiap hari, maka Dia akan membentuk diri kita masing-masing menjadi seorang pribadi seperti Simeon.

Agar dapat memusatkan perhatian kita pada sasaran ini, maka kita harus mengambil beberapa langkah praktis. Apabila kita berdoa, ingatlah bahwa kita masing-masing secara unik sangat berharga di hadapan Tuhan. Kita harus percaya pada kebenaran, bahwa Allah mempunyai rencana istimewa bagi hidup kita masing-masing. Pada waktu kita membaca Kitab Suci dan merenungkannya, baiklah kita menghaturkan permohonan dan mempunyai ekspektasi bahwa Allah akan menyatakan kesetiaan dan kuasa-Nya kepada kita. Pada saat-saat tertentu dalam kehidupan sehari-hari kita yang dipenuhi banyak kesibukan ini, kita dapat berhenti sejenak dan dengan kata-kata lembut atau dalam batin mengatakan kepada Tuhan, bahwa kita membutuhkan-Nya. Kita serahkan kepada-Nya segala rasa takut kita, maka Dia pun akan menempatkan rasa percaya dalam hati kita. Dalam keheningan kita mendengarkan bisikan-Nya: Tuhan ingin berbicara kepada kita sebagaimana Dia dahulu kala berbicara kepada Simeon.  Roh Kudus-Nya ingin mengajar kita masing-masing dan membimbing jalan kita, untuk membuang pola-dosa yang sudah melumut dalam diri kita, untuk syering dengan orang lain tentang kasih Allah, atau membantu seseorang yang membutuhkan pertolongan.

Sekarang, masalahnya adalah apakah kita mau dibentuk oleh Roh Kudus? Apabila kita mendengar bisikan suara Roh Kudus, maukah kita mentaatinya? Ketika Simeon menunjukkan ketaatannya, dia pun melihat wajah Yesus. Kita pun seharusnya mempunyai ekspektasi yang paling sedikit sama dengan ekspektasi Simeon, karena Allah sesungguhnya ingin semua mata melihat keselamatan-Nya. Dengan demikian “Kidung Simeon” (Luk 2:29-32) yang kita daraskan/nyanyikan dalam Ibadat Penutup (Completorium) setiap malam akan sungguh bermakna. 

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin memandang Engkau. Hanya dalam diri-Mu-lah aku menemukan damai-sejahtera dan sukacita yang sejati. Oleh terang-Mu bukalah mataku agar mampu memandang kemuliaan Bapa surgawi. Engkau adalah pengharapan segenap umat manusia! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Yoh 2:3-11), bacalah tulisan yang berjudul “MARILAH KITA MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH KITA” (bacaan tanggal 29-12-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan pada sebuah tulisan saya di tahun 2011) 

Cilandak, 27 Desember 2016 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 December 28, 2016
Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 sangsabda

SUATU PEDANG YANG MENEMBUS JIWA MARIA

SUATU PEDANG YANG MENEMBUS JIWA MARIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan SP Maria Berdukacita – Selasa, 15 September 2015)

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Bapak serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ni ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:33-35) 

Bacaan Pertama 1Kor 12:31-13:13 atau Ibr 5:7-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2-6,15-16,20; Bacaan Injil Alternatif: Yoh 19:25-27 

Sungguh  luarbiasa nubuatan dari Simeon ini. Bayangkan dan renungkanlah berbagai penderitaan yang dialami Maria sepanjang hidupnya. Sudah hampir dipastikan ia mengalami cemoohan, ejekan, penghinaan, dan rasa curiga orang-orang berkaitan dengan kehamilannya. Maria melahirkan bayinya tidak dalam suasana hangat di tengah keluarganya, namun dalam sebuah gua yang jauh dari tempat asalnya. Kemudian, tidak lama setelah melahirkan, ia dipaksa untuk melarikan diri dari Israel dengan Yusuf dan bayinya, karena raja Herodes Agung ingin membunuh-Nya.

Maria adalah seorang ibu yang sesungguhnya, yang menghadapi berbagai tantangan hidup dalam dunia nyata. Dia melakukan tugas masak-memasak, mencuci, mengganti popok bayinya, mengajar dan mendidik Anak-nya, mengurus suaminya, mengasihi para tetangganya, memberi sedekah kepada para pengemis, dan pergi tidur pada saat ia sudah lelah sekali karena kegiatannya sepanjang hari. Pagi-pagi sekali dia bangun tidur dan mengulangi lagi rutinitas hariannya. Namun justru dalam suasana seperti itulah, dalam sebuah rumah tangga yang tidak menonjol dalam kampungnya, Maria bertumbuh dalam kekudusan. Maria kehilangan suaminya pada saat ia belum tua-tua amat. Ia telah menjadi perempuan yang “tahan banting” ketika Anak-nya memulai  pelayanan-Nya di depan publik. Jadi, sungguh sulitlah baginya sebagai seorang ibu untuk melepaskan Anak-Nya. Dia mengamati tindak-tanduk Yesus dari kejauhan selagi Anak-Nya itu mencurahkan kasih-Nya tanpa batas kepada orang-orang tak dikenal, bahkan menghadapi penolakan, menerima cercaan dlsb. dari orang-orang yang melawan-Nya. Ibu mana pun yang mengamati anak-anaknya yang pergi meninggalkan rumah dan merasa susah tentang masa depan mereka dapat memahami keprihatinan Maria.

Hati Maria ditembus pada kali terakhir di bukit Kalvari, ketika dia menyaksikan Anak-Nya mengalami kematian yang kejam dan mengenaskan. Kepedihan hati mana yang lebih besar daripada kepedihan hati Maria ketika menerima jenazah Anak-Nya yang baru diturunkan dari atas kayu salib. Siapa yang dapat ikut ambil bagian secara lebih penuh daripada Maria dalam hal persembahan kurban Yesus di kayu salib guna menebus dunia yang  penuh dosa dan sungguh sakit?

Patung karya Michelangelo yang terkenal, Pieta, menunjukkan Maria memegang tubuh Yesus yang diletakkan di pangkuannya setelah Ia diturunkan dari atas kayu salib. Jenazah Yesus tidak dipeluk olehnya seakan untuk dirinya sendiri, melainkan di atas pangkuannya, artinya mengundang kita semua untuk bergabung dengan dirinya, baik dalam dukacitanya maupun dalam penghiburan yang akan dialaminya ketika Yesus bangkit pada hari ketiga untuk kita semua.

Bagi kita semua yang telah kehilangan seorang anak atau menderita karena terpisah dari orang yang kita kasihi, Maria terus memberikan kepada kita Anak-nya, Yesus Kristus. Maria terus mengajar kita untuk menyerahkan anak-anak kita ke tangan-tangan Allah, karena dia mengetahui benar bahwa Dia yang membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, tentunya pasti mampu memberikan hidup kepada kita dan anak-anak kita.

DOA: Bapa surgawi, kami berterima kasih penuh syukur karena kasih-Mu yang begitu besar kepada kami, Engkau memberikan Bunda Maria kepada kami semua – yang oleh kuasa Roh Kudus menjadi ibunda Anak-Mu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Bunda Maria adalah sungguh seorang ibu bagi siapa saja yang berpaling dan datang kepadanya, seorang ibu yang menjaga anak-anak kami dan anak-anak di seluruh dunia. Biarlah nama Bunda Maria selalu ada dalam hati kami, anak-anak-Mu. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, sekarang dan selama-lamanya. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil Alternatif hari ini (Yoh 19:25-27), bacalah tulisan yang berjudul “TELADAN ABADI YANG DIBERIKAN BUNDA MARIA” (bacaan tanggal 15-9-15) dalam situs/blog  PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 

Cilandak, 14 September 2015 [PESTA SALIB SUCI] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 September 14, 2015
Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 sangsabda

BELAJAR DARI SIMEON

BELAJAR DARI SIMEON

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari kelima dalam Oktaf Natal – Senin, 29 Desember 2014) 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”  (Luk 2:22-35)

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:3-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,5-6 

Simeon kelihatannya seperti pribadi-pribadi yang agak tidak jelas dalam sebuah novel misteri. Dia muncul entah dari mana, dia mengidentifikasikan Bayi Yesus sebagai sang Mesias, dia mengatakan kepada ibu sang Bayi bahwa dia akan banyak menderita, lalu dia pun “menghilang” tanpa terdengar lagi suaranya, paling sedikit dalam Kitab Suci. Namun, jika melihat secara lebih dekat dan serius, kita akan melihat dalam diri Simeon suatu contoh yang indah dari seorang pribadi yang hidup sehari-harinya senantiasa dihibur dan dipimpin oleh Roh Kudus. Menurut Lukas, Roh Kudus ada di atas Simeon, dan karena karya Roh Kudus itulah Simeon mampu untuk mengenali Yesus sebagai sang Mesias (Luk 1:25-28).

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Sekarang, apakah kita (anda dan saya) percaya bahwa Roh Kudus dapat berbicara kepada kita dengan begitu jelas seperti yang telah dilakukan-Nya kepada Simeon? Kehadiran Roh Kudus adalah satu dari janji-janji dalam Kitab Suci yang paling sentral. Setiap pengikut Yesus dapat diarahkan dan dihibur oleh Roh Kudus setiap hari. Kita dapat berpikir dan memandang Simeon sebagai seorang kudus besar, seorang anggota dari kelompok yang dipilih secara istimewa (privileged few). Akan tetapi, kita sudah ketahui bahwa Allah tidak mempunyai favorit-favorit. Allah sangat berkeinginan untuk mencurahkan Roh-Nya kepada setiap orang. Simeon adalah sekadar seorang tua yang menjalankan kehidupan doa dengan setia dan benar, dan ia mencoba untuk taat kepada Allah serta belajar untuk menggantungkan diri kepada kehendak-Nya sepanjang hidupnya.

Allah akan senantiasa memberikan Roh Kudus-Nya kepada mereka yang mengasihi-Nya dengan tulus. Setiap hari, kita dapat memilih untuk menerima-Nya dan menyambut-Nya, atau kita dapat memilih untuk melakukan hal-hal seturut kemauan kita sendiri. Bagaimana dengan Simeon? Setiap hari Simeon memilih untuk mengasihi dan melayani Allah-nya, dengan demikian dia belajar untuk melakukan segala sesuatu seturut jalan Allah sendiri. Itulah sebabnya mengapa Roh Kudus tetap diam dalam dirinya dan bebas menyatakan Yesus kepadanya dengan cara yang begitu indah.

Kita semua (anda dan saya) membutuhkan pengarahan dan penghiburan seperti yang dialami oleh Simeon. Sekarang masalahnya apakah kita yakin dan percaya bahwa kita pun akan memperolehnya jika kita memintanya? Seperti halnya Simeon, kita pun dapat belajar untuk menggantungkan diri pada Roh Kudus. Seperti Simeon, kita pun dapat merangkul Yesus dan memperkenankan damai-sejahtera-Nya membanjiri hati kita. Sekali Simeon menemukan Yesus, dia tahu bahwa dia dapat meninggal dunia dalam kedamaian. …… “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuatu dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk 2:29-32; LAI-TB II). Tidak ada lagi sesuatu pun dalam dunia yang dapat memuaskan hati Simeon, karena dia telah menemukan Yesus. Inilah “Kidung Simeon” yang kita nyanyikan/daraskan setiap malam ketika kita mendoakan Ibadat Penutup. Kita (anda dan saya) pun dpat dipenuhi dengan kedamaian selagi semakin mengenal dan mengasihi Yesus. Tidak ada siapa pun atau apa pun lagi yang dapat memuaskan hati kita.

DOA: Roh Kudus Allah, aku berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau sudi hidup di dalam diriku. Tolonglah agar aku setiap hari dapat berpaling kepada-Mu untuk memohon diberikan hikmat dan penghiburan oleh-Mu. Ya Roh Kudus, datanglah dan memerintahlah semakin mendalam di hatiku. Nyatakanlah Yesus kepadaku dan berdayakanlah aku agar mau dan mampu hidup bagi-Nya pada hari ini. Amin.

Cilandak, 27 Desember 2014 [Pesta S. Yohanes, Rasul & Penulis Injil]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 December 28, 2014
Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 sangsabda

MEMPERSIAPKAN DIRI SEPERTI SIMEON DAN HANA

MEMPERSIAPKAN DIRI SEPERTI SIMEON DAN HANA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah, Kamis 2-2-12) 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, lalu ia menjadi janda sampai ia berumur delapan puluh empat tahun sekarang. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada  semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:22-40)

Bacaan Pertama: Mal 3:1-4 atau Ibr 2:14-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10 

“Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya” (Mal 3:1). Apakah sebenarnya yang diharapkan oleh Simeon dan Hana ketika mereka berdoa dan berpuasa di  Bait Allah dalam rangka kedatangan sang Mesias? Terkejutkah mereka ketika menyaksikan bahwa jawaban atas doa-doa mereka hanyalah seorang Anak kecil, belum berdaya dan masih sangat tergantung pada orangtua-Nya yang tergolong “wong cilik”? Dapatkah Anak yang masih kecil ini sungguh menjadi “Raja Kemuliaan” sebagaimana dinyatakan oleh sang pemazmur. “TUHAN (YHWH), jaya dan perkasa, YHWH, perkasa dalam peperangan……. YHWH semesta alam” (Mzm 24:7-10). Anak yang kecil ini adalah “Firman yang menjadi manusia” (Yoh 1:14), Allah yang merendahkan diri-Nya. Penulis “Surat kepada Orang Ibrani” mengatakan: “Dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa umat” (Ibr 2:17).

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Dalam Gereja-gereja Timur, “Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah” dinamakan “Pesta Perjumpaan”. Istilah “perjumpaan” mengindikasikan adanya unsur surprise, seperti kemunculan sang Mesias secara mendadak di Bait Allah (lihat Mal 3:1). Sepanjang hidup mereka. Simeon dan Hana telah mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk perjumpaan ini, walaupun mereka sama sekali tidak tahu kapan atau bagaimana perjumpaan ini akan terjadi. Karena doa-doa mereka dan juga perhatian penuh mereka kepada gerak-gerik Roh Kudus, dua orang “anawim” ini dimampukan melihat keagungan Allah dalam diri Anak kecil Maria. Dipenuhi rasa syukur, Simeon “menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah” (Luk 2:28).  Nanyian pujian (kidung) ini terus terdengar tanpa henti di segenap penjuru dunia dengan berputarnya bumi, ketika umat Allah mendoakan “Ibadat” Penutup setiap malamnya.

Betapa terberkatilah kita bila menyadari, bahwa Tuhan yang bangkit telah datang untuk berdiam dalam bait-Nya. Dalam Ekaristi, dalam rupa roti dan air anggur, Yesus datang untuk menemui kita. Dalam baptisan, Ia telah bertempat tinggal dalam bait/kenisah hati kita juga. Oleh pencurahan  darah-Nya dan Roh-Nya, Dia telah memurnikan kita dan membebaskan kita dari maut (Mal 3:2-3).

Seperti Simeon dan Hana, marilah kita mempersiapkan diri untuk perjumpaan kita dengan Tuhan. Kita dapat saja menjadi terkejut berjumpa dengan-Nya dalam diri orang-orang di sekeliling kita, dalam diri orang-orang sakit dan yang berada dalam sakratul maut, dalam diri “wong cilik” pada umumnya. Yesus selalu menanti-nantikan kita dalam bait-Nya, dalam Ekaristi; Dia menantikan kita merangkul-Nya dan menempatkan-Nya dekat hati kita. Kasih-Nya – yang lebih kuat ketimbang dosa kita yang mana pun – akan memurnikan diri kita. Kemudian, seperti Simeon juga, diri kita akan dipenuhi dengan damai-sejahtera-Nya (Luk 2:29). Seperti Hana, kita pun akan dimampukan untuk “mengucap syukur kepada Allah” (Luk 2:38).

DOA: Bapa surgawi, terima kasih kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengaruniakan Putera-Mu sendiri ke tengah-tengah dunia yang terpecah-belah dan menyedihkan hati. Dengan kedatangan-Nya kami pun menerima sukacita, damai-sejahtera, dan penghiburan. Semoga setiap orang akhirnya menerima kenyamanan lahiriah maupun batiniah, karena mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 2:22-40), bacalah tulisan dengan judul “YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH” (bacaan untuk tanggal 2-2-12), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 12-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2012. 

Cilandak,  16 Januari 2012 [Peringatan S. Berardus, Imam dkk., Martir-martir pertama Ordo Fransiskan] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 February 1, 2012
Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 sangsabda

MENELADAN SIMEON

MENELADAN SIMEON

 (Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari kelima dalam Oktaf Natal, Kamis 29-12-11) 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”  (Luk 2:22-35)

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:3-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,5-6 

Simeon adalah “seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya” (Luk 2:25). Kelihatannya Simeon banyak meluangkan waktunya di Bait Allah dan tentunya sangat mencintai segala upacara keagamaan yang berlangsung di tempat itu, misalnya upacara persembahan kurban dlsb.

Namun kehidupan spiritual Simeon jauh melampaui batas-batas ritus keagamaan yang kasat mata. Kehadirannya di Bait Allah mengungkapkan rasa lapar dan dahaganya akan kehadiran Allah. Dapatkah anda membayangkan setiap pagi, ketika Simeon bangun dari tidur lalu berkata dalam doanya: “Inilah aku, Tuhan. Apakah yang Engkau ingin katakan kepadaku hari ini?” Justru karena kewaspadaan Simeon yang bersifat konsisten terhadap kehadiran Allah, maka mungkinlah bagi dirinya untuk mendengar arahan dari Roh Kudus untuk pergi ke Bait Allah. Lukas mencatatnya dengan sepotong kalimat singkat: “Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus” (Luk 2:27). Simeon sangat akrab dengan Kitab Suci, oleh karena itulah dia percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya. Simeon menanti-nantikan kedatangan sang Mesias dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa dia tidak akan mati sebelum dirinya melihat Mesias (lihat Luk 2:26).

Sekarang marilah kita (anda dan saya) melihat diri kita sendiri. Sampai seberapa banyak kita sudah menyerupai Simeon? Andaikan Allah melihat dan memeriksa isi hati kita, apakah Dia melihat iman di dalam hati itu? Ketaatan? Penyerahan diri? Apakah Dia melihat diri kita lembut dan tanggap terhadap sentuhan Roh-Nya? Seandainya diri kita belum sampai di sana, maka janganlah merasa susah dulu (bahasa kerennya: Don’t worry!). Percayalah, bahwa sementara kita menyerahkan diri kita kepada Allah setiap hari, maka Dia akan membentuk diri kita masing-masing menjadi seorang pribadi seperti Simeon.

Agar dapat memusatkan perhatian kita pada sasaran ini, maka kita harus mengambil beberapa langkah praktis. Apabila kita berdoa, ingatlah bahwa kita masing-masing secara unik sangat berharga di hadapan Tuhan. Kita harus percaya pada kebenaran, bahwa Allah mempunyai rencana istimewa bagi hidup kita masing-masing. Pada waktu kita membaca Kitab Suci dan merenungkannya, baiklah kita menghaturkan permohonan dan mempunyai ekspektasi bahwa Allah akan menyatakan kesetiaan dan kuasa-Nya kepada kita. Pada saat-saat tertentu dalam kehidupan sehari-hari kita yang dipenuhi banyak kesibukan ini, kita dapat berhenti sejenak dan dengan kata-kata lembut atau dalam batin mengatakan kepada Tuhan, bahwa kita membutuhkan-Nya. Kita serahkan kepada-Nya segala rasa takut kita, maka Dia pun akan menempatkan rasa percaya dalam hati kita. Dalam keheningan kita mendengarkan bisikan-Nya: Tuhan ingin berbicara kepada kita sebagaimana Dia dahulu kala berbicara kepada Simeon.  Roh Kudus-Nya ingin mengajar kita masing-masing dan membimbing jalan kita, untuk membuang pola-dosa yang sudah melumut dalam diri kita, untuk syering dengan orang lain tentang kasih Allah, atau membantu seseorang yang membutuhkan pertolongan.

Sekarang, masalahnya adalah apakah kita mau dibentuk oleh Roh Kudus? Apabila kita mendengar bisikan suara Roh Kudus, maukah kita mentaatinya? Ketika Simeon menunjukkan ketaatannya, dia pun melihat wajah Yesus. Kita pun seharusnya mempunyai ekspektasi yang paling sedikit sama dengan ekspektasi Simeon, karena Allah sesungguhnya ingin semua mata melihat keselamatan-Nya. Dengan demikian “Kidung Simeon” (Luk 2:29-32) yang kita daraskan/nyanyikan dalam Ibadat Penutup (Completorium) setiap malam akan sungguh bermakna. 

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin memandang Engkau. Hanya dalam diri-Mu-lah aku menemukan damai-sejahtera dan sukacita yang sejati. Oleh terang-Mu bukalah mataku agar mampu memandang kemuliaan Bapa surgawi. Engkau adalah pengharapan segenap umat manusia! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 2:22-35), bacalah tulisan yang berjudul “DALAM YESUS, KITA ADALAH CIPTAAN BARU” (bacaan untuk tanggal 29-12-11) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 11-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2011. 

Cilandak, 20 Desember 2011 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 December 28, 2011
Siapakah yang menggerakkan hati Simeon untuk datang ke Bait Suci?
 sangsabda

Siapa yang bertemu dengan Simeon di Bait Suci?

Simeon (bahasa Inggris: Simeon the Righteous, Simeon the Elder, Simeon Senex, Simeon the God-Receiver, atau Holy Simeon) adalah seorang yang "benar dan saleh" di Yerusalem yang bertemu dengan Yusuf, Maria, dan bayi Yesus di Bait Suci untuk memenuhi hukum Taurat mengenai penyerahan anak sulung (Pidyon HaBen) 40 hari ...

Apa yang dilakukan Simeon?

Simeon begitu gembira, dengan sukacita dia mengambil bayi Yesus dari tangan mamanya dan menggendong-Nya. Simeon menggendong bayi Tuhan Yesus dengan penuh kasih dan hormat. Dia memberkati Tuhan, memuji dan memuliakan Tuhan, karena kebaikan-Nya, Tuhan telah mengirim Mesias yang telah dijanjikan itu.

Apa yang dikatakan Simeon setelah bertemu dan melihat bayi Yesus?

Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. ...

Siapa yang tidak akan mati sebelum melihat Yesus?

Simeon. Yaitu di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang sah dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus mempunyai di atasnya, dan baginya telah dikatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Ia yang diurapi Tuhan.